Share

Bab 30

Author: Lara Aksara
last update Last Updated: 2024-12-19 09:02:50

“Sanca, Ton.” Morgan yang menjawab. Katon menarik napas lega. Setidaknya Sanca tidak berbisa. Ia membunuh mangsa dengan membelit hingga tewas.

“Great! Siapkan diri kalian kalau bertemu kawanan lain, kita harus bergerak cepat bersembunyi di balik belukar. Berdoa saja tidak ketemu sanca.” Kalimat Katon disetujui oleh Morgan dan Myint dengan mengangguk.

Untungnya, mereka tidak bertemu lagi dengan kawanan manusia atau hantu model apapun. Di sebuah persimpangan, Myint akhirnya memberitahu. Bahwa sekarang saatnya berpisah dengan aliran sungai dan menaiki bukit. Markas Than Shwe berada di balik bukit yang akan mereka daki.

Katon segera mengisi botol air minum milik Morgan. Sedangkan miliknya yang sudah kehilangan tutup, tidak bisa lagi digunakan. Jadi, ia menyimpannya di dalam ransel.

“Kita harus berhemat air, Myint. Berapa lama lagi perjalanan hingga tiba di markas Than Shwe?” tanya Katon sebelum mereka beranjak mendaki bukit.

“Lewat tengah malam, Pak. Mau berlari?” tawar Myint. Katon
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 31

    Pintu rumah target terbuka dan sesosok pria keluar. Katon mengintai dari teleskop pembidik. Ia butuh tahu perkiraan jarak dengan target, maka Katon mulai mengatur rangefinder. Pria yang keluar dari rumah berjalan menuju ke gudang samping. Dari teleskop pembidik, Katon bisa tahu kalau pria itu bukan Than Shwe. Katon membiarkan lolos. Pria itu masuk ke dalam gudang. “Bukan?” tanya Morgan dan Katon menggeleng. Tak berapa lama pria itu keluar kembali dari gudang dan Katon memincingkan mata heran. “Apa yang ....” desisnya dan segera melekatkan matanya ke teleskop pembidik. Pria itu menyeret seorang wanita muda yang tampak kesakitan karena diseret dengan cara ditarik rambutnya dengan semena-mena. Wanita itu terseok dan beberapa kali terjatuh. “Sialan! Morgan, gantikan aku!” desis Katon marah dan ia meninggalkan pos senapan runduk lalu melesat lari menuruni bukit dengan cara menyelinap di antara batu besar dan pohon kurus. Katon tergerak untuk menyelamatkan wanita itu dan membawa pergi d

    Last Updated : 2024-12-20
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 32

    Suasana mendadak ribut dan penuh dengan teriakan kemarahan. Katon bersiaga, meminta wanita itu berdiri di belakangnya sementara ia mengeluarkan SIG Sauer nya lagi. Ia bisa merasakan wanita di belakangnya gemetar. Katon memeriksa amunisi dan siap menembak. “Bangsat! Cari penyusupnya sekarang!” Teriakan dalam Bahasa Burmese itu menggelegar sedemikian dekat dengan pintu gudang membuat wanita itu langsung lemas. Katon memaki, ia tidak bisa berbuat banyak ketika wanita itu lemas di kakinya justru saat pintu gudang membuka. Katon melepas tembakan. Satu pria jatuh kebelakang. “Dia di sini!” Pria kedua meneriaki kawanannya dalam Bahasa Burmese dan saat Katon mengarahkan moncong pistol ke arahnya, pria itu dengan sigap melempar parang tepat sasaran. Pistol Katon meledak tapi tembakannya melenceng. Pistol itu terjatuh saat Katon harus menghindari lemparan parang melukainya. “Mati kau, bedebah!” Pria itu merangsek maju dan menyerang Katon dengan tangan kosong, usai SIG Sauer nya terjatuh

    Last Updated : 2024-12-20
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 33

    “Siapa yang menembak Than Shwe?” tanya Katon di antara sengalnya. Wajahnya menampakkan keterkejutan luar biasa. “Siapa lagi? Myint lah!” sentak Morgan marah. “Hah?!” Katon melongo. “Ayo, Morg!” Katon perlu bergerak cepat, mengantisipasi suara tembakan pistol Morgan didengar gerombolan yang lain. Meskipun jumlah mayat yang bergelimpangan sekarang sudah sesuai dengan hasil pindaian Katon semalam, tetap saja ia harus waspada. Katon memburu ke wanita yang terduduk lemah di tanah. Mengabaikan bahunya yang teriris, ia langsung menaikkan wanita itu ke punggungnya. Dengan dibantu Morgan yang menyadari kondisi Katon, tapi membiarkan pria itu berbuat semaunya. Ia hanya membantu mendorong dari belakang, kedua pria perkasa itu lari menaiki bukit ke tempat Myint berada. “Myint! Kamu oke?” Katon menurunkan sang wanita yang masih lemas dan sekarang memburu ke arah Myint yang terpaku menatap lapangan di kaki bukit. “Aku melakukannya? Aku melakukannya, Pak Katon,” katanya lirih. Katon bermaksu

    Last Updated : 2024-12-23
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 34

    “Ini prosedur dasar masuk hutan. Masak Pak Katon tidak tahu? Duh, lebih pintar Ibu Rosalind ternyata,” omel remaja tanggung dan mulai mengeluarkan perban dan salep luka serta antiseptik. “Buka kausnya. Harus saya ajari juga?” Myint menatap Katon. Pria itu berdecak sebal dan menarik leher kaus untuk meloloskan dari kepala. “Kau benar, Morg. Sebaiknya kita hajar pemuda ini setelah tiba kembali di desa. Ah! Ssshh!” Katon yang mengomel mendadak terkesiap dan mendesis ketika Myint menyemprot lukanya dengan antiseptic dan mengoles salep tanpa kehati-hatian maupun kelembutan. “Saya mau tahu respon Ibu Rosalind kalau tahu Bapak-Bapak mau hajar saya,” kilahnya sambil mulai membalut luka Katon dengan perban. Wajahnya serius menatap luka Katon membuat pria itu tertawa kecil lalu menoleh kembali ke Tikaka. Wanita itu tampak canggung karena melihat Katon tanpa mengenakan atasan. Satu kali menilai Katon sudah tahu Tikaka masih gadis polos. Ia tersenyum menenangkan Tikaka yang malah membuat wanit

    Last Updated : 2024-12-24
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 35

    Katon berubah pikiran. Daripada menyerang ketika kawanan sindikat itu masih jauh. Katon memutuskan akan menyergap mereka ketika sudah dekat. Mungkin lebih berbahaya, tetapi dia dan Morgan bisa menghabisi dengan tepat lebih banyak musuh. Jika ditembak dari jauh, mereka akan menyebar dan berlindung. Maka, habislah kesempatan Katon dan Morgan. Dengan segera Katon mengirimkan sandi morse kembali melalui lensa. [Jangan. Serang. Tunggu. Dekat. Kita. Sergap] [Kau. Gila] [Pakai. Taktik. Patriot] [Sialan. Kau. Ton] Katon tersenyum di tempatnya. Tentu saja Morgan ngamuk. Taktik yang pernah mereka pakai di Hutan Amazon yang terletak di selatan lembah Sungai Orinoco di Venezuela ketika melawan para perampok lokal, sangat menyulitkan posisi Morgan yang sejajar dengan musuh dan memudahkan Katon yang posisinya lebih tinggi. Katon dan Morgan berhenti berkomunikasi dan fokus kepada target mereka. Katon mengintip melalui lensa pembidik dan segera ia menemukan Muang Aye yang berjalan dengan wajah

    Last Updated : 2024-12-24
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 36

    “Yap! Karena itu kita harus bergegas. Kita kembali ke desa sebelum Khun Sa dan kawanannya balik dari pasar kota,” balas Morgan. Ia dan Katon segera membenahi ransel mereka dan Myint ikut membereskan matras Tikaka dan memasukkan ke dalam ransel miliknya sekaligus SIG Sauer. Karena baik Katon maupun Morgan tampak sibuk. “Tikaka, kita harus berjalan lagi. Kamu oke?” tanya Katon. Tikaka mengangguk. Ia mendadak kehilangan suaranya di depan pria tampan ini. “Bagus. Kuatkan dirimu, Gadisku. Kita akan segera tiba di tempat yang aman. Hm?” hibur Katon manis. Dan Tikaka tidak dapat menyembunyikan rona wajahnya. “Pake ilmu apa dia? Gak wanita, gak anjing nurut semua sama Katon!” desis Morgan sebal. “Hah? Apa, Pak?” Myint yang berdiri di dekat Morgan mengira pria itu bicara padanya. “Diem, kamu! Atau aku lem mulutmu!” desis Morgan sambil berputar arah berjalan keluar dari gua. “Jahat amat. Bu Rosalind gak akan mau,” omel Myint dalam bisikan lemah ketika mengikuti langkah Morgan. “Woah! Apa

    Last Updated : 2024-12-25
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 37

    Selama Katon dirawat, di meja lain sudah disiapkan banyak makanan untuk rombongan yang baru datang, termasuk Tikaka. Maka Katon mengajak Tikaka yang masih canggung dengan sekitarnya untuk makan. Gadis itu sudah tidak memiliki jejak cairan merah bekas sindikat di badannya karena Katon membantunya membersihkan ketika perjalanan kembali mereka melewati sebuah sungai. Namun, tetap saja. Gadis itu masih tampak lusuh dan acak-acakan, karena sudah berhari-hari disekap dan tidak diurus. “Setelah makan, kau mau mandi?” tawar Katon. Tikaka menatap ragu ke arah Katon. Mereka duduk bersisian di ujung meja, sedikit menjauh dari Morgan dan Myint. “A-aku ... bisakah?” bisik Tikaka takut-takut. “Tentu saja, Manis. Tetapi di sini tidak ada kamar mandi. Semua aktifitas mandi kita lakukan di sungai,” kata Katon sambil makan. “Apa?!” Tikaka mendesis kaget, matanya membulat ke arah Katon. “Jangan takut. Kamu akan ditemani. Aku yang akan menemanimu.” Kalimat Katon seketika membuat Tikaka merona. Ia s

    Last Updated : 2024-12-25
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 38

    Tidak ada lagi kain pembatas di antara mereka. Untuk sesaat kondisi itu membuat Tikaka panik. Namun, Katon dengan ahli menarik tubuh sang wanita dan melekatkan ke tubuhnya. Perpaduan air sungai yang sejuk dan dada bidang Katon yang hangat membuat Tikaka tidak sanggup menolak. Katon menyentuh dagu lancip gadis itu, menatap ke dalam matanya. Tikaka yang lebih bersih, tentu saja lebih cantik. Apalagi rambutnya yang setengah basah membuat Tikaka tampak lebih menggoda. Bahkan cahaya rembulan yang menerangi mereka berdua, membuat kecantikan itu kian memancar. Tikaka memiliki bola mata berwarna coklat. Kulitnya yang putih dan bersih khas wanita Thailand. Pipinya yang mulus dan bulat, mengingatkan Katon akan kue mochi dan membuat pria itu merasa gemas ingin menyentuhnya. Bibir Tikaka yang penuh, kini menarik perhatian Katon. Kepala pria itu mulai maju, dan Tikaka tidak bisa mundur karena dagunya ditahan oleh Katon. Bibir Katon mengecup bibir Tikaka, mencoba meminta ijinnya. Ketika Tikaka h

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 238

    Ratih dan Katon telah kembali ke New York. Segera, mereka disibukkan oleh kegiatan masing-masing. Katon segera memimpin Growth Earth Company yang berada di Park Avenue. Pertikaiannya dengan Satria entah bagaimana menjadi perang dingin. Mungkin campur tangan Arini yang membuat Satria tidak datang menghukum langsung putera sulungnya. Yang Katon tahu, beberapa bulan ini papanya sibuk dengan kantor Growth Earth Company yang ada di Canada. Membuat Rosalind sibuk dengan Growth Earth Company yang berpusat di Jakarta. Hampir keteteran dengan bisnis skincare-nya sendiri. “Gak pengen pulang, Mas? Pegang GEC Jakarta dan kendalikan New York dari sini.” Rosalind saat menghubungi Katon melalui panggilan telepon sekedar bertukar kabar. “Tidak, terima kasih. Ratih sedang menyelesaikan tugas akhir. Dia harus fokus di sini. Masa kutinggal. Enak saja!” Rosalind menghela napas. “Kenapa , sih? Glowing Beauty-mu kan sudah jalan?” Katon memastikan kepada adiknya. Glowing Beauty ada di bawah Growth E

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 237

    Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan keajaiban pemandangan matahari terbit dari bungalow di atas air yang langsung menghadap laut. Katon, yang sudah bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan di teras pribadi mereka. Hidangan lokal seperti mas huni, campuran tuna segar dengan kelapa yang wangi, tersaji di meja bersama kopi hangat yang mengepul. Angin laut meniup lembut, menyelimuti mereka dalam suasana pagi yang sejuk dan menyegarkan. Ratih tersenyum sambil menatap jauh ke horizon, di mana matahari mulai naik perlahan, mewarnai langit dengan semburat oranye keemasan. Ia telah duduk di teras, emnikmati layanan Katon, sebagai ganti layanannya semalam. "Mas," katanya sambil mengambil seteguk kopi, "aku pengen seperti ini bisa kita bagi bersama semua keluarga, suatu hari nanti." Katon menoleh, menatapnya dengan mata bertanya. "Maksudmu, liburan besar bersama mereka di tempat seperti ini?" Ratih mengangguk. "Ya, bukankah indah rasanya kalau semua orang bisa berkumpul di sini? Mam

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 236

    Di dalam kamar tidur mereka, di bungalow mewah yang mengapung di atas perairan Maldives, Katon dan Ratih tengah menikmati malam pertama bulan madu yang tertunda. Malam itu, kamar tidur mereka terisi oleh suasana yang sempurna. Dinding kaca besar di depan tempat tidur menampakkan hamparan laut lepas berwarna biru pekat, dihiasi kilauan bintang dan rembulan yang menggantung anggun di langit. Suara ombak yang lembut menjadi irama pengantar yang menenangkan, membawa mereka ke dalam dunia penuh keintiman dan keheningan yang hanya mereka berdua miliki. Di lantai kamar, lilin-lilin aromaterapi tersebar. Masing-masing memiliki pendar kecil yang hangat, mengisi ruangan dengan aroma melati dan kayu manis lembut. Cahaya lilin yang berpendar-pendar membuat bayangan hangat di sekitarnya, mempertegas lantai kayu di sekitar lilin dengan kilaunya. Semilir angin laut masuk melalui celah balkon, membelai lembut rambut Ratih yang tergerai di pundak hingga punggung. Wanita itu sedang berada di atas

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 235

    Hening sejenak. “Apa yang kau lakukan pada Lin Jianhong?” tanya Satria pada putera sulungnya. Nadanya dingin tak enak didengar. “Aku membunuhnya. Dia mengancam Ratih dan keluargaku. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi pada Papa. Tetapi aku tidak bisa menerima jika sesuatu yang buruk menimpa Mama, Rosie dan Lily. Aku akan mengirimkan laporanku melalui email. Selanjutnya Anda boleh kirimkan pekerjaanku kemari atau ganti saja aku dengan orang lain. Aku tidak peduli. Selamat siang, Pak Satria.” Katon mematikan ponselnya dengan dayanya sekalian lalu membuang barang itu ke atas tempat tidurnya. Wajahnya menyiratkan kemarahan. Ia tidak peduli sudah memantik api perpecahan dengan papanya sendiri. Untuk Katon, Arini jauh lebih penting dari Satria yang baru ia temui saat usia lima tahun. Rosie dan Lily bernilai sama dengan Arini. Satria benar-benar tidak masuk prioritas Katon sama sekali. Ia melakukan semua permintaan Satria hanya demi melihat senyum bangga Arini saja. Katon menarik napa

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 234

    Saat transit di Shanghai, Ratih sudah kehabisan tenaga untuk berdebat dengan Katon. Selama menunggu connecting flight schedule berikutnya, ia memilih untuk tiduran di paha Katon dan memasrahkan suaminya yang waspada terhadap panggilan ke penerbangan berikutnya “Neng, bangun. Sudah waktunya berangkat.” Entah berapa lama Ratih tertidur di pangkuan Katon. Suaminya membangunkan dengan lembut, menunggunya dengan sabar sampai semua nyawa terkumpul, masih juga membantu merapikan rambut panjangnya yang awut-awutan. Keunggulan memiliki pasangan jauh lebih tua darinya. Ratih merasa diemong dan dikasihi sepenuh hati. Kini, saat ia masih setengah mengantuk, berjalan dalam gandengan tangan Katon yang sibuk sendiri. Satu tangan menggenggam tangan Ratih, tangan yang lain menyeret bagasi mereka. Untung cuma satu, itu sebabnya Katon memilih membawanya ke kabin. Ratih benar-benar tidak paham dengan sekitarnya. Ia berjalan mengikuti langkah Katon tanpa melihat dengan jelas atau memastikan tujuan me

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 233

    Katon keluar dari kamar tidur sambil menggandeng tangan Ratih. Keduanya melangkah ke ruang tamu, di mana layar televisi menampilkan breaking news yang terus diulang-ulang di salah satu channel berita lokal. Semua tulisan di layar itu dalam huruf Mandarin, dan pembawa beritanya berbicara dalam bahasa yang sama. Meskipun tak mengerti bahasanya, Katon langsung mengenali rumah yang disorot di dalam berita tersebut. Lampu-lampu rotator dari mobil polisi berputar cepat, memancarkan warna merah, biru, dan kuning yang seolah berputar dalam irama tak teratur, membuat suasana semakin menegangkan. Sebuah ambulans tampak menunggu di depan rumah, sementara satu jenazah dibawa keluar dengan kantong mayat berwarna kuning. “Apa yang terjadi?” tanya Katon, sok polos, kepada Mei Lifen, yang berdiri di dekatnya. Ratih, yang menatap layar dengan dahi mengernyit, juga mengalihkan pandangannya ke arah Mei, tidak menyadari bahwa Liang Zhiyuen sedang mendengus sebal di dekat meja makan. “Perampokan yang g

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 232

    Katon mengabaikan omelan Liang Zhiyuen saat mengetahui dari Zhang Wei kalau Katon mengeksekusi mati Lin Jianhong. “Cari masalah kau, Ton. Anak buah Lin mengetahui pertikaian kalian sebelumnya dan kini bos mereka mati?! Sudah pasti semua prasangka akan tertuju padamu, Ton!” Liang Zhiyuen mengomel sepanjang perahu mereka menyusuri Sungai Yangtze menjauhi area perumahan Lin Jianhong. “Zhang, hubungi Meu Lifen dan tanyakan kondisi istriku,” perintah Katon, membuang begitu saja revolvernya di tengah Sungai Yangtzw saat perahu mereka melaju dalam kemudi Liang Zhiyuen yang cemberut parah. “Nyonya aman,” lapor Zhang Wei “Bawa aku pulang, Liang.” “Muter dulu, kek! Buat alibi, Ton!” seru Liang Zhiyuen sebal. Tetapi gestur Katon akan merebut kemudi. “Oke! Oke! Dasar gila!” Liang Zhiyuen memutar kemudi dan bergerak lurus menuju International Raffles City hotel melalui jalur sungai. Katon boleh saja perkasa di luar sana. Tetapi Katon tetap saja suami yang takut istri. Sudah tiga hari, kelew

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 231

    Chen Peng memastikan sekitar rumahnya aman saat ia pergi meninggalkan Katon dan Liang Zhiyuen di sana. Kurang dari satu jam kemudian, Zhang Wei yang datang menggantikan posisi Chen Peng. “Ratih bersama Mei Lifen dan Chen Peng. Di luar hotel, masih ada dua orang lagi anak buah Chen Peng yang ikut menjaga.” Zhang Wei menjelaskan pada Katon tanpa diminta. Katon mengangguk, setidaknya Ratih aman dan itu bisa membuatnya fokus. “Kita berangkat sekarang.” Katon yang enggan membuang waktu segera berdiri sambil memeriksa revolvernya. Di sisi lain, Liang Zhiyuen memenuhi saku mantelnya dengan amunisi simpanan Chen Peng. Zhang Wei yang sudah siap, segera mendahului langkah dan memimpin mereka. Pintu besi di belakang mereka mengeluarkan derit tajam saat Zhang Wei menutupnya perlahan, menutupi cahaya dari ruangan yang sekarang seakan menjadi satu-satunya perlindungan mereka tadi. Katon dan Liang Zhiyuen mengikuti langkah Zhang Wei yang mantap, masuk lebih dalam ke labirin bawah tanah yang penu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 230

    Di ujung dermaga, terdapat gang sempit yang terhubung dengan area perumahan kumuh Chongqing. Gang tersebut dikelilingi oleh tembok tinggi dengan lukisan mural yang memudar, tampak jauh dari kilauan pusat kota. Di tempat yang tak terduga inilah Liang Zhiyuen memimpin Katon menuju ke seseorang yang sudah lama ia percayai. Setelah berlari melewati beberapa lorong sempit, mereka tiba di depan sebuah pintu besi berkarat yang tertutup rapat. Liang Zhiyuen melirik sekeliling, merasa diawasi, sementara Katon menjaga tangan di balik jaketnya, dekat dengan gagang pistol kecil yang ia bawa. Liang Zhiyuen mengetuknya tiga kali, cepat dan teratur, dan dalam beberapa detik, pintu itu terbuka sedikit, memperlihatkan seorang pria bertubuh kekar dengan rambut yang super cepak. " Gē? Apa yang kau lakukan di sini?" Sesosok pria sebaya dengan Liang Zhiyuen membuka pintu dan menampakkan wajah terkejut. Meskipun begitu ia segera menarik Liang Zhiyuen masuk, dengan demikian Katon leluasa mengikutinya. Pn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status