Semua Bab Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta: Bab 41 - Bab 50

100 Bab

Bab 41

Pertanyaan Emily itu membuat William menelan ludah. Diamnya William membuat Emily mengerutkan keningnya, curiga. “Kenapa kau diam saja, William?” tanya Emily, “apa kau diam-diam mengawasi ku?” William pun berdehem, coba mengusir kegugupannya. “Tidak. Aku memiliki banyak informasi yang dengan senang hati datang sendiri, kapanpun, dan di mana pun.” Mendengar itu, Emily pun tersenyum sinis. “Terserah kau saja, William. Intinya, apapun yang terjadi dan sedang aku jalani, tolong tahan diri, dan jangan ikut campur. Oke?” William pun mengangguk. “Baiklah. Pastikan tidak membuatku kesal, aku tidak memiliki banyak kesabaran yang sebanyak dulu.” Emily pun menganggukkan kepalanya. “Oke, suamiku!” William menelan ludah, kata ‘suamiku’ itu benar-benar masih saja membuat gugup.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 42

Setelah unggahan itu dipublikasikan, efeknya langsung menyebar luas dengan membara seperti api yang melahap hutan kering. Tidak membutuhkan waktu lama, komentar demi komentar mulai membanjiri platform media sosial dari unggahan tersebut. “Ini tidak mungkin! Masa calon pejabat negara bertingkah seperti itu?! Menggelikan!!!” tulis salah satu pengguna media sosial. “Memangnya hal seperti ini aneh? Banyak pejabat yang hobinya begitu, cuma dia sial saja karena ketahuan, hahaha....” balas pengguna lainnya dengan nada sinis. Gelombang kemarahan publik semakin membesar saat seorang pengguna anonim mengaku bekerja di sebuah hotel bintang lima di kota besar itu. Dia memberikan kesaksian yang terkesan meyakinkan, bahwa Tuan Luis sering datang ke hotel tersebut dengan wanita muda berbeda setiap kali berkunjung. Pengakuan itu membuat dugaan masyarakat terhadap kebobrokan moral Tuan Luis semakin lebih ku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Bab 43

“Sudah ku bilang, jangan remehkan orang buta,” jawab William. “Aku sensitif sekali dengan gerakan dan suara. Kau selalu lupa dengan itu, ya?”****Jessica berdiri di ruang tamu rumah yang luas dan hangat milik keluarga Hendrick, namun terasa dingin dan kosong. “Kenapa kau datang ke sini?” Mendengar suara Hendrick, Jessica melangkah cepat ke arah Hendrick yang baru saja masuk dengan wajah lelah dan penuh kekesalan. “Hendrick! Kenapa kau tidak membalas pesan atau menerima teleponku? Aku sudah mencoba berkali-kali!” seru Jessica dengan nada penuh emosi dan kekalutan. Hendrick pun mendengus, wajahnya menjadi makin tegang. Ia menepis tangan Jessica yang mencoba mendekatinya. “Jangan cari aku, Jessica. Aku tidak mau terlibat lebih jauh dengan skandal mu. Situasimu sekarang adalah bencana, dan aku tidak ingin terseret dalam skandal keluargamu.” Mendengar itu, Jessica tertegun, tatapannya penuh rasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Bab 44

Jessica masuk ke kamarnya dengan langkah berat membawa perasaan kacaunya. Begitu pintu tertutup, tubuhnya seketika lunglai, dan ia terjatuh di atas karpet yang penuh dengan barang-barang berserakan. Mata Jessica memerah, air matanya mengalir deras tanpa henti. Tangannya gemetar saat ia meraih ponsel yang sebelumnya dilemparkan ke sudut ruangan. Namun, layar ponsel itu hanya memantulkan bayangan wajahnya yang kusut dan penuh amarah. “Kenapa semua jadi begini?” tanyanya dengan Isak tangis yang membarengi. “Padahal, semuanya berjalan lancar sejak awal.” Jessica makin terpuruk. Tidak ada pesan dukungan, tidak ada panggilan dari orang-orang yang dulu selalu mengelilinginya. Dia sendirian. Bahkan Hendrick, yang pernah ia anggap sebagai pelindung, orang yang paling mencintai, dan masa depannya telah meninggalka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Bab 45

Tiga hari telah berlalu, tetapi berita tentang Tuan Luis dan Jessica masih bergema seperti badai yang tidak kunjung reda. Setiap media sosial, portal berita, bahkan pembicaraan di lingkungan elite tidak lepas dari topik panas ini. Nama Tuan Luis dan Jessica menjadi bahan hinaan, cemoohan, dan lelucon yang menyebar dengan cepat. Komentar pedas menghiasi kolom berita online. Banyak yang menyebut Jessica dan Tuan Luis sebagai ‘Pasangan Ayah dan Anak Paling Buruk,’ sebuah julukan yang memperburuk kondisi mental Jessica saat ini. Perempuan itu kini makin terpuruk. Tidak lagi ingin keluar dari kamarnya, bahkan tidak makan atau minum sekalipun. Tubuhnya mulai melemah, tapi rasa malunya lebih besar daripada rasa laparnya. Tuan Luis sendiri tengah sibuk berusaha menyelamatkan reputasinya. Menghubungi sponsor, investor, dan kenalan pebisnis yang dulu menghormatinya. Namun, usaha itu amatla
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Bab 46

Emily duduk di atas tempat tidurnya, matanya tak lepas dari layar laptop yang sedang melakukan siaran langsung konferensi pers yang disampaikan oleh wakil duta negara. Senyumnya merekah saat mendengar pengumuman resmi yang ia tunggu-tunggu sejak lama. “Tuan Luis telah ditarik mundur dari semua jabatan dan diskualifikasi dari pencalonan untuk posisi apapun di masa depan. Selain itu, akan dilakukan penyelidikan menyeluruh terkait kasus ini. Jika terbukti benar bersalah maupun terkaitan dengan kasus lain, beliau akan dikenakan sanksi berat sesuai hukum yang berlaku.” Emily menghela napas lega, hatinya berdebar penuh rasa puas. “Akhirnya,” gumamnya pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. Ponsel di mejanya bergetar, sebuah pesan masuk dari Azura, ‘Terima kasih, Emily. Aku tidak tahu bagaimana caranya membalas semua ini.’ Emily tersenyum kecil sambil mengetik balasan. ‘Ini bukan hanya untukmu, Azura. Ini untuk semu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Bab 47

William pulang ke rumah sekitar pukul 20:00. Begitu masuk ke dalam kamar, matanya langsung tertuju kepada Emily yang dalam kondisi tidur. Masih mengunakan pakaian yang sama saat William berangkat kerja. Tangan William perlahan terulur, menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajah Emily. “Dia benar-benar terlihat sangat cantik, bahkan saat dia tidur,” gumam William, pelan. Namun, adanya hansaplast di jari Emily menyita perhatian, dan pertanyaan di hatinya. Bukan hanya satu atau dua, hampir semua jari Emily dibalut hansaplast. “Apa yang dia lakukan seharian ini memangnya?” ujar William, di dalam hatinya. Gegas dia melepaskan pakaiannya, tentu dengan hati-hati karena dia tidak ingin membuat Emily bangun. Setelah selesai mengganti pakaian, William keluar dari kamar sambil membawa tongkatnya menuju ke ruang kerjanya. Sampai d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Bab 48

Emily hanya bisa menatap kepergian William dan juga Robert dengan tatapan bingung. Entah apa yang terjadi sebenarnya, kedua orang itu nampak terburu-buru. “Apa ini tentang perusahaan?” gumam Emily. Ia pun menghela napas, sadar ia tidak bisa memberikan bantuan apapun. Yah... sadar diri juga otaknya tidak secerdas William. Di mobil, Robert menjalankan mobilnya dengan cepat. Pria itu benar-benar fokus, tidak ingin mencelakai William. “Tentang apa, Robert?” tanya William yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. Robert mengeratkan pegangan tangannya pada kemudi mobil. Ada rasa khawatir yang mendalam, namun sadar wajib untuknya beritahu keadaan yang sesungguhnya kepada William. Dengan menarik napasnya dalam-dalam, Robert pun mulai mengatakan yang terjadi. “Nenek anda, beliau menghubungi para petinggi, membujuk untuk ikut serta dalam kerja sama perusahaan milik Tuan Hendrick.” Ucapan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 49

Hari itu, Tuan Luis duduk di ruang kerjanya yang sunyi. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja, tetapi tidak ada satu pun yang ingin dia baca. Wajahnya kusut, penuh dengan kerutan frustrasi. Sejak skandal itu mencuat, kehidupannya berubah drastis. Teleponnya berdering berkali-kali, tetapi dia tidak mengangkatnya. Dia tahu pasti itu hanya panggilan dari wartawan yang ingin menggali lebih dalam kehancuran reputasinya. Bahkan, beberapa mitra bisnis yang dulu selalu siap membantu kini menghilang tanpa jejak. Yang lebih menyakitkan, istrinya pun telah pergi. Semalam, dia mengemasi barang-barangnya, meninggalkan catatan singkat di meja makan. “Luis, aku tidak bisa lagi bertahan dalam kehancuran ini. Nama baikku, bisnis yang sudah kubangun, dan masa depanku tidak seharusnya hancur karena kebodohanmu. Aku akan mengajukan perceraian dan memulai hidup baru. Semoga kau menemukan jalanmu sendiri. Selama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 50

“Akhirnya,...” ucap Emily, girang. Sudah satu minggu berlalu sejak Emily memutuskan untuk memperbaiki guci yang pernah dia pecahkan. Dengan penuh kesabaran, dia menempelkan pecahan demi pecahan menggunakan lem perekat khusus. Meski hasilnya belum sempurna, bentuk guci itu kini hampir kembali seperti semula, meskipun retakan yang membekas di permukaannya tidak bisa disembunyikan. Emily memandangi guci itu dengan senyuman puas. “Setidaknya, aku sudah mencoba memperbaikinya,” gumamnya pelan. Dia berharap William akan menghargai usahanya dan tidak lagi menyimpan rasa kecewa yang mendalam. Dengan hati-hati, Emily membawa guci itu menuju kamar William. Di tengah perjalanan, dia berpapasan dengan kepala pelayan. Emily berpura-pura tidak melihat, malas untuk berdebat. Kepala pelayan itu memperhatikan guci di tangan Emily, lalu menyunggingkan senyum sinis. “Ah, guci itu,” ujar kepala pelayan. “Meski
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status