Home / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PLAYBOY KENA BATUNYA: Chapter 11 - Chapter 20

118 Chapters

Bab 11

Mendadak sambungan diangkat dan Katon mendengar dari telinganya, suara Alice yang terdengar mengantuk. “Choco Girl, are you okay?” tanya Katon khawatir. “Yea. I’m fine. Kenapa …?” “Choco Girl, amankan rumahmu. Pastikan keluargamu mengunci dengan baik dan bawa handphone dekat denganmu, hm? Hubungi polisi jika ada hal yang mencurigakan,” kata Katon. “Ada apa sebenarnya, Katon?” “Kurasa Brad masih belum selesai marah padaku, dia mengirim anggota genk lain ke apartemen.” “Apa?! Katon, kamu oke?” “Please Choco Girl. Aku sekuat Superman. Teman Brad yang jadi bubur. Aku matikan teleponnya, sweet baby. Aku perlu menghubungi polisi.” Tanpa menunggu jawaban Alice, Katon langsung mematikan sambungan untuk menghubungi pihak berwajib. Setelah penyerangan di apartemen Katon, polisi dan petugas medis berdatangan sesuai laporan kepolisian. Mereka berkumpul di lantai unit Katon hingga menyebar masuk ke seluruh ruangan milik pria itu. Katon dan Morgan yang hanya mengalami luka tidak serius, men
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 12

Untungnya permasalahan tidak berlarut-larut sehingga membuat jadwal Katon untuk pulang ke Indonesia menjadi mundur. Brian Thomas Davis, pemilik Brooklyn Blend, bersedia menarik laporan setelah menerima ganti rugi dari Katon. Kelihatan jelas bahwa tindakannya melapor ke polisi hanya didasari ketidakpercayaan pada penampilan Katon dan Morgan kala itu. Sementara untuk kasus pengrusakan di apartemennya, Katon sudah menyerahkan segala urusan kepada Sersan Terence Monahan selama ia pulang kembali ke Indonesia. “Ponsel Anda harus bisa dihubungi selama 24 jam penuh ketika Anda berada di Indonesia, Sir,” kata Sersan Terence ketika Katon dan Morgan terakhir berkunjung ke NYPD untuk menyelesaikan laporan mereka. “Tentu saja, Sersan Monahan. Saya siap dihubungi 24 jam,” jawab Katon tegas seraya mengulurkan tangan kanan dan mengajak berjabatan. Pertanda dia tidak mau lebih lama lagi menghabiskan waktu di kantor NYPD. Katon dan Morgan meninggalkan NYPD untuk bergegas pergi ke Bandara Internasio
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 13

Pria berwajah psikopat itu bernama Michael Warren, ia bergerak secepat kilat menyandera pramugari dan kelihatan sengaja melukainya. Cairan merah pekat mengalir dari luka di lengannya, membuat awak pesawat yang lain terkesiap ngeri dan sebagian penumpang menjerit ketakutan. “Diam kalian orang-orang tolol!” desis Warren dengan wajah mengerikan. Tiba-tiba, tiga orang misterius muncul dari sudut kabin pesawat. Mereka berbadan tegap dengan wajah datar dan dingin. Salah seorang di antaranya berjalan sambil melepas ikat pinggang. Semua mata menatap mereka dengan bingung. Satu di pikiran Katon, apakah tiga orang ini akan menjatuhkan si pria psikopat atau justru mereka adalah komplotannya. Pria yang melepas ikat pinggang dengan santai meraih botol minuman salah satu penumpang dan menumpahkan isinya membasahi ikat pinggang yang telah lepas dan terulur di tangannya. Mendadak, ikat pinggang silver itu mengencang dan berubah menjadi pedang. “Apa yang ...?” Katon menyentak dalam hati bersamaan d
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 14

Bos pembajak mendenguskan kepuasan melihat perubahan wajah Teguh Putra. “Tentu saja kami paham. Kita punya waktu seharian di atas pesawat ini, bukan begitu Tuan Teguh? Nona! Tolong ambilkan sampanye untuk kami,” bos pembajak duduk di depan Teguh Putra dengan sikap arogan dan melambai pada Stella untuk melayaninya. Stella yang sedari tadi membeku di ujung kabin, berjengit ketakutan ketika bos pembajak meneriakinya. Suasana di kelas ekonomi yang memiliki lebih banyak penumpang, lebih tegang. Dua orang pembajak bersenjata pedang, berdiri di lorong terpisah untuk menjaga mereka dengan tatapan tajam dan kejam. Dua awak pesawat telah dilukai dan sekarang terduduk tak berdaya di bagian tengah kabin pesawat. Area khusus awak pesawat. Stella melirik ke kedua rekan kerjanya yang menahan luka dan berwajah pucat, “Pilot dan kopilot harus tahu kondisi di sini.” Stella memberanikan diri berhenti untuk menyampaikan pendapatnya dalam bisikan. “Tidak sekarang, Stella. Aku akan mencari kesempatan n
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 15

Katon dibantu Morgan meminggirkan mayat kedua dan menumpuk di atas mayat pertama. Untung Morgan sigap menangkap tangan pembajak yang membawa pedang yang membahayakan Katon. Pria itu juga dengan cepat menarik mayat ke belakang sebelum darah pembajak mengotori kabin. “Kau, oke?” tanya Morgan kepada Katon. Morgan paham, Katon menjadi sedemikian kejam karena terprovokasi kalimat pembajak yang menghina Katon yang memiliki gen China dari neneknya. “Aku, oke,” jawab Katon setelah memeriksa tubuhnya. Ia tidak memeriksa luka, ia memeriksa jejak darah pembajak yang mungkin mengotori pakaiannya. “Ayo!” Morgan mengajaknya memburu si psikopat. Dengan bersenjata pedang rampasan. Mereka meminta penumpang yang lain untuk menutup mulut. Katon dan Morgan berjalan pelan menuju sang psikopat berada. Ternyata di ruang crew pesawat hanya ada pramugara yang membantu menutup luka pramugari senior. Tidak ada jejak psikopat. “Di mana orang gila itu?” tanya Morgan pada Edward—Pramugara. “Dia masuk ke ke
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

bab 16

Ia kembali menerjang Morgan dengan murka. Katon yang hendak membantu Morgan, dikejutkan oleh Warren yang tiba-tiba sudah bangkit dan mengayunkan pedang ke arah Katon yang hendak menyeberang ke lorong Morgan. “Ah! Shit!” Katon berteriak terkejut ketika kelebat pedang mengarah ke muka nyaris mengiris hidung mancungnya. Untung Katon menarik mundur tepat waktu. Warren tidak memberi Katon kesempatan. Pedangnya kembali berkelebat naik dan Katon menangkis dengan pedang yang dibawanya. Warren menyeret turun lalu kembali menyabet ke atas. Katon kembali menangkis. Dua pedang kembali beradu. Katon terus-menerus diserang secara membabi buta dan Katon bisa langsung menilai. Warren gila dan sadis tapi ia tidak memiliki ilmu bela diri. Semua gerakannya acak dan ngawur. Katon perlu menyelesaikan pertarungan lebih cepat dan membantu Morgan. Katon mundur dan membuang pedangnya jauh dari jangkauan siapapun. “Hahaha ... kau menyerah? Kau ingin aku mengiris-irismu? Sini bocah tampan, main sama om.” Ka
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 17

AKP Ahmad Soebani—Kasatreskrim Polres Cengkareng, turun langsung ke TKP untuk mengterogasi Katon perihal dua pembunuhan yang dilakukannya. “Kami butuh kehairan Anda berdua di Polres untuk melengkapi keterangan, Pak Katon dan Mister Morgan.” Teguh Putra yang mendengar kalimat polisi segera ikut bicara, “Pak Ahmad, tindakan yang dilakukan oleh Katon dan Morgan murni pembelaan diri dan untuk menyelamatkan saya, Pak.” “Benar sekali, kalau Katon tidak bertindak, entah apa yang terjadi pada kami, Pak.” Stella yang masih ada di sana dan setia mendampingi Katon, berani ikut bicara. “Saya selaku captain pesawat ini bersedia menjadi penjamin. Saya akan melengkapi sekaligus dengan surat resmi dari maskapai. Berkat Katon, penerbangan tetap berlangsung lancar dan tidak ada korban jiwa dari pihak penumpang.” David—pilot pesawat terbang juga menyampaikan pendapatnya. “Saya juga bersedia menjadi penjamin. Jika diperlukan, saya akan menyediakan pengacara untuk Katon. Hanya satu permintaan saya. I
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 18

Sekarang Satria mulai berdiri dan melakukan gerakan Kata sederhana. Katon tersenyum, gerakan papanya masih bagus dan bertenaga. Katon yakin, papanya masih bisa menjatuhkan dia jika benar-benar serius. “Sepertinya Katon perlu berlatih lebih keras kalau mau mengalahkan Papa,” kata Katon sambil berjalan menyeberangi halaman berumput untuk mencapai Satria. Pria di usia senja itu membeku dalam gerakan Kata-nya, kemudian ia berputar perlahan ke arah suara Katon. Seketika senyum terbit di wajah Satria. Wajahnya yang memiliki kerut tapi makin menambah kewibawaan dan aura yang kuat di sela-sela sinar keemasan matahari pagi. “Katon,” katanya dalam dan mengulurkan kedua tangannya. Katon berjalan sedikit lebih cepat dan memeluk Satria. Tinggi badan mereka sama persis. Satria menghentikan Katon yang akan memeluknya dengan menekan dada Katon. “Apa ini?” tanyanya sembari menatap heran ke wajah putera sulungnya. Untuk sesaat Katon bingung dengan pertanyaan papanya. Lalu ia segera sadar. Wajahnya
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 19

Morgan menyapa Arini terlebih dahulu. Wanita tua yang masih tampak cantik itu memeluk Morgan tanpa canggung karena Morgan yang mengalah dengan menurunkan dirinya serendah mungkin. Arini meraih wajah Morgan dengan hati-hati dan mencium kedua pipinya. “Apa kabar? Mama Papamu, sehat?” tanya Arini tanpa melepas tangannya di kedua pipi Morgan. “Saya luar biasa perkasa. Mama Papa juga sehat, mereka mengirimkan salam untuk tante dan om,” jawab Morgan yang betah membungkuk demi Arini bisa menyentuh pipinya. “Kami turut berduka cita atas meninggalnya kakekmu, Morgan. Andai saat itu Om Satria tidak sedang kunjungan ke Finlandia, kami pasti akan datang untuk berbelasungkawa,” kata Arini lagi, meminta maaf atas peristiwa beberapa bulan sebelumnya ketika Richard Mason Maxwell—kakek Morgan meninggal dunia. “Kami yakin, Richard telah melewati hidup yang luar biasa dan meninggalkan nilai-nilai terbaik untuk keluarganya.” Satria mendekati Arini dan Morgan, menepuk bahu sahabat Katon itu sekaligus
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 20

Katon berjalan sambil memeluk dua wanita, Mama dan adik bungsunya sementara di belakang mereka ada Morgan berjalan beriringan dengan Satria sambil membicarakan tentang kuda pacu. Andrew sedang duduk di taman bersama Maya. Lily melesat meninggalkan Katon untuk menghampiri kakek-neneknya. “Nana! Lihat siapa yang datang!” pekik Lily. Maya menoleh ke arah suara dan Andrew hanya ikutan menoleh karena dicolek Maya. “Katon?” Suara Maya pelan dan serak. Ia berusaha berdiri meski sedikit goyah, dalam upayanya untuk melihat Katon lebih jelas. Arini melepaskan Katon dan menyuruhnya mendekati Maya. “Halo Nana tercantik di dunia,” sapa Katon dan memeluk Maya tua yang bertubuh ringkih. Katon seperti memeluk wanita terbuat dari kertas. Kulitnya terasa kering dan berkeresak ketika bersentuhan dengan kulit sehat Katon. Maya tertawa dengan suara serak dan balas memeluk lalu menciumi pipi Katon. “Cucuku yang hilang sudah pulang. Kenapa kamu suka sekali pergi meninggalkan Nana?” tanya Maya antara bah
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more
PREV
123456
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status