Semua Bab Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku: Bab 71 - Bab 80

100 Bab

Bab 71

Keegan menyelesaikan ceritanya dan menatapku. "Kisahnya nggak terlalu berlebihan, tetapi tetap saja cukup dramatis."Aku merasa dia benar. Cerita itu memang tidak sedramatis novel, tetapi tetap saja penuh ironi dan kebetulan yang terlalu sempurna. Hal-hal seperti itu selalu terasa seperti fiksi ... sampai kamu mengalaminya sendiri. Barulah kamu menyadari bahwa cerita-cerita ini bersumber dari kenyataan."Jadi, awalnya kamu mendekatiku cuma untuk membuat Matthew kesal?" tanyaku langsung.Keegan terdiam. Sebenarnya, ada pertanyaan lain yang lebih ingin kutanyakan: Sejauh apa kamu akan menyakitiku dalam hidup ini demi membalas dendam pada Matthew?Namun, aku tidak bisa bertanya seperti itu. Jika aku mengatakan apa yang kualami di kehidupan sebelumnya, mereka pasti akan menganggapku gila.Setelah beberapa saat, Keegan akhirnya bicara. "Awalnya iya. Sekarang nggak lagi."Dia memijat pelipisnya, terlihat lelah. "Belakangan ini, keadaan ibuku semakin buruk. Penyakit fisiknya sudah menyiksanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 72

Pukul sepuluh pagi, seseorang mengaktifkan fitur anonim dan mengirimkan serangkaian foto di grup kelas.Foto pertama menunjukkan aku sedang berdiri di tepi jalan, menunggu Evano. Foto kedua memperlihatkan mobil Mercedes-Benz hitam berhenti di depanku. Jendela mobil diturunkan dan sebagian wajah Evano terlihat jelas. Meskipun hanya sebagian, usianya yang sudah tua pun terlihat jelas.Foto ketiga, keempat, dan kelima memperlihatkan aku masuk ke dalam mobil, lalu mobil itu melaju meninggalkan Universitas Gading.Setelah foto-foto itu muncul, semua orang mulai membahas hubunganku dengan Evano. Mereka mulai berspekulasi tentang siapa pria itu.Pada awalnya, meskipun banyak yang membicarakan aku, komentar mereka masih cukup "netral". Tidak lama kemudian, foto keenam diunggah. Fotoku dan Evano berjalan masuk ke hotel dengan tangan bergandengan.Saat foto itu muncul, grup kelas pun langsung meledak. Semua orang tampak sudah menyimpulkan bahwa aku dibayar pria tua alias "sugar daddy".Aku masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 73

Kantor dosen pembimbing.Aku, Aurel, Cyntia, dan Lina berdiri berjajar di depan meja.Dosen pembimbing terlihat sangat marah. Dia menunjuk kami satu per satu sambil memarahi kami cukup lama. Setelah memberikan sanksi kecil, dia menyuruh kami kembali ke asrama.Saat kami berjalan menuju pintu, dosen itu memanggilku.Ketika hanya kami berdua di ruangan, dia berkata dengan lebih tenang, "Leila, aku nggak akan percaya gosip di forum itu tanpa bukti. Tapi, masalah ini jelas memberi dampak buruk bagi universitas dan juga dirimu. Aku harap kamu bisa segera menyelesaikan persoalan ini dan meredakan rumor tersebut."Aku terdiam sejenak. Memang benar aku tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang acara makan malam bersama Evano dan naik mobil pria tua sebenarnya bukan hal baru di Universitas Gading. Namun, kenapa kali ini aku yang dijadikan sasaran utama?Aku mengangguk pelan. "Saya mengerti, Pak. Saya akan mencari cara untuk menyelesaikannya."Keluar dari kantor dosen pembimbing, aku berjalan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 74

Setelah berkata demikian, salah satu dari mereka mengulurkan tangan ke arahku. Aku menatap tangan itu, sorot mataku menjadi dingin.Saat aku bersiap untuk bertindak, sebuah tangan dengan jari-jari yang panjang dan tegas menangkap tangan yang terulur ke arahku. Dengan gerakan cepat, orang yang menghinaku tadi langsung dihempaskan ke tanah dengan sebuah bantingan keras."Buk!" Suara benturan yang berat bergema, membuat semua orang di sekitarnya langsung terdiam.Aku mengangkat pandanganku dan melihat Matthew berdiri dengan wajah yang dingin. "Siapa lagi yang mau bicara omong kosong?"Sejak masuk ke Universitas Gading, Matthew selalu tampil mencolok. Dia punya wajah tampan, keluarga kaya, nilai bagus, dan hubungannya dengan Yuna sudah terkenal seantero kampus.Hampir semua orang mengenalnya dan tahu latar belakang keluarganya yang luar biasa. Banyak yang tidak berani menonton keributan ini lebih lama, jadi mereka pun buru-buru beranjak pergi dengan wajah kikuk.Mungkin karena sudah membua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 75

Matthew sepertinya tidak menyangka aku akan mabuk darat. Melihat aku muntah begitu parah, dia tertegun sejenak, lalu buru-buru mengambil sebotol air mineral dari dalam mobil dan menyerahkannya kepadaku. Hari ini aku nyaris tidak makan apa pun, setelah beberapa kali muntah, aku tidak bisa mengeluarkan apa pun lagi."Minumlah sedikit air dulu."Aku menepis tangan Matthew yang menyodorkan air itu, lalu berdiri dan menatapnya dengan dingin. "Kamu puas sekarang?""Aku nggak tahu ...." Raut wajah Matthew menunjukkan kebingungan sejenak. "Dulu, setiap kali kita balapan mobil, kamu selalu terlihat sangat bersemangat. Aku pikir kamu ...." Matthew menatapku, suaranya terdengar sedikit bimbang. "Maaf, aku nggak tahu kamu bisa mabuk darat."Aku menatapnya, jemariku yang terkulai di sisi tubuhku mengepal perlahan. Apa yang dia katakan tidak salah.Dulu, saat aku mati-matian ingin bersamanya, aku memang selalu ikut balapan mobil, menyelam, dan panjat tebing bersamanya. Setiap olahraga ekstrem yang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 76

"Aku nggak ngerti." Matthew memasukkan ponsel ke saku, lalu meneruskan, "Banyak hal yang membuatku bingung. Jadi, Leila, kamu punya tanggung jawab untuk menjelaskan semuanya."Matthew terlihat bersikeras, seolah-olah ingin menggali semuanya hingga tuntas. Aku tidak bisa memahami pria ini. Namun, jika bisa memperjelas semuanya dan tidak saling mengganggu lagi, aku tentu bersedia melakukannya.Aku membuka mulut untuk bicara, tetapi ponsel Matthew tiba-tiba berdering. Kami berdua sangat dekat sehingga aku bisa melihat nama Yuna di layar ponsel.Aku berbalik dan menuju ke mobil. "Angkat telepon pacarmu. Nanti dia cemas."Saat Matthew sedang mengobrol, aku mencoba menghentikan seseorang yang mengendarai sepeda motor listrik. Aku memberinya penjelasan, tetapi orang itu menolakku.Aku tidak tahu apa yang dibicarakan Matthew dengan Yuna. Yang jelas, aku hanya bisa bersandar di mobil untuk menunggu Matthew karena tidak ada alat transportasi lain di sini.Sekitar 5 atau 10 menit, Matthew selesai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 77

"Lina, kamu salah makan obat lagi ya?" Sebagai kepala kamar, Aurel menoleh dan mengernyit menatap Lina. Beberapa hari lalu, Lina sudah lebih tenang setelah ditegur instruktur.Aku tahu Lina ini bodoh dan hanya berani menindas orang lemah. Aku sengaja memprovokasinya, "Kamu nggak melihatku tadi. Kok tahu aku melihatmu?""Kamu ...." Lina memelototiku dengan galak.Aku tersenyum, lalu melirik tas tempat dia menaruh ponsel tadi. "Kenapa?""Mari kita lihat, besok kamu masih bisa tertawa atau nggak." Lina menahan amarahnya, lalu berbalik dan menggerutu. Kemudian, dia mengambil barangnya dan meninggalkan kamar. "Dasar jalang!"Suara Lina sangat lirih, tetapi aku bisa mendengarnya. Aku menatap pintu yang terbuka dan tertutup itu, lalu mengalihkan pandanganku. Semoga dugaanku benar. Lina seharusnya adalah orang yang mengunggah postingan itu.Aku menunduk, lalu mengeluarkan ponselku untuk mengirim akun Lina kepada programmer, menyuruhnya untuk memeriksa."Dasar gila," maki Aurel saat melihat pin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 78

Apalagi orang-orang melihat Matthew membantuku dan membawaku pergi.Seketika, orang-orang bersimpati pada Yuna dan menghujatku tanpa henti. Sementara itu, tidak ada yang berani mengganggu Matthew karena statusnya.Ketika aku pergi ke kantin, Bibi yang awalnya bersikap ramah padaku juga menjadi galak. Selain itu, tidak ada orang yang bersedia duduk bersamaku. Saat aku berjalan melewati mereka, mereka bahkan akan memakiku tidak tahu malu.Bahkan, Aurel dan Cyntia mulai bertanya tentang hubunganku dengan Matthew. Aku tidak memberi tahu mereka tentang hubungan kami yang rumit karena hal itu memang tidak perlu dibahas. Aku hanya menyuruh mereka untuk memercayaiku.Namun, tidak semudah itu untuk memercayai seseorang, terutama saat orang itu sedang menjadi target kemarahan publik. Aurel masih mending. Dia tidak bertanya lagi setelah mendengarku berbicara begitu. Namun, Cyntia berbeda. Dia membalas, "Gimana aku bisa percaya? Kamu nggak mengklarifikasi apa pun!"Karena masalah ini, pihak univer
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 79

"Ya, Yuna yang menginstruksiku." Lina menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tanganku dengan erat, seolah-olah takut aku tidak percaya.Lina menyeka air matanya, lalu meneruskan dengan terbata-bata, "Setengah bulan lalu ... waktu kamu nggak pulang, dia mencariku dan menyuruhku ... melaporkan semua yang kamu lakukan setiap hari .... Dia juga yang menyuruhku memotretmu dan memposting rumor itu ...."Mungkin karena merasa bersalah atau takut, suaranya menjadi makin lirih. "Dia bilang asalkan aku bisa memberinya informasi berguna, dia akan memberiku uang."Aku sama sekali tidak terkejut mendengar penjelasan Lina. Bahkan, situasi bisa berkembang sampai tahap ini karena aku memilih untuk membiarkannya. Aku terlalu memahami Yuna. Saat aku mengejar Matthew dan Matthew mengabaikanku, Yuna saja terus mencari masalah denganku.Jadi, bagaimana mungkin Yuna diam saja saat aku sudah menyerah atas Matthew, tetapi sikap Matthew mulai berubah padaku? Apalagi, aku sempat menampar Yuna saat itu. Dia ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 80

"Leila." Matthew sepertinya murka mendengar ucapanku. Dia mengangkat tangan untuk memijat hidungnya, lalu meneruskan, "Kamu nggak bakal untung apa-apa kalau memenjarakan Yuna. Keluargamu pebisnis. Kamu pasti tahu keuntungan adalah yang utama. Tarik gugatanmu. Aku bisa memberimu uang atau proyek.""Kamu murah hati sekali." Aku terkekeh-kekeh, merasa tidak ada gunanya bicara dengan Matthew. Matthew ingin melindungi Yuna, sedangkan aku menentang hal itu.Aku berbalik, lalu menjulurkan tangan untuk menyalakan laptop. Tiba-tiba, Matthew membungkuk dan mencondongkan badannya ke arahku. Dengan tatapan rumit, dia berucap, "Tolong dengarkan nasihatku."Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Matthew. Demi Yuna, dia sampai merendah seperti ini. Aku sampai merasa jijik melihatnya.Dengan ekspresi dingin, aku menyahut, "Sudahlah, nggak usah memohon sampai begitu. Kita juga nggak sedekat itu."Pada akhirnya, Matthew hanya bisa pergi dengan wajah murung. Setelah itu, aku mengirim pesan kepada pengaca
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status