Share

Bab 50

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-01-20 21:02:11

“Akhirnya,...” ucap Emily, girang.

Sudah satu minggu berlalu sejak Emily memutuskan untuk memperbaiki guci yang pernah dia pecahkan.

Dengan penuh kesabaran, dia menempelkan pecahan demi pecahan menggunakan lem perekat khusus.

Meski hasilnya belum sempurna, bentuk guci itu kini hampir kembali seperti semula, meskipun retakan yang membekas di permukaannya tidak bisa disembunyikan.

Emily memandangi guci itu dengan senyuman puas. “Setidaknya, aku sudah mencoba memperbaikinya,” gumamnya pelan. Dia berharap William akan menghargai usahanya dan tidak lagi menyimpan rasa kecewa yang mendalam.

Dengan hati-hati, Emily membawa guci itu menuju kamar William.

Di tengah perjalanan, dia berpapasan dengan kepala pelayan.

Emily berpura-pura tidak melihat, malas untuk berdebat.

Kepala pelayan itu memperhatikan guci di tangan Emily, lalu menyunggingkan senyum sinis.

“Ah, guci itu,” ujar kepala pelayan. “Meski
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
lanjut Thor.......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 51

    Hari itu cerah, dan mal besar di pusat kota penuh dengan aktivitas. Emily dengan langkah riang menarik tangan Azura, memaksa sahabatnya itu untuk ikut dengannya berbelanja. Azura, yang dari awal menolak keras, akhirnya menyerah setelah Emily terus memaksa. “Aku bilang tadi aku yang traktir, kan? Santai saja, Azura. Anggap saja ini bonus karena kau sudah banyak membantuku belakangan ini,” ucap Emily sambil tersenyum lebar. “Tapi aku tidak suka berutang dalam bentuk apapun, Emily,” sahut Azura sambil berdecak kesal. “Lagipula, aku tidak butuh apa-apa, kok.” Emily melirik Azura dengan senyuman jahil. “Kalau begitu, anggap saja ini hiburan. Kalau kau terus protes dan menolak, aku akan mengatakan kepada semua orang kalau kita ini pasangan lesbi!” Pada akhirnya Azura hanya bisa mendesah panjang. “Kau benar-benar menyebalkan sekali, Emily!” gumamnya sambil mengikuti langkah Emily yang penuh semangat. Setelah bebe

    Last Updated : 2025-01-21
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 52

    William kembali ke rumah menjelang sore. Meskipun hari ini adalah akhir pekan, tidak ada waktu untuknya beristirahat. Kepala pelayan berjalan mendekati William, menyapa dengan ramah dan hormat. “Selamat datang, Tuan.” William menganggukkan kepalanya. “Emily sudah pulang?” Kepala pelayan menggelengkan kepalanya meski dia sadar William tidak akan melihatnya. “Belum, Tuan. Apa perlu Saya minta orang untuk mencari tahu keberadaan Nyonya muda?” Dengan cepat William langsung merespon, “Tidak perlu. Aku hanya bertanya saja, jangan berlebihan menanggapinya.” “Baik,” sahut kepala pelayan. Ada perasaan heran, namun dia juga tidak berani mengungkapkannya. Bagaimanapun, jika itu orang normal biasa, tentu saja orang seperti Emily sudah dihempaskan dari jauh-jauh hari. Wanita ular yang berbisa mematikan, semua orang pun bisa melihatnya dengan jelas. William berjalan meninggalkan kep

    Last Updated : 2025-01-21
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 53

    Emily duduk di sofa ruang tengah, menatap kedua orang tuanya dengan wajah dingin. Julia terlihat cemas sambil meremas-remas tangannya. Sementara Johan berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan ekspresi keras dan tegas. “Emily,” Julia memulai, meraih tangan putrinya. Tatapannya penuh permohonan. “Kami hanya ingin segala yang terbaik untukmu. William bukan pria yang tepat untukmu. Lebih baik kau mengakhiri pernikahan ini sebelum semuanya semakin buruk.” “Terbaik untuk siapa?” Emily menarik tangannya perlahan, matanya menyipit, penuh dengan tanda tanya. “Kenapa, Bu? Kenapa kalian begitu membenci William? Bukankah dulu kalian bilang bahwa keluarga kita dan keluarga William adalah teman dekat?” Mendengar itu, Johan berbalik, menatap Emily dengan tatapan tajam. “Karena kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Emily. Kau buta dengan apa yang William lakukan. Kau tidak mengerti bagaimana dia membuat keluarga kita hancur sedikit demi sedi

    Last Updated : 2025-01-21
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 54

    Malam itu, William dan Emily tidur saling memunggungi. Percakapan terakhir mereka di mobil membuat mereka sendiri merasa aneh. Sedikit kesal, tapi juga sadar itu tidak perlu diungkapkan. Ada perasaan bersalah yang Emily rasakan. Tapi, dia juga tidak bisa memahami perasaan ragu akan hatinya sendiri. Yah, dia akan melakukan apapun untuk kebaikan William. Bahkan, jika itu menyangkut keturunan seperti yang William inginkan. Namun, bisakah hubungan mereka terjalin tanpa membahas perasaan atau memahami perasaan untuk sementara waktu ini? Emily berharap semuanya mengalir seperti air. Biarkan waktu yang akan menjelaskan bagaimana perasaan Emily yang sesungguhnya. “Aku benar-benar tidak bisa tidur,” batin Emily. Biasa untuknya tidur dalam dekapan pria itu. Sama seperti Emily, William sendiri juga tidak bisa tidur. Namun, yang sedang dipikirkan ol

    Last Updated : 2025-01-22
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 55

    “Ah, tidak ada. Lupakan saja,” jawab William. Emily terdiam. Namun, dia makin penasaran dan bertanya-tanya, sebenarnya apa yang telah dia lupakan? Pada akhirnya, Emily tetap memilih diam. Dia tidak tahu kenapa dia terus kebingungan, merasa ada sesuatu yang membuatnya tidak lengkap. **** William keluar dari mobil dengan tenang, kakinya menyentuh lantai dengan langkah yang penuh keyakinan meski tongkat penuntunnya tetap berada di genggaman. Seperti biasa, Robert sigap membuka pintu dan membantu memastikan William keluar dengan lancar. “Silahkan, Tuan. Berhati-hati lah.” Di belakang William, Emily melangkah turun dari mobil dengan elegan, gaun panjangnya yang anggun memantulkan cahaya dari lampu taman. Setelah itu, Emily segera memeluk lengan William, menempatkan dirinya dengan penuh percaya diri di sisi suaminya. Tanpa banyak ekspresi, William membiarkan kehangatan sentuhan Emily mengiringi langkah mereka menuju pintu utama. Robert mengikuti dari belakang den

    Last Updated : 2025-01-22
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 56

    William tersenyum samar, lalu berkata dengan suara rendah tapi tajam, “Ayah, hadiah ini adalah benda yang aku pikir paling pas untuk diberikan. Tidak semua hal terlihat seperti yang tampak di permukaan. Kadang, yang kita lihat hanyalah ilusi, sedangkan kebenaran tersembunyi di baliknya.” Pernyataan itu membuat suasana semakin tegang. Tuan Sebastian tidak bisa menyembunyikan kemarahannya, tetapi ia menahan diri untuk tidak membuat keributan di depan para tamu. Sebastian pun berbisik, “Jangan bermain kata-kata, William. Dengar kan aku baik-baik, kau tidak pantas melakukan hal semacam ini!” Sejak tadi, Kelly benar-benar menahan diri. Kemarahan yang ia miliki saat ini akan dia simpan. Namun, janjinya besar untuk membalas dendam itu. Emily, yang mulai memahami situasinya, menyadari bahwa hadiah ini adalah benda yang digunakan William untuk mencemooh Ayahnya. “Tukang selingkuh! Hehehe... mirip aku yang dulu.” batin Emily. Malam itu, patung tersebut menjadi topik utama di a

    Last Updated : 2025-01-22
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 57

    Robert menatap Hendrick dengan tatapan tajam. Namun, Hendrick sendiri tidak merasa terancam sama sekali. Ia pikir, memang apa yang bisa dilakukan seorang asisten sekretaris seperti Robert? Walaupun memiliki kemampuan yang hebat sehingga berhasil membuat William yang buta itu memimpin perusahaan, tetap saja Robert adalah pria tanpa wewenang. “Tuan Hendrick, anda benar-benar membuat kesabaran Tuan William habis,” ucap Robert, ada ancaman di balik kalimatnya itu. Hendrick tersenyum smirk. “Hah! Wajahnya yang sialan itu saja terlihat takut tadi. Kalau dia marah, dia pasti akan mengoceh di hadapan ku!” Robert setia dengan ekspresi wajahnya yang dingin. “Dan itu adalah masalahnya,” tegas Robert, “kalau saja Tuan William lebih banyak bicara tadi, maka artinya dia masih menahan diri. Tapi, diamnya Tuan William sudah menjelaskan segalanya.” Hendrick tersenyum dengan maksud meremehkan. “Lantas mau apa kau, hem?” R

    Last Updated : 2025-01-23
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 58

    Pertanyaan kepala pelayan itu membuat Emily terdiam. Cincin itu, beberapa bulan lalu Emily sendirilah yang membuangnya lewat jendela. Alasannya adalah karena dengan William yang tidak mengirimkan uang dengan jumlah yang sama seperti yang dia inginkan. “Nyonya, Tolong kontrol emosi anda. Dokter Elizabeth hanya menemukannya, lalu mengenakan karena dia menyukainya. Jika Anda memang ingin mengambilnya kembali, setidaknya Anda bisa menggunakan cara yang sedikit lebih baik, kan?” ucap kepala pelayan. Emily hanya bisa menggigit bibir bawahnya, mengepalkan tangan. Bagaimanapun, sejak awal ini memang kesalahannya. Andai saja waktu itu dia bisa berpikir panjang, mungkin hal semacam ini tidak akan pernah terjadi. Satu cincin ada di jari William, pria itu tidak pernah melepaskan cincin pernikahannya, dan satu lagi ada di jari Elizabeth. Mau mengatakan ini cuma cincin, tapi hatinya sakit dan tidak bisa menerimanya.

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 108

    Sore itu, di kamar William dan juga Emily. Emily menggeliat pelan, mencoba menggeser tubuhnya, tapi segera meringis. Pinggangnya terasa sakit sekali. Ia melirik ke samping, mendapati William masih memeluknya erat, seolah tidak ingin membiarkannya pergi. Pakaian mereka berserakan di lantai, sementara tubuh mereka hanya terbungkus selimut tebal. Wajah Emily memerah saat mengingat kejadian gila di siang bolong itu. “Kau yang memprovokasi duluan. Jangan memasang wajah marah,” ucap William santai, mengeratkan pelukannya. Emily mendengus kesal, tapi wajahnya tetap bersemu merah. Jelas aja dia masih merasa malu, tapi lebih daripada itu, ia menyadari sesuatu. Setelah perasaannya dibuat kacau balau oleh situasi, nyatanya ia tidak menangis lagi. William berhasil mengalihkan pikirannya dari semua kesedihan dan rasa bersalah yang terus menghantuinya. Ah, lebih baik fokus pada pembicaraan mereka kali ini. “Jangan senyum-senyum seperti itu.” Emily mendorong dada William deng

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 107

    Dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil begitu hening. Emily menatap kosong keluar jendela, pikirannya benar-benar berantakan. Sementara itu, William terus menggenggam tangannya, memberikan kehangatan yang ia harap bisa sedikit menguatkan istrinya itu. William tidak meminta Emily untuk kuat. Ia tidak mengucapkan kata-kata penyemangat klise yang hanya akan terdengar hampa di telinga istrinya. Ia tahu, tidak ada kata-kata yang cukup untuk menghapus rasa sakit yang tengah dirasakan Emily saat ini. Ketika mobil berhenti di lampu merah, William menarik napas dalam dalam. Ia lalu merangkul Emily, mendekap tubuh mungil itu dalam hangat pelukannya. Dengan lembut, ia mengecup puncak kepala Emily, jarinya mengusap rambut wanita itu dengan penuh kasih sayang. Emily terdiam di dalam pelukan itu. Air matanya yang sempat terhenti kini kembali mengalir, membasahi pipinya. Tapi kali ini, ia tidak berusaha menyembunyikannya

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 106

    Begitu Emily melangkah keluar dari rumah orang tuanya, udara dingin seketika itu langsung menyambutnya. Ia mengangkat wajahnya, mencoba menenangkan diri, tapi air matanya masih menggenang di pelupuk matanya. William yang sejak tadi menunggu di luar, segera berdiri dan mendekatinya. Ekspresi wajahnya tetap seperti biasa, tenang dan tak terbaca, seperti seseorang yang masih buta. Emily terdiam, hatinya penuh dengan perasaan kepasrahan. Semua yang ia percayai runtuh begitu saja. Sekarang, ia tidak tahu harus berbuat apa, bagaimana menjalani hidupnya ke depan saat harus bersama William. William, dengan tongkat penuntunnya, berjalan perlahan mendekati Emily. Tanpa ragu, pria itu menarik Emily ke dalam pelukannya, memeluk erat seolah mencoba menenangkan badai yang berkecamuk dalam hati istrinya. “Andai kau bisa lebih bersabar sedikit untuk tidak menemui orang tuamu dulu, aku tidak perlu melihat kau makin f

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 105

    Emily berdiri dengan lemah di ruang keluarga, tatapannya nanar menembus kedua orang tuanya. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh, membasahi pipinya tanpa bisa dihentikan lagi. Napasnya tersengal, bukan karena kelelahan, tapi karena sakit hati yang menghimpit dadanya. Bahkan kata ‘sakit’ tidak cukup untuk menggambarkannya. “Emily, kami melakukannya juga untuk kelangsungan kehidupan kita. Kami juga ingin memberikan kehidupan yang layak untukmu dan juga Sean,” sergah Julia yang tidak ingin terus-menerus mendengar Emily menyalahkannya. Alasan itu tidak bisa Emily terima. Kalau tahu akan jadi begini, tentu saja dia lebih memilih hidup miskin, serba kekurangan. “Dari awal, kalian berdua sudah salah!” Emily berteriak, suaranya penuh dengan kepedihan dan frustrasi. “Aku bisa memahami kalau kalian dulu kesulitan ekonomi, tapi sekarang? Sekarang semua sudah membaik, tapi kalian tidak berhenti juga! Kalian malah terus mel

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 104

    Pertanyaan dari Emily itu membuat Julia mendelik kesal. Langsung saja Julia menarik tangan Emily dengan kasar, membawanya ke ruang tengah, menjauh dari para pelayan dan orang-orang yang bisa mendengar percakapan mereka. Johan menyusul, meskipun ia tidak berniat terlalu banyak ikut campur dalam pembicaraan itu. Begitu sampai di ruangan itu, Julia berbalik, menatap Emily dengan tatapan tajam penuh peringatan. “Kenapa Ibu menyembunyikan ini dariku? Kenapa kalian berdua ikut andil dalam melukai William selama ini?” suaranya bergetar, bukan karena takut, tapi karena emosi yang begitu besar menguasainya. Julia terdiam. Matanya melirik ke arah Johan, berharap suaminya bisa memberikan jawaban, tapi Johan hanya duduk pasrah, memilih untuk tidak banyak bicara. Emily melangkah mendekati Ibunya, matanya menatap penuh luka dan penghianatan. “Apakah tidak cukup bagi kalian berdua menyakiti ibunya William? Kenapa harus William juga?” tanya Emily lirih. “Benarkah Ayah dan Ibu adal

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 103

    Pagi itu, sinar matahari yang masuk melalui celah jendela membangunkan Emily dari tidurnya. Begitu matanya terbuka, dia terkejut melihat William sudah bangun dan duduk di tepi ranjang, menatapnya dalam diam. Tatapan William begitu lembut, tapi ada sesuatu di dalamnya, seperti sebuah emosi yang sulit ditebak. “Tatapan macam apa itu? Jelas dia sedang kesal,” batin Emily. Ia pun hanya bisa diam, tidak tahu harus berbuat apa. Namun, William tiba-tiba tersenyum dan mengusap wajah Emily dengan lembut, membuatnya sedikit terkejut. Tanpa mengatakan apa pun, pria itu mengecup keningnya dengan penuh kasih dan lembut. “Selamat pagi, istriku,” ujar William, suaranya terdengar dalam dan menenangkan. Emily masih diam, hatinya dipenuhi dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab. William lalu berkata, “Aku ingin mengajakmu liburan. Kita bisa menenangkan diri selama beber

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 102

    Tangisan Emily semakin kencang, menggema di seluruh ruangan. Tubuhnya bergetar hebat di dalam pelukan William, seolah mencoba melepaskan diri dari kenyataan yang begitu menyakitkan. “William... bencilah aku! Kumohon, maki aku sebanyak yang kau bisa!” seru Emily dengan suara yang penuh kepedihan. Namun, bukannya menjauh, William justru mencengkram kedua pundak Emily dengan kuat, membuat Emily menatap langsung ke dalam matanya. Tatapan William begitu tajam, tegas, dan penuh keteguhan hati. “Emily, Jangan pernah bicara seperti itu lagi!” suara William dalam dan tegas, membuat Emily semakin terisak pilu. Azura yang ada di dalam kamar ujung mendengar suara tangisan itu. Ia terkejut dan segera keluar dari kamarnya, berdiri di depan pintu kamar William dan Emily tanpa mengetuk. Ia hanya ingin memastikan keadaan sahabatnya baik-baik saja tanpa ingin mengganggu mereka. “Apa hal seperti ini biasa terjadi?” gumam Azura, pelan.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 101

    Pertanyaan Emily barusan seakan menghantam dada William dengan keras. Ia menghela napas panjang, lalu tanpa ragu menangkup wajah istrinya, menatap dalam-dalam mata bening itu. “Aku mencintaimu, Emily,” ucap William, suaranya terdengar begitu tulus. “Aku benar-benar tidak tahu sejak kapan perasaan ini tumbuh, tapi aku sadar bahwa bersamamu adalah kebahagiaan bagiku. Namun, kebahagiaan itu bukan berarti aku harus menekan rasa sakit ku juga.”Emily menatapnya dengan tatapan penuh selidik. Ia tahu ada sesuatu yang masih disembunyikan William. “Tapi Kenapa waktu itu kau mendiamkan ku?” tanya Emily lagi, suaranya mengandung kekecewaan yang besar. William langsung terdiam. Pertanyaan itu adalah sesuatu yang selama ini ia ingin hindari. Tapi kemudian ia teringat pesan dari Tuan Xavier, bahwa ia harus jujur, bahwa ia tidak boleh membiarkan Emily terus meragukannya. “Aku sempat terkejut mengetahui sebuah kebenaran di masa lalu... Buka

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 100

    William kembali ke rumah malam itu. Dia mendapatkan informasi dari penjaga gerbang tentang kedatangan Nyonya besar beberapa saat lalu, tapi dia tidak terlalu ingin mempedulikannya. Begitu sampai di kamar, William tidak mendapati Emily di sana. Ia pun menjadi panik. Jangan-jangan Emily kabur. Biasanya Emily akan berada di sana setiap William pulang. “Emily! Emily!” panggil William. Pria itu benar-benar harus tetap berakting buta, padahal dia benar-benar sangat panik. Saat William keluar dari kamar, seorang pelayan rumah datang menghampiri dan berbicara dengan sopan, “Nyonya Emily berada di kamar ujung, Tuan. Siang tadi ada teman Nyonya Emily. Sejak saat itu, Nyonya Emily belum keluar dari kamar itu.” William menganggukkan kepalanya. Dengan gerakan tangan, William meminta pelayan itu pergi. Cukup lega mendengarnya. Setelah yakin tidak ada orang lagi, William berjalan menu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status