All Chapters of Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta: Chapter 51 - Chapter 60

100 Chapters

Bab 51

Hari itu cerah, dan mal besar di pusat kota penuh dengan aktivitas. Emily dengan langkah riang menarik tangan Azura, memaksa sahabatnya itu untuk ikut dengannya berbelanja. Azura, yang dari awal menolak keras, akhirnya menyerah setelah Emily terus memaksa. “Aku bilang tadi aku yang traktir, kan? Santai saja, Azura. Anggap saja ini bonus karena kau sudah banyak membantuku belakangan ini,” ucap Emily sambil tersenyum lebar. “Tapi aku tidak suka berutang dalam bentuk apapun, Emily,” sahut Azura sambil berdecak kesal. “Lagipula, aku tidak butuh apa-apa, kok.” Emily melirik Azura dengan senyuman jahil. “Kalau begitu, anggap saja ini hiburan. Kalau kau terus protes dan menolak, aku akan mengatakan kepada semua orang kalau kita ini pasangan lesbi!” Pada akhirnya Azura hanya bisa mendesah panjang. “Kau benar-benar menyebalkan sekali, Emily!” gumamnya sambil mengikuti langkah Emily yang penuh semangat. Setelah bebe
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 52

William kembali ke rumah menjelang sore. Meskipun hari ini adalah akhir pekan, tidak ada waktu untuknya beristirahat. Kepala pelayan berjalan mendekati William, menyapa dengan ramah dan hormat. “Selamat datang, Tuan.” William menganggukkan kepalanya. “Emily sudah pulang?” Kepala pelayan menggelengkan kepalanya meski dia sadar William tidak akan melihatnya. “Belum, Tuan. Apa perlu Saya minta orang untuk mencari tahu keberadaan Nyonya muda?” Dengan cepat William langsung merespon, “Tidak perlu. Aku hanya bertanya saja, jangan berlebihan menanggapinya.” “Baik,” sahut kepala pelayan. Ada perasaan heran, namun dia juga tidak berani mengungkapkannya. Bagaimanapun, jika itu orang normal biasa, tentu saja orang seperti Emily sudah dihempaskan dari jauh-jauh hari. Wanita ular yang berbisa mematikan, semua orang pun bisa melihatnya dengan jelas. William berjalan meninggalkan kep
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 53

Emily duduk di sofa ruang tengah, menatap kedua orang tuanya dengan wajah dingin. Julia terlihat cemas sambil meremas-remas tangannya. Sementara Johan berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan ekspresi keras dan tegas. “Emily,” Julia memulai, meraih tangan putrinya. Tatapannya penuh permohonan. “Kami hanya ingin segala yang terbaik untukmu. William bukan pria yang tepat untukmu. Lebih baik kau mengakhiri pernikahan ini sebelum semuanya semakin buruk.” “Terbaik untuk siapa?” Emily menarik tangannya perlahan, matanya menyipit, penuh dengan tanda tanya. “Kenapa, Bu? Kenapa kalian begitu membenci William? Bukankah dulu kalian bilang bahwa keluarga kita dan keluarga William adalah teman dekat?” Mendengar itu, Johan berbalik, menatap Emily dengan tatapan tajam. “Karena kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Emily. Kau buta dengan apa yang William lakukan. Kau tidak mengerti bagaimana dia membuat keluarga kita hancur sedikit demi sedi
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 54

Malam itu, William dan Emily tidur saling memunggungi. Percakapan terakhir mereka di mobil membuat mereka sendiri merasa aneh. Sedikit kesal, tapi juga sadar itu tidak perlu diungkapkan. Ada perasaan bersalah yang Emily rasakan. Tapi, dia juga tidak bisa memahami perasaan ragu akan hatinya sendiri. Yah, dia akan melakukan apapun untuk kebaikan William. Bahkan, jika itu menyangkut keturunan seperti yang William inginkan. Namun, bisakah hubungan mereka terjalin tanpa membahas perasaan atau memahami perasaan untuk sementara waktu ini? Emily berharap semuanya mengalir seperti air. Biarkan waktu yang akan menjelaskan bagaimana perasaan Emily yang sesungguhnya. “Aku benar-benar tidak bisa tidur,” batin Emily. Biasa untuknya tidur dalam dekapan pria itu. Sama seperti Emily, William sendiri juga tidak bisa tidur. Namun, yang sedang dipikirkan ol
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 55

“Ah, tidak ada. Lupakan saja,” jawab William. Emily terdiam. Namun, dia makin penasaran dan bertanya-tanya, sebenarnya apa yang telah dia lupakan? Pada akhirnya, Emily tetap memilih diam. Dia tidak tahu kenapa dia terus kebingungan, merasa ada sesuatu yang membuatnya tidak lengkap. **** William keluar dari mobil dengan tenang, kakinya menyentuh lantai dengan langkah yang penuh keyakinan meski tongkat penuntunnya tetap berada di genggaman. Seperti biasa, Robert sigap membuka pintu dan membantu memastikan William keluar dengan lancar. “Silahkan, Tuan. Berhati-hati lah.” Di belakang William, Emily melangkah turun dari mobil dengan elegan, gaun panjangnya yang anggun memantulkan cahaya dari lampu taman. Setelah itu, Emily segera memeluk lengan William, menempatkan dirinya dengan penuh percaya diri di sisi suaminya. Tanpa banyak ekspresi, William membiarkan kehangatan sentuhan Emily mengiringi langkah mereka menuju pintu utama. Robert mengikuti dari belakang den
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 56

William tersenyum samar, lalu berkata dengan suara rendah tapi tajam, “Ayah, hadiah ini adalah benda yang aku pikir paling pas untuk diberikan. Tidak semua hal terlihat seperti yang tampak di permukaan. Kadang, yang kita lihat hanyalah ilusi, sedangkan kebenaran tersembunyi di baliknya.” Pernyataan itu membuat suasana semakin tegang. Tuan Sebastian tidak bisa menyembunyikan kemarahannya, tetapi ia menahan diri untuk tidak membuat keributan di depan para tamu. Sebastian pun berbisik, “Jangan bermain kata-kata, William. Dengar kan aku baik-baik, kau tidak pantas melakukan hal semacam ini!” Sejak tadi, Kelly benar-benar menahan diri. Kemarahan yang ia miliki saat ini akan dia simpan. Namun, janjinya besar untuk membalas dendam itu. Emily, yang mulai memahami situasinya, menyadari bahwa hadiah ini adalah benda yang digunakan William untuk mencemooh Ayahnya. “Tukang selingkuh! Hehehe... mirip aku yang dulu.” batin Emily. Malam itu, patung tersebut menjadi topik utama di a
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 57

Robert menatap Hendrick dengan tatapan tajam. Namun, Hendrick sendiri tidak merasa terancam sama sekali. Ia pikir, memang apa yang bisa dilakukan seorang asisten sekretaris seperti Robert? Walaupun memiliki kemampuan yang hebat sehingga berhasil membuat William yang buta itu memimpin perusahaan, tetap saja Robert adalah pria tanpa wewenang. “Tuan Hendrick, anda benar-benar membuat kesabaran Tuan William habis,” ucap Robert, ada ancaman di balik kalimatnya itu. Hendrick tersenyum smirk. “Hah! Wajahnya yang sialan itu saja terlihat takut tadi. Kalau dia marah, dia pasti akan mengoceh di hadapan ku!” Robert setia dengan ekspresi wajahnya yang dingin. “Dan itu adalah masalahnya,” tegas Robert, “kalau saja Tuan William lebih banyak bicara tadi, maka artinya dia masih menahan diri. Tapi, diamnya Tuan William sudah menjelaskan segalanya.” Hendrick tersenyum dengan maksud meremehkan. “Lantas mau apa kau, hem?” R
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 58

Pertanyaan kepala pelayan itu membuat Emily terdiam. Cincin itu, beberapa bulan lalu Emily sendirilah yang membuangnya lewat jendela. Alasannya adalah karena dengan William yang tidak mengirimkan uang dengan jumlah yang sama seperti yang dia inginkan. “Nyonya, Tolong kontrol emosi anda. Dokter Elizabeth hanya menemukannya, lalu mengenakan karena dia menyukainya. Jika Anda memang ingin mengambilnya kembali, setidaknya Anda bisa menggunakan cara yang sedikit lebih baik, kan?” ucap kepala pelayan. Emily hanya bisa menggigit bibir bawahnya, mengepalkan tangan. Bagaimanapun, sejak awal ini memang kesalahannya. Andai saja waktu itu dia bisa berpikir panjang, mungkin hal semacam ini tidak akan pernah terjadi. Satu cincin ada di jari William, pria itu tidak pernah melepaskan cincin pernikahannya, dan satu lagi ada di jari Elizabeth. Mau mengatakan ini cuma cincin, tapi hatinya sakit dan tidak bisa menerimanya.
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 59

“Tidak. Tidak mungkin Ayah dan juga Ibuku seperti itu, mereka kan sahabat baiknya orang tua William,” gumam Emily, coba meyakinkan dirinya sendiri. Namun, tetap saja dia tidak bisa merasa tenang. Hatinya mulai yakin masih ada sesuatu yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya. “Aku harus bisa mencari tahu. Aku harus mengerti situasi yang membingungkan ini, siapa tahu ada hubungannya dengan masa kecil yang tidak aku ingat secara nyata ini.” Setelah trus berpikir sambil menebak-nebak, Emily merasa perutnya lapar dan ada rasa haus. Emily melangkah keluar dari kamarnya dengan raut wajah cemberut. Ponselnya hampir mati, dan charger yang ia butuhkan entah di mana. Setelah menggeledah seluruh kamar dan laci-laci, ia memutuskan untuk mencari pelayan yang biasanya membereskan kamarnya. Ia berjalan menuju teras belakang rumah, tempat para pelayan sering berkumpul
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 60

“A–aku... sebenarnya, aku lupa arah ke toilet,” ucap Emily, lalu mencoba untuk tersenyum kikuk. Pelayan pun tersenyum, tidak terlihat curiga untungnya. “Kalau begitu, anda bisa ambil arah ke kiri,” ucap pelayan rumah. “Ah, baiklah.”****Emily kembali ke rumah, membawa perasaan puas. Setelah berhasil meletakkan alat penyadap suara yang akan langsung terkoneksi dengan ponselnya, Emily yakin pasti akan membuahkan hasil. Sampai malam itu, tidak ada suara yang mencurigakan. Namun, menjelang tengah malam terdengar obrolan Kelly dan Hendrick yang sepertinya baru pulang kantor. Emily mendengar dengan seksama pembicaraan itu menggunakan headset, merekamnya sebagai bukti nantinya. “Bagaimana? Apa yang Emily katakan tadi, Bu?” tanya Hendrick. “Tidak ada yang spesifik. Wanita itu benar-benar keras kepala, menyebalkan juga. Membujuknya dengan lemb
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status