Share

Bab 56

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 21:03:11

William tersenyum samar, lalu berkata dengan suara rendah tapi tajam, “Ayah, hadiah ini adalah benda yang aku pikir paling pas untuk diberikan. Tidak semua hal terlihat seperti yang tampak di permukaan. Kadang, yang kita lihat hanyalah ilusi, sedangkan kebenaran tersembunyi di baliknya.”

Pernyataan itu membuat suasana semakin tegang.

Tuan Sebastian tidak bisa menyembunyikan kemarahannya, tetapi ia menahan diri untuk tidak membuat keributan di depan para tamu.

Sebastian pun berbisik, “Jangan bermain kata-kata, William. Dengar kan aku baik-baik, kau tidak pantas melakukan hal semacam ini!”

Sejak tadi, Kelly benar-benar menahan diri.

Kemarahan yang ia miliki saat ini akan dia simpan.

Namun, janjinya besar untuk membalas dendam itu.

Emily, yang mulai memahami situasinya, menyadari bahwa hadiah ini adalah benda yang digunakan William untuk mencemooh Ayahnya.

“Tukang selingkuh! Hehehe... mirip aku yang dulu.” batin Emily.

Malam itu, patung tersebut menjadi topik utama di a
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
up yg banyak Thor .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 57

    Robert menatap Hendrick dengan tatapan tajam. Namun, Hendrick sendiri tidak merasa terancam sama sekali. Ia pikir, memang apa yang bisa dilakukan seorang asisten sekretaris seperti Robert? Walaupun memiliki kemampuan yang hebat sehingga berhasil membuat William yang buta itu memimpin perusahaan, tetap saja Robert adalah pria tanpa wewenang. “Tuan Hendrick, anda benar-benar membuat kesabaran Tuan William habis,” ucap Robert, ada ancaman di balik kalimatnya itu. Hendrick tersenyum smirk. “Hah! Wajahnya yang sialan itu saja terlihat takut tadi. Kalau dia marah, dia pasti akan mengoceh di hadapan ku!” Robert setia dengan ekspresi wajahnya yang dingin. “Dan itu adalah masalahnya,” tegas Robert, “kalau saja Tuan William lebih banyak bicara tadi, maka artinya dia masih menahan diri. Tapi, diamnya Tuan William sudah menjelaskan segalanya.” Hendrick tersenyum dengan maksud meremehkan. “Lantas mau apa kau, hem?” R

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 58

    Pertanyaan kepala pelayan itu membuat Emily terdiam. Cincin itu, beberapa bulan lalu Emily sendirilah yang membuangnya lewat jendela. Alasannya adalah karena dengan William yang tidak mengirimkan uang dengan jumlah yang sama seperti yang dia inginkan. “Nyonya, Tolong kontrol emosi anda. Dokter Elizabeth hanya menemukannya, lalu mengenakan karena dia menyukainya. Jika Anda memang ingin mengambilnya kembali, setidaknya Anda bisa menggunakan cara yang sedikit lebih baik, kan?” ucap kepala pelayan. Emily hanya bisa menggigit bibir bawahnya, mengepalkan tangan. Bagaimanapun, sejak awal ini memang kesalahannya. Andai saja waktu itu dia bisa berpikir panjang, mungkin hal semacam ini tidak akan pernah terjadi. Satu cincin ada di jari William, pria itu tidak pernah melepaskan cincin pernikahannya, dan satu lagi ada di jari Elizabeth. Mau mengatakan ini cuma cincin, tapi hatinya sakit dan tidak bisa menerimanya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 59

    “Tidak. Tidak mungkin Ayah dan juga Ibuku seperti itu, mereka kan sahabat baiknya orang tua William,” gumam Emily, coba meyakinkan dirinya sendiri. Namun, tetap saja dia tidak bisa merasa tenang. Hatinya mulai yakin masih ada sesuatu yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya. “Aku harus bisa mencari tahu. Aku harus mengerti situasi yang membingungkan ini, siapa tahu ada hubungannya dengan masa kecil yang tidak aku ingat secara nyata ini.” Setelah trus berpikir sambil menebak-nebak, Emily merasa perutnya lapar dan ada rasa haus. Emily melangkah keluar dari kamarnya dengan raut wajah cemberut. Ponselnya hampir mati, dan charger yang ia butuhkan entah di mana. Setelah menggeledah seluruh kamar dan laci-laci, ia memutuskan untuk mencari pelayan yang biasanya membereskan kamarnya. Ia berjalan menuju teras belakang rumah, tempat para pelayan sering berkumpul

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 60

    “A–aku... sebenarnya, aku lupa arah ke toilet,” ucap Emily, lalu mencoba untuk tersenyum kikuk. Pelayan pun tersenyum, tidak terlihat curiga untungnya. “Kalau begitu, anda bisa ambil arah ke kiri,” ucap pelayan rumah. “Ah, baiklah.”****Emily kembali ke rumah, membawa perasaan puas. Setelah berhasil meletakkan alat penyadap suara yang akan langsung terkoneksi dengan ponselnya, Emily yakin pasti akan membuahkan hasil. Sampai malam itu, tidak ada suara yang mencurigakan. Namun, menjelang tengah malam terdengar obrolan Kelly dan Hendrick yang sepertinya baru pulang kantor. Emily mendengar dengan seksama pembicaraan itu menggunakan headset, merekamnya sebagai bukti nantinya. “Bagaimana? Apa yang Emily katakan tadi, Bu?” tanya Hendrick. “Tidak ada yang spesifik. Wanita itu benar-benar keras kepala, menyebalkan juga. Membujuknya dengan lemb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 61

    Emily bangkit dari tempat tidur sambil menahan nyeri di pinggangnya. Seperti biasanya, setiap kali William melakukan hubungan intim dengannya kakinya bahkan sampai gemetaran. “Ck! Orang buta ini benar-benar tidak punya perasaan,” gumam Emily. Hanya bisa menuju ke kamar mandi dengan langkahnya yang kesulitan, pasrah dengan perlakuan William yang bagikan binatang buas. Melihat itu, William pun hanya bisa menahan senyumnya agat tidak timbul. Mengguyur tubuhnya dengan air hangat menggunakan shower, Emily berharap itu dapat membuat tubuhnya rileks. Namun, tiba-tiba saja dia mulai berpikir tidak jelas. “Kalau William bisa segila ini dalam melakukan hubungan badan, kenapa Hendrick selalu menolaknya dulu?” Emily menyipitkan matanya. “Bahkan, setiap kali aku coba menggodanya yang ada dia memintaku untuk menunggu sampai menikah. Hendrick itu sangat menghargai ku, atau dia tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 62

    Emily kembali menatap layar ponselnya dengan perasaan tak karuan. Tubuhnya membeku, dan napasnya tersengal saat video yang terhubung dengan Azura mulai menunjukkan sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya. “Ya ampun... ngeri sekali, ya??” gumam Emily. Pria itu kembali mendekat dan memeluk Hendrick dengan akrab, bahkan mengecup bibirnya berkali-kali dengan santai, seolah itu adalah hal yang biasa mereka lakukan. Hendrick, bukannya menolak, malah membalas ciuman itu dengan penuh kelembutan, membuat Emily makin tercekat di tempatnya. Mereka saling menatap dengan tatapan yang begitu dalam, dan Hendrick dengan lembut mengusap wajah pria itu sambil tersenyum. Adegan itu, yang seharusnya menjadi momen manis bagi mereka, malah membuat Emily dan Azura tambah merinding hingga ke tulang. “Ini… tidak mungkin mereka sampai sejauh itu, kan?,” gumam lagi Emily dengan suara parau. Ia mencoba mencari alasan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 63

    Emily duduk di depan laptopnya dengan wajah serius, hanya diterangi cahaya layar yang memantulkan bayangannya di dinding kamar. Tangannya sibuk mengetik sesuatu di akun anonim dengan hati-hati. Seperti sebelumnya, akun itu dilengkapi dengan perlindungan ekstra agar identitasnya tetap tersembunyi.Ditambah lagi diam-diam William juga selalu melindungi aktivitas Emily di media sosial. Dia mengambil napas panjang, menatap video pendek di layar, rekaman Hendrick dengan pacar laki-lakinya siap untuk diekspos. Emily merasa gugup, namun entah mengapa dia juga merasa puas. Dengan sekali ‘klik’, video itu pun diunggah ke platform media sosial, disertai keterangan singkat tanpa menyebutkan nama tokohnya. “Mereka benar-benar pasangan panas tahun ini! Bisakah kalian berikan selamat juga?” Beberapa menit pertama berlalu dengan tenang dan hening. Emily menatap layar, jantungnya berdegup kencang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 64

    Di ruang keluarga mewah milik keluarga Sebastian, ketegangan tengah memuncak. Kelly berdiri dengan wajah merah padam, sementara Sebastian, dengan tatapan penuh amarah, berjalan mondar-mandir sambil menggenggam ponselnya yang masih memutar video singkat itu. “Bagaimana ini bisa terjadi?!” Sebastian menggebrak meja kayu mahal yang berada di depannya. Gelas kristal yang berada di atas meja berguncang seolah ikut merasakan kemarahan sang kepala keluarga tersebut. “Apa yang sebenarnya kau lakukan selama ini, Kelly?! Kau bilang kau dekat dengan Hendrick, tapi kau bahkan tidak tahu anak kita… memiliki kelainan menjijikan seperti ini!” Kelly mendengus tajam. “Kelainan katamu, hah? Jadi sekarang kau menyebut itu kelainan? Hendrick adalah anakmu juga, Sebastian! Kau tidak pernah meluangkan waktu untuknya. Kau sibuk dengan perusahaan, pesta-pesta, dan... wanita-wanitamu!” Kelly mendekat ke meja dan menatap Sebastian dengan tajam. “Ini bukan salahku sepenuhnya!”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 100

    William kembali ke rumah malam itu. Dia mendapatkan informasi dari penjaga gerbang tentang kedatangan Nyonya besar beberapa saat lalu, tapi dia tidak terlalu ingin mempedulikannya. Begitu sampai di kamar, William tidak mendapati Emily di sana. Ia pun menjadi panik. Jangan-jangan Emily kabur. Biasanya Emily akan berada di sana setiap William pulang. “Emily! Emily!” panggil William. Pria itu benar-benar harus tetap berakting buta, padahal dia benar-benar sangat panik. Saat William keluar dari kamar, seorang pelayan rumah datang menghampiri dan berbicara dengan sopan, “Nyonya Emily berada di kamar ujung, Tuan. Siang tadi ada teman Nyonya Emily. Sejak saat itu, Nyonya Emily belum keluar dari kamar itu.” William menganggukkan kepalanya. Dengan gerakan tangan, William meminta pelayan itu pergi. Cukup lega mendengarnya. Setelah yakin tidak ada orang lagi, William berjalan menu

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 99

    Sore itu, sebelum pulang ke rumah, William melangkah masuk ke sebuah restoran mewah. Di ruang VVIP, Tuan Xavier sudah menunggunya dengan ekspresi tenang, meskipun ada sedikit kelelahan yang terpancar di wajah pria itu. William duduk dan mereka saling bertukar sapa, membahas hal-hal ringan sebelum akhirnya William memutuskan untuk langsung bicara pada intinya. “Beberapa hari ini Emily sering menghubungi anda, Paman,” kata William dengan suara tenang namun penuh kehati-hatian. “Apakah ada sesuatu yang terjadi? Jika boleh tahu, apa yang diobrolkan Emily hingga sesering itu dia menghubungi anda?” Tuan Xavier menghela napas perlahan, meletakkan cangkir tehnya ke atas meja dengan gerakan lembut. “Beberapa waktu terakhir, Emily mengalami terlalu banyak kejutan dalam hidupnya, William. Aku yakin kau pun menyadarinya. Tekanan yang dia rasakan tidak kecil. Dia pasti merasa stres dan frustrasi belakangan ini.” William mengangguk pelan.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 98

    Elizabeth menatap keluar jendela mobil dengan gelisah. Sudah lebih dari satu jam perjalanan, tetapi mereka masih belum sampai. Jalanan semakin sepi, hanya ada pepohonan di sisi kiri dan juga kanan. Tangannya mengepal erat. Dia sudah beberapa kali bertanya kepada sopir yang mengantarnya, tapi pria paruh baya itu hanya diam, seolah tidak mendengarkan. “Hei! Aku bertanya, kita mau ke mana?” bentaknya, mulai kehilangan kesabaran. Sopir itu tetap tidak menjawab. Frustrasi, Elizabeth menatap gagang pintu. Jika dia tidak segera mendapatkan jawaban, dia akan mengambil resiko, loncat dari mobil ini! “Aku bersungguh-sungguh! Jika kau tidak menjawab, aku akan keluar dari mobil sekarang juga!” ancamnya.sopir itu akhirnya menghela napas dan berbicara dengan nada tenang, “Aku hanya diperintahkan Untuk mengantarmu menemui ibumu. Jadi, tetaplah untuk tenang.”Elizabeth terdiam. Ibu? Pikirann

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 97

    Emily mengepalkan tangannya erat. Dia hanya bisa menatap punggung Elizabeth yang berjalan menjauh, semakin lama semakin menjauh, hingga akhirnya menghilang di balik pintu gerbang rumah itu. Mata Emily memanas, tapi dia menahan diri agar tidak menangis. Dia tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi, tetapi melihat Elizabeth yang biasanya selalu menunjukkan wajah palsu pergi dengan kesan yang nampak marah dan kecewa, Emily pun menjadi gusar. Sementara itu, Elizabeth menundukkan kepalanya, menahan isak tangis yang semakin berat. Dia benar-benar tidak rela meninggalkan rumah itu. Tempat ini adalah satu-satunya tempat di mana dia bisa merasa dekat dengan William. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Robert telah mengancamnya, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan bukti yang cukup untuk menghancurkan hidupnya. Dia masih belum tahu di

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 96

    Pagi itu, suasana di kamar mandi rumah William terasa begitu hangat. Emily dan William tengah berendam bersama di bathtub yang penuh busa. Tawa kecil Emily menggema ketika William dengan lembut menggosok punggungnya. “Kau benar-benar menikmati ini, ya?” tanya Emily sambil memutar kepala untuk melihat William. William tersenyum tipis, membalas, “Tentu saja. Jarang-jarang aku bisa mandi bersama istriku. Rasanya... aku jadi ingin setiap hari.” Emily tertawa pelan, menggelengkan kepala. “Kau benar-benar tidak mungkin serius, kan?”“Serius. Dulu, saat kecil kita juga sering mandi di kolam renang bersama, sayangnya saat itu aku masih sangat polos dan hanya tersenyum bahagia melihat balita menggunakan pakaian renang.”Emily pun terkekeh. Setelah selesai mandi, mereka saling membantu. Emily memakaikan dasi untuk William, sementara William membantu Emily memilih dress santai untuk dikenakan di rumah.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 95

    William melangkah masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu, seperti biasanya saat dia sedang pulang ke rumah. Namun, kali ini, dia melihat sesuatu yang membuat alisnya sedikit mengernyit. Emily yang tengah memegang ponselnya tiba-tiba menyembunyikan di balik punggung saat melihat dirinya masuk. Emily tersenyum, berusaha terlihat senang Mungkin. Dia segera bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah William. “Sayang, sudah pulang?” tanyanya dengan lembut, seolah tidak terjadi apa-apa. William menutup pintu dan mengangguk pelan. Dia ingin bertanya tentang ponsel yang disembunyikan Emily, tapi melihat wajah istrinya yang lebih cerah dibanding beberapa hari terakhir, ia memutuskan untuk menahan diri. Tanpa berkata apa-apa, Emily langsung memeluk William erat. William terkejut sejenak, namun segera membalas pelukan itu. Sudah berapa waktu ini Emily lebih banyak diam, dan dia yang mengambil inisiatif untuk memeluknya lebih dulu

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 94

    Pagi itu, di sebuah kafe, tempat Azura bekerja. Azura menatap Robert dengan tatapan tajam, tangannya menyilang di depan dada, sementara proposal di hadapannya tetap tak tersentuh. “Dengar, Tuan Rodet atau Robert, dan... siapa lah itu,” katanya dengan nada datar. “Emily bukan anak kecil lagi. Dia sudah cukup tua, bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik. Dan aku? Aku bukan pengasuh atau bodyguard. Aku ini pelayan cafe biasa, dan aku nyaman dengan pekerjaanku sekarang ini.” Robert tetap tenang, meski dia bisa merasakan penolakan keras dari Azura. “Aku tentu saja mengerti posisi anda, Nona Azura. Tapi ini bukan hanya soal pekerjaan saja. Ini soal Nyonya muda Emily. Lagi pula, bekerja di kafe seperti ini tidak mungkin bisa menjamin masa depan anda.”Mendengar itu, Azura pun makin menatap Robert dengan tatapan kesal. Ia memiliki cerita tidak mengenakan dengan para orang kaya, itu cukup membuatnya muak. Walaupun Emily adalah

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 93

    Johan dan Julia mencoba untuk menemui Emily, namun kesulitan karena baik penjaga gerbang maupun pelayan rumah tidak ada yang memberikan akses. Nyonya besar juga dilarang untuk datang oleh William. Seolah tahu apa yang akan terjadi, William ingin mengantisipasi semua masalah dari luar. Emily sedang kacau belakangan ini, akan mudah baginya dipengaruhi, dan berpikir buruk. Sementara itu, di dalam kamar, Emily menghela napasnya. Sungguh, rasanya bosan sekali terus berada di dalam kamar seperti ini. Akhirnya, Emily memutuskan untuk berjalan-jalan keliling rumah dan taman saja guna mengusir rasa bosan itu. “Aku ingin pergi ke pusat belanja. Makan es krim, beli baju, ahhh... pokoknya apapun yang bisa aku lakukan di sana, deh!” gumamnya. Namun, langkah kaki Emily terhenti saat mendengar suara Elizabeth tengah bicara di telepon. Emily mengerutkan keningnya. “Elizabeth... kenapa dia ada d

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 92

    Malam itu, di sebuah apartemen. Suara barang pecah belah menggema di dalam kamar Hendrick. Napasnya memburu, dadanya naik turun penuh emosi. Ia baru saja menerima kabar bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya, kehancuran bisnisnya, rusaknya reputasinya, dan kekalahannya adalah ulah William dan Emily. Mereka bekerja sama untuk menyingkirkannya. Hendrick menatap pantulan dirinya di cermin yang kini retak akibat lemparannya. Matanya merah penuh kemarahan. “William... Emily,” gumamnya, “kalian pikir, kalian benar-benar sudah menang?” Ia menyeringai dingin. Tidak. Ini belum berakhir. Dia akan menghancurkan mereka, satu persatu. Jika Emily meninggalkan William, pria itu pasti akan hancur. Atau lebih baik lagi, jika ia bisa membuat mereka saling membenci, itu akan menjadi hukuman terbaik. “Tidak sulit,” Hendrik tertawa. Ia tahu Emily bukan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status