Share

Bab 46

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 21:01:59

Emily duduk di atas tempat tidurnya, matanya tak lepas dari layar laptop yang sedang melakukan siaran langsung konferensi pers yang disampaikan oleh wakil duta negara.

Senyumnya merekah saat mendengar pengumuman resmi yang ia tunggu-tunggu sejak lama.

“Tuan Luis telah ditarik mundur dari semua jabatan dan diskualifikasi dari pencalonan untuk posisi apapun di masa depan. Selain itu, akan dilakukan penyelidikan menyeluruh terkait kasus ini. Jika terbukti benar bersalah maupun terkaitan dengan kasus lain, beliau akan dikenakan sanksi berat sesuai hukum yang berlaku.”

Emily menghela napas lega, hatinya berdebar penuh rasa puas. “Akhirnya,” gumamnya pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri.

Ponsel di mejanya bergetar, sebuah pesan masuk dari Azura,

‘Terima kasih, Emily. Aku tidak tahu bagaimana caranya membalas semua ini.’

Emily tersenyum kecil sambil mengetik balasan. ‘Ini bukan hanya untukmu, Azura. Ini untuk semu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 47

    William pulang ke rumah sekitar pukul 20:00. Begitu masuk ke dalam kamar, matanya langsung tertuju kepada Emily yang dalam kondisi tidur. Masih mengunakan pakaian yang sama saat William berangkat kerja. Tangan William perlahan terulur, menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajah Emily. “Dia benar-benar terlihat sangat cantik, bahkan saat dia tidur,” gumam William, pelan. Namun, adanya hansaplast di jari Emily menyita perhatian, dan pertanyaan di hatinya. Bukan hanya satu atau dua, hampir semua jari Emily dibalut hansaplast. “Apa yang dia lakukan seharian ini memangnya?” ujar William, di dalam hatinya. Gegas dia melepaskan pakaiannya, tentu dengan hati-hati karena dia tidak ingin membuat Emily bangun. Setelah selesai mengganti pakaian, William keluar dari kamar sambil membawa tongkatnya menuju ke ruang kerjanya. Sampai d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 48

    Emily hanya bisa menatap kepergian William dan juga Robert dengan tatapan bingung. Entah apa yang terjadi sebenarnya, kedua orang itu nampak terburu-buru. “Apa ini tentang perusahaan?” gumam Emily. Ia pun menghela napas, sadar ia tidak bisa memberikan bantuan apapun. Yah... sadar diri juga otaknya tidak secerdas William. Di mobil, Robert menjalankan mobilnya dengan cepat. Pria itu benar-benar fokus, tidak ingin mencelakai William. “Tentang apa, Robert?” tanya William yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. Robert mengeratkan pegangan tangannya pada kemudi mobil. Ada rasa khawatir yang mendalam, namun sadar wajib untuknya beritahu keadaan yang sesungguhnya kepada William. Dengan menarik napasnya dalam-dalam, Robert pun mulai mengatakan yang terjadi. “Nenek anda, beliau menghubungi para petinggi, membujuk untuk ikut serta dalam kerja sama perusahaan milik Tuan Hendrick.” Ucapan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 49

    Hari itu, Tuan Luis duduk di ruang kerjanya yang sunyi. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja, tetapi tidak ada satu pun yang ingin dia baca. Wajahnya kusut, penuh dengan kerutan frustrasi. Sejak skandal itu mencuat, kehidupannya berubah drastis. Teleponnya berdering berkali-kali, tetapi dia tidak mengangkatnya. Dia tahu pasti itu hanya panggilan dari wartawan yang ingin menggali lebih dalam kehancuran reputasinya. Bahkan, beberapa mitra bisnis yang dulu selalu siap membantu kini menghilang tanpa jejak. Yang lebih menyakitkan, istrinya pun telah pergi. Semalam, dia mengemasi barang-barangnya, meninggalkan catatan singkat di meja makan. “Luis, aku tidak bisa lagi bertahan dalam kehancuran ini. Nama baikku, bisnis yang sudah kubangun, dan masa depanku tidak seharusnya hancur karena kebodohanmu. Aku akan mengajukan perceraian dan memulai hidup baru. Semoga kau menemukan jalanmu sendiri. Selama

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 50

    “Akhirnya,...” ucap Emily, girang. Sudah satu minggu berlalu sejak Emily memutuskan untuk memperbaiki guci yang pernah dia pecahkan. Dengan penuh kesabaran, dia menempelkan pecahan demi pecahan menggunakan lem perekat khusus. Meski hasilnya belum sempurna, bentuk guci itu kini hampir kembali seperti semula, meskipun retakan yang membekas di permukaannya tidak bisa disembunyikan. Emily memandangi guci itu dengan senyuman puas. “Setidaknya, aku sudah mencoba memperbaikinya,” gumamnya pelan. Dia berharap William akan menghargai usahanya dan tidak lagi menyimpan rasa kecewa yang mendalam. Dengan hati-hati, Emily membawa guci itu menuju kamar William. Di tengah perjalanan, dia berpapasan dengan kepala pelayan. Emily berpura-pura tidak melihat, malas untuk berdebat. Kepala pelayan itu memperhatikan guci di tangan Emily, lalu menyunggingkan senyum sinis. “Ah, guci itu,” ujar kepala pelayan. “Meski

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 51

    Hari itu cerah, dan mal besar di pusat kota penuh dengan aktivitas. Emily dengan langkah riang menarik tangan Azura, memaksa sahabatnya itu untuk ikut dengannya berbelanja. Azura, yang dari awal menolak keras, akhirnya menyerah setelah Emily terus memaksa. “Aku bilang tadi aku yang traktir, kan? Santai saja, Azura. Anggap saja ini bonus karena kau sudah banyak membantuku belakangan ini,” ucap Emily sambil tersenyum lebar. “Tapi aku tidak suka berutang dalam bentuk apapun, Emily,” sahut Azura sambil berdecak kesal. “Lagipula, aku tidak butuh apa-apa, kok.” Emily melirik Azura dengan senyuman jahil. “Kalau begitu, anggap saja ini hiburan. Kalau kau terus protes dan menolak, aku akan mengatakan kepada semua orang kalau kita ini pasangan lesbi!” Pada akhirnya Azura hanya bisa mendesah panjang. “Kau benar-benar menyebalkan sekali, Emily!” gumamnya sambil mengikuti langkah Emily yang penuh semangat. Setelah bebe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 52

    William kembali ke rumah menjelang sore. Meskipun hari ini adalah akhir pekan, tidak ada waktu untuknya beristirahat. Kepala pelayan berjalan mendekati William, menyapa dengan ramah dan hormat. “Selamat datang, Tuan.” William menganggukkan kepalanya. “Emily sudah pulang?” Kepala pelayan menggelengkan kepalanya meski dia sadar William tidak akan melihatnya. “Belum, Tuan. Apa perlu Saya minta orang untuk mencari tahu keberadaan Nyonya muda?” Dengan cepat William langsung merespon, “Tidak perlu. Aku hanya bertanya saja, jangan berlebihan menanggapinya.” “Baik,” sahut kepala pelayan. Ada perasaan heran, namun dia juga tidak berani mengungkapkannya. Bagaimanapun, jika itu orang normal biasa, tentu saja orang seperti Emily sudah dihempaskan dari jauh-jauh hari. Wanita ular yang berbisa mematikan, semua orang pun bisa melihatnya dengan jelas. William berjalan meninggalkan kep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 53

    Emily duduk di sofa ruang tengah, menatap kedua orang tuanya dengan wajah dingin. Julia terlihat cemas sambil meremas-remas tangannya. Sementara Johan berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan ekspresi keras dan tegas. “Emily,” Julia memulai, meraih tangan putrinya. Tatapannya penuh permohonan. “Kami hanya ingin segala yang terbaik untukmu. William bukan pria yang tepat untukmu. Lebih baik kau mengakhiri pernikahan ini sebelum semuanya semakin buruk.” “Terbaik untuk siapa?” Emily menarik tangannya perlahan, matanya menyipit, penuh dengan tanda tanya. “Kenapa, Bu? Kenapa kalian begitu membenci William? Bukankah dulu kalian bilang bahwa keluarga kita dan keluarga William adalah teman dekat?” Mendengar itu, Johan berbalik, menatap Emily dengan tatapan tajam. “Karena kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Emily. Kau buta dengan apa yang William lakukan. Kau tidak mengerti bagaimana dia membuat keluarga kita hancur sedikit demi sedi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 54

    Malam itu, William dan Emily tidur saling memunggungi. Percakapan terakhir mereka di mobil membuat mereka sendiri merasa aneh. Sedikit kesal, tapi juga sadar itu tidak perlu diungkapkan. Ada perasaan bersalah yang Emily rasakan. Tapi, dia juga tidak bisa memahami perasaan ragu akan hatinya sendiri. Yah, dia akan melakukan apapun untuk kebaikan William. Bahkan, jika itu menyangkut keturunan seperti yang William inginkan. Namun, bisakah hubungan mereka terjalin tanpa membahas perasaan atau memahami perasaan untuk sementara waktu ini? Emily berharap semuanya mengalir seperti air. Biarkan waktu yang akan menjelaskan bagaimana perasaan Emily yang sesungguhnya. “Aku benar-benar tidak bisa tidur,” batin Emily. Biasa untuknya tidur dalam dekapan pria itu. Sama seperti Emily, William sendiri juga tidak bisa tidur. Namun, yang sedang dipikirkan ol

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 282

    Di sebuah ruangan VVIP yang tenang, Zero sudah menunggu. Ia duduk santai, mengenakan hoodie oversized, topi yang menutupi sebagian wajahnya, serta kacamata hitam besar. Saat Elle membuka pintu dan masuk, dia sempat ragu sejenak sebelum akhirnya melangkah ke dalam dan duduk di kursi di hadapan Zero. “Hai,” sapa Elle singkat, nada suaranya datar. “Anda pasti sudah menunggu dari tadi, ya? Padahal aku sudah berusaha secepat mungkin.” “Apa yang ingin anda bicarakan, Tuan Zero?” Zero mengangguk kecil, lalu menyilangkan tangannya di atas meja. Ia tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya berbicara dengan suara yang tenang. “Aku ingin menawarkan sebuah proyek kerja sama dengan mu,” katanya. Elle mengerutkan kening. “Proyek kerja sama? Proyek kerja sama apa yang anda maksud, Tuan Zero?” Zero mengangguk lagi, lalu mengeluarkan sebuah map tipis dari dalam tas selempangnya dan meletakkannya di atas meja. “Aku

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 281

    Keesokan harinya, di gedung MJW Corporation, suasana di lantai kantor Elle terasa berbeda. Biasanya, Elle selalu terlihat tegas dan teratur. Tapi hari ini, dia tampak sering melamun, pandangannya kosong menatap layar laptop yang dari tadi tidak disentuhnya sama sekali. Rose mengetuk pintu ruangannya pelan sebelum masuk. Dia membawa beberapa dokumen penting yang harus ditandatangani. “Nona Elle,” sapa Rose dengan nada hati-hati, “Ini beberapa dokumen yang harus Anda cek dan tanda tangani hari ini.” Elle mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. Tangannya mengambil dokumen itu, tapi gerakannya terasa begitu lambat. Rose memperhatikan dengan ekspresi prihatin. “Apakah Anda baik-baik saja, Nona Elle?” tanya Rose pada akhirnya. Elle pun tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum kecil, berusaha untuk terlihat bia

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 280

    Sudah dua minggu berlalu. Elle kini benar-benar seperti kehilangan harapan. Kabar tentang Lavine sama sekali tidak ada, seolah pria itu lenyap begitu saja dari dunia. Nomor ponsel Lavine tetap tidak bisa dihubungi, bahkan lewat jalur lain pun tidak membuahkan hasil apapun. Rose sempat mencoba menghibur Elle, mengatakan mungkin Lavine pergi untuk alasan pribadi. Tapi di hati kecilnya, Elle tahu ini lebih dari sekadar ‘pergi tanpa pamit.’ Ada sesuatu yang terjadi, tapi entah apa itu. Setiap malam, Elle duduk di ruang tamu apartemennya, menatap layar ponsel yang kosong. Pesan terakhir dari Lavine tetap utuh, tidak bertambah sama sekali. Di kantor, Elle memang tetap tampil profesional. Namun mereka yang mengenalnya dengan baik, seperti Rose dan beberapa staf dekat, bisa melihat ada perubahan di mata Elle. Tatapannya sering kosong, sering kali terdiam lama tanpa ia sadari.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 279

    Elle berlari menyusuri bibir pantai, memanggil-manggil nama Lavine dengan suara parau. Pasir basah mengotori kakinya, dan ombak kecil terus menerpa kakinya yang makin gemetar. Malam semakin larut, suasana pantai yang tadinya meriah berubah sunyi dan mencekam. Rose yang mengejar dari belakang segera mengambil ponselnya. Dengan tangan yang bergerak gugup, ia menghubungi pusat keamanan setempat. “Ini darurat!” seru Rose kepada petugas yang mengangkat telepon. “Kami telah kehilangan seseorang. Kami butuh bantuan pencarian segera di sekitar area pantai!” Petugas itu segera mengonfirmasi laporan Rose dan mengerahkan beberapa anggota tim penyelamat yang memang sudah bersiaga di lokasi acara tersebut. Sementara itu, Elle terus mencari, matanya nanar menatap setiap sudut pantai. “Lavine, jawab aku...! Dimana kau sekarang...” Elle hampir menangis. Dia terus berlarian,mencari ke manapun yang bisa di jangkau.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 278

    Dengan luka di lengannya yang terus mengalirkan darah, Lavine tetap berusaha tenang. Ia tahu, jika membuat keributan, orang-orang di area barbeque bisa panik dan suasana akan menjadi kacau. Ia menekan lukanya dengan kain yang ia temukan di sekitar tempat sampah, lalu menyusuri lorong belakang penginapan menuju jalan alternatif ke kamarnya. “Badjingan itu... jangan harap kau bisa mengelak kali ini,” batin Lavine. Langkahnya cepat dan sigap meski tubuhnya terasa lemas. Beberapa kali ia berhenti untuk memastikan tidak ada lagi yang mengikutinya. Begitu sampai di kamar, ia langsung mengunci pintu dan menahan napas sejenak, berusaha memproses apa yang barusan terjadi. Sebelum melakukan yang lain, ia cepat mengambil ponselnya, menghubungi Jordi. “Jemput aku sekarang. Seseorang mencoba untuk membunuhku. Aku di pantai...” Setelah selesai menghubungi Jordi, Lavine membuka laci dan mengambil kotak P3K yang tersedia di kamar itu, l

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 277

    Lavine terbahak-bahak melihat bagaimana Elle terus-menerus mual sambil memegangi perutnya yang sakit. Cara Lavine mengendarai boat sebelumnya memang sangat ekstrem dan tidak stabil, membuat Elle kewalahan menahan rasa pusing dan mual. Elle menoleh dengan wajah kesal, lalu memukul lengan Lavine pelan. “Kau sengaja ya melakukan itu, biar aku muntah?” gerutunya. Lavine hanya tertawa makin keras sambil mengangkat tangan, pura-pura minta maaf. “Sumpah, aku cuma ingin memberikan sebuah pengalaman seru!” katanya, masih dengan nada menggoda. “Tapi, sepertinya terlalu seru untukmu, ya? Hahaha.....” Elle menghela napas panjang, lalu duduk kembali sambil menenangkan perutnya. “Pengalaman seru katamu... aku hampir mati mabuk laut,” gumamnya pelan. Lavine hanya bisa tersenyum geli, menatap Elle yang masih cemberut tapi dalam hatinya justru terlihat manis saat marah-marah seperti itu.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 276

    Elle tersenyum kecil tanpa sadar, matanya mengikuti setiap langkah Lavine yang berjalan dengan santai mendekatinya. Pria itu tampak sangat berbeda dari biasanya, setelan santainya kali ini justru membuatnya terlihat semakin menarik. Celana pendek berwarna netral, kemeja polos berlengan pendek yang sedikit tergulung di lengan, serta rambutnya yang berantakan ditiup angin, semua itu berpadu sempurna dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya. Elle menggelengkan kepala pelan, berusaha menepis pikirannya sendiri yang makin tidak karuan belakangan ini. “Apa yang sebenarnya aku pikirkan, sih? Bisa-bisanya aku memiliki perasaan aneh ini?” gumamnya di dalam hati. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memalingkan pandangannya, berharap detak jantungnya bisa kembali tenang. Tapi dari sudut matanya, ia tahu, Lavine menyadari pandangan yang tertuju padanya sejak tadi. Lavine tersenyum lebar saat akhirnya bisa d

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 275

    “Kenapa kau tidak membalas pesan dariku?” Lavine menghela napas. “Takutnya kau cuma terpaksa mengajak saja, jadi aku tidak membalas pesan mu.” Elle pun berdecih sebal. “Sejak kapan kau peduli sekali dengan pendapatan ku? Bukanya kau hobi melakukan apa yang ingin kau lakukan tanpa peduli pendapat orang lain?” Mendengar itu, Lavine pun terkikik sendiri. “Ya ampun... Sekarang ini kau sudah sangat memahami ku, ya? Duh... jadi tersanjung. Kau pasti banyak memperhatikan ku belakangan ini, ya?” Elle menghela napas dengan ekspresi wajahnya yang sebal. “Gila kau ini. Mau atau tidak? Ada banyak kegiatan seru yang akan dilakukan dengan para staff kantor. Aku juga sudah menyiapkan door prize, loh...” Lavine tersenyum, sejak tadi terus mengamati ekspresi wajah Elle yang seperti berharap padanya. “Baiklah...” Setelah selesai berbicara dengan Elle, Lavine masuk ke dalam mobilnya dengan gerakan malas. Jordi, yang sudah menunggu di b

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 274

    Sore itu, langit tampak mendung ketika Lavine melangkah keluar dari gedung apartemennya. Dengan jas hitam dan kemeja yang sedikit terbuka di bagian atas, ia tampak seperti biasa, sangat santai, tapi menyimpan ketegangan yang jelas tidak akan tampak di permukaan. Di dalam mobil, Jordi menyetir tanpa banyak bicara. Lavine duduk bersandar, menatap keluar jendela sambil mengetukkan jari ke paha dengan irama acak. “Kira-kira kali ini dia ingin membahas apa lagi ya? Bisnis? Atau mungkin ada hubungannya dengan Elle? Hah! Tidak sabaran juga, aku jadi ingin cepat sampai.” katanya setengah bercanda, setengah kesal. Jordi melirik dari kaca spion. “Mungkin Tuan Ramon mulai sadar siapa yang sebenarnya punya andil besar dalam banyak hal akhir-akhir ini, Tuan.” Lavine hanya tertawa kecil, nada suaranya penuh ironi. “Hah! Kalau dia sadar, mungkin itu karena dia kepepet. Bukan karena dia benar-benar melihat.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status