Share

Bab 73

Penulis: Dianita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 18:32:41
Kantor dosen pembimbing.

Aku, Aurel, Cyntia, dan Lina berdiri berjajar di depan meja.

Dosen pembimbing terlihat sangat marah. Dia menunjuk kami satu per satu sambil memarahi kami cukup lama. Setelah memberikan sanksi kecil, dia menyuruh kami kembali ke asrama.

Saat kami berjalan menuju pintu, dosen itu memanggilku.

Ketika hanya kami berdua di ruangan, dia berkata dengan lebih tenang, "Leila, aku nggak akan percaya gosip di forum itu tanpa bukti. Tapi, masalah ini jelas memberi dampak buruk bagi universitas dan juga dirimu. Aku harap kamu bisa segera menyelesaikan persoalan ini dan meredakan rumor tersebut."

Aku terdiam sejenak. Memang benar aku tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang acara makan malam bersama Evano dan naik mobil pria tua sebenarnya bukan hal baru di Universitas Gading. Namun, kenapa kali ini aku yang dijadikan sasaran utama?

Aku mengangguk pelan. "Saya mengerti, Pak. Saya akan mencari cara untuk menyelesaikannya."

Keluar dari kantor dosen pembimbing, aku berjalan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 74

    Setelah berkata demikian, salah satu dari mereka mengulurkan tangan ke arahku. Aku menatap tangan itu, sorot mataku menjadi dingin.Saat aku bersiap untuk bertindak, sebuah tangan dengan jari-jari yang panjang dan tegas menangkap tangan yang terulur ke arahku. Dengan gerakan cepat, orang yang menghinaku tadi langsung dihempaskan ke tanah dengan sebuah bantingan keras."Buk!" Suara benturan yang berat bergema, membuat semua orang di sekitarnya langsung terdiam.Aku mengangkat pandanganku dan melihat Matthew berdiri dengan wajah yang dingin. "Siapa lagi yang mau bicara omong kosong?"Sejak masuk ke Universitas Gading, Matthew selalu tampil mencolok. Dia punya wajah tampan, keluarga kaya, nilai bagus, dan hubungannya dengan Yuna sudah terkenal seantero kampus.Hampir semua orang mengenalnya dan tahu latar belakang keluarganya yang luar biasa. Banyak yang tidak berani menonton keributan ini lebih lama, jadi mereka pun buru-buru beranjak pergi dengan wajah kikuk.Mungkin karena sudah membua

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 75

    Matthew sepertinya tidak menyangka aku akan mabuk darat. Melihat aku muntah begitu parah, dia tertegun sejenak, lalu buru-buru mengambil sebotol air mineral dari dalam mobil dan menyerahkannya kepadaku. Hari ini aku nyaris tidak makan apa pun, setelah beberapa kali muntah, aku tidak bisa mengeluarkan apa pun lagi."Minumlah sedikit air dulu."Aku menepis tangan Matthew yang menyodorkan air itu, lalu berdiri dan menatapnya dengan dingin. "Kamu puas sekarang?""Aku nggak tahu ...." Raut wajah Matthew menunjukkan kebingungan sejenak. "Dulu, setiap kali kita balapan mobil, kamu selalu terlihat sangat bersemangat. Aku pikir kamu ...." Matthew menatapku, suaranya terdengar sedikit bimbang. "Maaf, aku nggak tahu kamu bisa mabuk darat."Aku menatapnya, jemariku yang terkulai di sisi tubuhku mengepal perlahan. Apa yang dia katakan tidak salah.Dulu, saat aku mati-matian ingin bersamanya, aku memang selalu ikut balapan mobil, menyelam, dan panjat tebing bersamanya. Setiap olahraga ekstrem yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 76

    "Aku nggak ngerti." Matthew memasukkan ponsel ke saku, lalu meneruskan, "Banyak hal yang membuatku bingung. Jadi, Leila, kamu punya tanggung jawab untuk menjelaskan semuanya."Matthew terlihat bersikeras, seolah-olah ingin menggali semuanya hingga tuntas. Aku tidak bisa memahami pria ini. Namun, jika bisa memperjelas semuanya dan tidak saling mengganggu lagi, aku tentu bersedia melakukannya.Aku membuka mulut untuk bicara, tetapi ponsel Matthew tiba-tiba berdering. Kami berdua sangat dekat sehingga aku bisa melihat nama Yuna di layar ponsel.Aku berbalik dan menuju ke mobil. "Angkat telepon pacarmu. Nanti dia cemas."Saat Matthew sedang mengobrol, aku mencoba menghentikan seseorang yang mengendarai sepeda motor listrik. Aku memberinya penjelasan, tetapi orang itu menolakku.Aku tidak tahu apa yang dibicarakan Matthew dengan Yuna. Yang jelas, aku hanya bisa bersandar di mobil untuk menunggu Matthew karena tidak ada alat transportasi lain di sini.Sekitar 5 atau 10 menit, Matthew selesai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 77

    "Lina, kamu salah makan obat lagi ya?" Sebagai kepala kamar, Aurel menoleh dan mengernyit menatap Lina. Beberapa hari lalu, Lina sudah lebih tenang setelah ditegur instruktur.Aku tahu Lina ini bodoh dan hanya berani menindas orang lemah. Aku sengaja memprovokasinya, "Kamu nggak melihatku tadi. Kok tahu aku melihatmu?""Kamu ...." Lina memelototiku dengan galak.Aku tersenyum, lalu melirik tas tempat dia menaruh ponsel tadi. "Kenapa?""Mari kita lihat, besok kamu masih bisa tertawa atau nggak." Lina menahan amarahnya, lalu berbalik dan menggerutu. Kemudian, dia mengambil barangnya dan meninggalkan kamar. "Dasar jalang!"Suara Lina sangat lirih, tetapi aku bisa mendengarnya. Aku menatap pintu yang terbuka dan tertutup itu, lalu mengalihkan pandanganku. Semoga dugaanku benar. Lina seharusnya adalah orang yang mengunggah postingan itu.Aku menunduk, lalu mengeluarkan ponselku untuk mengirim akun Lina kepada programmer, menyuruhnya untuk memeriksa."Dasar gila," maki Aurel saat melihat pin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 78

    Apalagi orang-orang melihat Matthew membantuku dan membawaku pergi.Seketika, orang-orang bersimpati pada Yuna dan menghujatku tanpa henti. Sementara itu, tidak ada yang berani mengganggu Matthew karena statusnya.Ketika aku pergi ke kantin, Bibi yang awalnya bersikap ramah padaku juga menjadi galak. Selain itu, tidak ada orang yang bersedia duduk bersamaku. Saat aku berjalan melewati mereka, mereka bahkan akan memakiku tidak tahu malu.Bahkan, Aurel dan Cyntia mulai bertanya tentang hubunganku dengan Matthew. Aku tidak memberi tahu mereka tentang hubungan kami yang rumit karena hal itu memang tidak perlu dibahas. Aku hanya menyuruh mereka untuk memercayaiku.Namun, tidak semudah itu untuk memercayai seseorang, terutama saat orang itu sedang menjadi target kemarahan publik. Aurel masih mending. Dia tidak bertanya lagi setelah mendengarku berbicara begitu. Namun, Cyntia berbeda. Dia membalas, "Gimana aku bisa percaya? Kamu nggak mengklarifikasi apa pun!"Karena masalah ini, pihak univer

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 79

    "Ya, Yuna yang menginstruksiku." Lina menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tanganku dengan erat, seolah-olah takut aku tidak percaya.Lina menyeka air matanya, lalu meneruskan dengan terbata-bata, "Setengah bulan lalu ... waktu kamu nggak pulang, dia mencariku dan menyuruhku ... melaporkan semua yang kamu lakukan setiap hari .... Dia juga yang menyuruhku memotretmu dan memposting rumor itu ...."Mungkin karena merasa bersalah atau takut, suaranya menjadi makin lirih. "Dia bilang asalkan aku bisa memberinya informasi berguna, dia akan memberiku uang."Aku sama sekali tidak terkejut mendengar penjelasan Lina. Bahkan, situasi bisa berkembang sampai tahap ini karena aku memilih untuk membiarkannya. Aku terlalu memahami Yuna. Saat aku mengejar Matthew dan Matthew mengabaikanku, Yuna saja terus mencari masalah denganku.Jadi, bagaimana mungkin Yuna diam saja saat aku sudah menyerah atas Matthew, tetapi sikap Matthew mulai berubah padaku? Apalagi, aku sempat menampar Yuna saat itu. Dia ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 80

    "Leila." Matthew sepertinya murka mendengar ucapanku. Dia mengangkat tangan untuk memijat hidungnya, lalu meneruskan, "Kamu nggak bakal untung apa-apa kalau memenjarakan Yuna. Keluargamu pebisnis. Kamu pasti tahu keuntungan adalah yang utama. Tarik gugatanmu. Aku bisa memberimu uang atau proyek.""Kamu murah hati sekali." Aku terkekeh-kekeh, merasa tidak ada gunanya bicara dengan Matthew. Matthew ingin melindungi Yuna, sedangkan aku menentang hal itu.Aku berbalik, lalu menjulurkan tangan untuk menyalakan laptop. Tiba-tiba, Matthew membungkuk dan mencondongkan badannya ke arahku. Dengan tatapan rumit, dia berucap, "Tolong dengarkan nasihatku."Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Matthew. Demi Yuna, dia sampai merendah seperti ini. Aku sampai merasa jijik melihatnya.Dengan ekspresi dingin, aku menyahut, "Sudahlah, nggak usah memohon sampai begitu. Kita juga nggak sedekat itu."Pada akhirnya, Matthew hanya bisa pergi dengan wajah murung. Setelah itu, aku mengirim pesan kepada pengaca

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 81

    Suasana sangat hening hingga suara jarum jam bisa terdengar jelas. Beberapa saat kemudian, Matthew akhirnya bersuara, "Maaf karena aku mengajakmu ketemu dengan cara seperti ini."Sebelum aku datang, mereka telah memesan makanan. Ketika Matthew berbicara, pandanganku tertuju pada hidangan lezat di atas meja.Perutku kurang nyaman, mungkin karena lapar. Selain itu, aku merasa mual. Aku tersenyum tidak peduli menghadapi permohonan maaf Matthew. Pria ini menyakitiku, juga meminta maaf pada saat yang sama.Aku mengambil sendok dan garpu, lalu mengambil lauk untuk dimakan. "Kamu menyelidikiku?"Tangan Matthew yang menggenggam gelas tanpa sadar mengerat. Aku menelan makananku, lalu menoleh menatapnya. Nada bicaraku pun terdengar mengejek. "Kamu tahu Santos menjodohkanku dengan Pak Evano dong?"Begitu mendengar ucapanku ini, wajah Matthew menjadi masam. Dia menatapku sambil membuka mulut.Aku memalingkan wajahku dan mengambil lauk lagi. "Santos mengancamku dengan nenekku supaya aku menikah den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 100

    Makanya, meskipun Felly memberiku obat dan ingin membuatku malu di hadapan semua orang, aku tidak ingin menggunakan cara yang sama untuk membalasnya."Aku bisa bantu." Matthew berkata, "Latar belakang Keluarga Hutama nggak termasuk buruk. Ini termasuk pilihan bagus untuk Santos."Aku menoleh, melihat Matthew memandang ke luar jendela. Malam ini terasa sangat panjang.Saat kapal berlabuh, Santos membawa sekelompok orang masuk. Mereka langsung menuju ke kamar Matthew. Dari kejauhan, terdengar suara Madhu yang berpura-pura menenangkan, "Santos, jangan marah. Semua bisa dibicarakan baik-baik."Segera, mereka mendorong pintu dan masuk. "Matthew, Leila bukan wanita sembarangan. Dia ...."Santos seketika tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Aku berdiri di belakangnya, berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. "Ada apa ini?"Matthew yang memakai pakaian serba hitam pun berjalan keluar. "Apa maksudmu, Pak?" Matthew melirik sekeliling. "Selain itu, ngapain kamu membawa begitu banyak orang kemari

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 99

    Matthew membawaku ke kamarnya. Aku berpura-pura merasa tidak nyaman. Segera, dia menurunkanku ke ranjang.Aku mengepalkan tanganku, merasakan Matthew perlahan-lahan mendekat. Ketika bernapas, aku merasakan aroma kayu yang semakin kuat.Aku menjulurkan tangan ke nakas untuk mengambil lampu. Aku ingin menghantamkannya ke kepala Matthew. Namun, Matthew tiba-tiba menahan tanganku dan berujar, "Jangan bergerak."Suaranya terdengar rendah. Aku memelotot. Dia memiringkan kepalanya dan mencium telingaku. "Felly lagi mengawasi kita di luar."Setelah mendengarnya, aku tanpa sadar menatap Matthew. Dia menggenggam tanganku, sesekali mencium leherku. "Sabar sedikit. Saat aku memberi keluargamu proyek hari itu, Santos bisa melihat aku menyukaimu.""Belakangan ini, Keluarga Sanjaya punya proyek baru lagi. Santos meneleponku dan bilang kondisi kesehatan nenekmu buruk, jadi menyuruhku membawamu keluar bermain."Ciuman Matthew makin liar. Aku kesulitan bertahan. Entah dari mana tenagaku, aku sontak mend

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 98

    "Wow!" Cassey berseru dengan kagum, "Leila, mereka lucu sekali. Aku hampir meleleh dibuat mereka!"Ketika melihat Cassey seperti ini, suasana hatiku menjadi lebih rileks.Sekitar 20 menit kemudian, rombongan lumba-lumba pergi dan tak terlihat lagi. Cassey merasa agak kecewa, tetapi aku merasa sangat puas.Yosef menghampiri untuk menggoda Cassey. Aku menatap keduanya, merasa ada yang aneh dari mereka.Pada akhirnya, aku pergi. Ketika aku mengambil jus, Matthew tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku. Aku mendongak menatapnya. Dia menyuruhku memandang ke arah matahari terbit.Aku mengikuti instruksinya, lalu melihat lumba-lumba pink mengapung di permukaan laut. Aku terkejut hingga menutup mulutku. Matthew bertanya, "Cantik nggak?"Aku mengangguk. Matthew berbisik di samping telingaku. "Dia punya nama."Aku menoleh. Matthew tersenyum dan meneruskan, "Namanya Pangsit."Pangsit .... Aku tiba-tiba teringat saat aku SMA 2, aku bersikeras makan bersama Matthew. Karena terlambat, yang tersis

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 97

    Aku bergegas mundur dan menaruh tanganku di belakang punggung. Tangan Matthew sontak terbuka karena penolakanku yang terlalu besar. Pada akhirnya, dia menarik tangannya kembali dan berkata, "Tanganmu berdarah."Aku menggigit bibir tanpa menyahut. Saat ini, Cassey dan lainnya datang. Cassey membawa ember dan berlari menghampiri, lalu menunjukkan isinya kepadaku. "Leila, aku tangkap ubur-ubur. Yosef bilang ubur-uburnya akan bersinar di malam hari.""Serius?" Aku merasa lega. Aku menatap ubur-ubur setengah transparan di dalam ember. "Kita cari akuarium saja supaya dia punya tempat."Usai mengatakan itu, aku menarik Cassey ke kamar tanpa peduli pada Matthew. Tidak ada tempat untuk menaruh ubur-ubur. Pada akhirnya, Cassey mencari Yosef. Yosef memberikannya vas bunga transparan.Setelah memasukkan ubur-ubur ke vas, Cassey baru menyadari tanganku berdarah. Dia menarik tanganku dan berkata dengan alis berkerut, "Tanganmu ....""Nggak apa-apa." Aku melirik sekilas punggung tanganku yang berdara

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 96

    Aku merasa sangat panas. Sekujur tubuhku seolah-olah dibakar api. Aku ingin menghindar, tetapi tidak tahu caranya.Mimpi buruk terus bermunculan. Aku bermimpi tentang kehidupan lampau saat Matthew pergi setelah menerima telepon dari Yuna, juga bermimpi saat Matthew memohon kepadaku untuk melepaskan Yuna di ruang privat.Pada akhirnya, adegan mimpiku berhenti. Saat itu, kami selesai berhubungan badan. Matthew menatapku layaknya sampah. "Leila, kamu menjijikkan sekali.""Bu ... bukan aku ...." Aku sontak membuka mata dan memandang langit-langit."Sudah bangun?" Terdengar suara Matthew di samping telingaku. Aku perlahan-lahan menoleh.Wajah Matthew agak berkumis. Dia terlihat sangat lelah. Entah berapa lama aku tertidur. Aku ingin mengambil ponsel, tetapi Matthew menahan tanganku."Jangan sembarangan gerak. Kamu lagi diinfus." Setelah mendengarnya, aku baru menyadari ada beberapa kantong cairan infus yang digantung."Berapa lama aku tidur?" tanyaku dengan susah payah. Tenggorokanku terasa

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 95

    Pagi hari, aku dibangunkan oleh Cassey. Aku bersembunyi di dalam selimut. Dia menarikku dan bertanya, "Leila, kami mau pergi snorkeling. Kamu mau ikut nggak?""Nggak mau." Aku masih sangat ngantuk. Aku menunjukkan tanganku yang terluka kepadanya dan meneruskan, "Dokter bilang tanganku nggak boleh kena air."Setelah mendengarnya, Cassey baru ingat. Dia tidak membangunkanku lagi dan hanya berpesan beberapa hal sebelum pergi.Sekitar 5 menit kemudian, rasa kantukku malah hilang. Aku pun terpaksa bangkit dari ranjang. Selesai mandi, aku mencari baju di koper.Begitu koper dibuka, ternyata semua isinya adalah terusan. Aku mengambil sebuah terusan berwarna putih, lalu membentangkannya dan mendapati terusan itu hanya mencapai bagian atas pahaku.Aku mengernyit, lalu mengambil terusan berwarna biru lagi. Yang ini lebih panjang, tetapi ada lubang di punggung dan di pinggang. Pada akhirnya, aku memilih terusan berwarna hitam dengan garis leher V yang sangat ketat.Setelah mandi dan berganti paka

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 94

    Aku melihat jam di ponsel. Ternyata baru pukul 3 subuh lewat. Karena tidak ingin mengganggu Cassey, aku mengambil selimut dari lemari dan menaruhnya di bahuku. Kemudian, aku keluar untuk melihat bintang.Mungkin ada yang salah dengan cuaca tahun ini. Aku merasa angin yang bertiup agak panas.Setelah jauh dari kota, bintang di langit menjadi lebih terang. Pemandangan seperti ini tidak bisa dilihat di kota.Sesaat setelah aku duduk bersila, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Aku menoleh. Ternyata Matthew keluar dari pintu lain dan berdiri di depan pagar pembatas.Matthew masih mengenakan pakaian sebelumnya. Ketika dia melangkah keluar dari kegelapan, entah mengapa aku merasa dia terlihat seperti orang yang kesepian.Aku menggeleng, merasa pemikiranku ini agak konyol. Matthew selalu disanjung oleh orang-orang. Bagaimana mungkin orang seperti ini merasa kesepian?Ketika aku hendak kembali, tiba-tiba Matthew mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakannya. Asap mengepul. Aku melihat Ma

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 93

    Entah mengapa, aku merasa agak malu. Aku yang ingin menghindar lagi sontak mematung. Matthew memanggil, "Hm?"Aku menggigit bibirku, lalu sengaja menyahut dengan tidak acuh, "Aku nggak ingin lihat."Senyuman di bibir Matthew menjadi makin jelas. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Gimana kalau aku ingin kamu lihat?"Seketika, telingaku merasa geli. Aku sontak memalingkan wajah. Matthew juga menoleh untuk melihatku. Tiba-tiba, jarak di antara kami pun menjadi sangat dekat. Dekat sampai aku bisa mencium aroma krim cukurnya."Sudah selesai." Terdengar suara dokter. Aku sontak tersadar kembali, lalu menyingkirkan tangan Matthew yang menutup mataku.Dokter sudah melepaskan sarung tangannya. Dia menginstruksi, "Tanganmu nggak boleh kena air selama tiga hari. Jangan sering digerakkan juga. Aku akan membantumu mengganti perban setiap hari.""Setengah bulan juga sembuh." Dokter sedang membereskan kotak P3K. Dia menambahkan, "Oh ya, benang yang kupakai untuk kecantikan. Jadi, nggak usah khawatir

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 92

    Para pria di tempat juga tidak sempat bereaksi. Aku hanya bisa menyaksikan Prilly melemparkan pecahan gelas kepadaku. Aku tanpa sadar menjulurkan tangan. Saat berikutnya, pecahan gelas menggores punggung tanganku.Seketika, pecahan gelas yang ternodai darahku pun terjatuh ke lantai. Aku kesakitan hingga berjongkok.Cassey segera maju untuk memapahku. "Leila ...."Matthew dan Yosef buru-buru menghampiri dari dek. Ketika melihat tanganku berdarah, wajah Matthew menjadi suram. Dia mendekatiku, lalu mengambil kain bersih untuk menekan tanganku. "Sakit sekali ya?"Aku sangat takut sakit, tetapi juga sangat pintar menahan sakit. Sebelumnya saat demam tinggi, Aku sama sekali tidak menangis. Namun, kali ini mataku malah berkaca-kaca. Aku mendongak menatap Matthew, melihat kecemasan pada tatapannya."Ya, sakit ...." Setelah mendengar jawabanku, Matthew menjadi panik. Dia menyuruh Yosef memanggil dokter yang mengikuti perjalanan ini, lalu menggendongku ke kamar."Nggak apa-apa, dokter akan seger

DMCA.com Protection Status