Share

Bab 80

Penulis: Dianita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 18:32:41
"Leila." Matthew sepertinya murka mendengar ucapanku. Dia mengangkat tangan untuk memijat hidungnya, lalu meneruskan, "Kamu nggak bakal untung apa-apa kalau memenjarakan Yuna. Keluargamu pebisnis. Kamu pasti tahu keuntungan adalah yang utama. Tarik gugatanmu. Aku bisa memberimu uang atau proyek."

"Kamu murah hati sekali." Aku terkekeh-kekeh, merasa tidak ada gunanya bicara dengan Matthew. Matthew ingin melindungi Yuna, sedangkan aku menentang hal itu.

Aku berbalik, lalu menjulurkan tangan untuk menyalakan laptop. Tiba-tiba, Matthew membungkuk dan mencondongkan badannya ke arahku. Dengan tatapan rumit, dia berucap, "Tolong dengarkan nasihatku."

Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Matthew. Demi Yuna, dia sampai merendah seperti ini. Aku sampai merasa jijik melihatnya.

Dengan ekspresi dingin, aku menyahut, "Sudahlah, nggak usah memohon sampai begitu. Kita juga nggak sedekat itu."

Pada akhirnya, Matthew hanya bisa pergi dengan wajah murung. Setelah itu, aku mengirim pesan kepada pengaca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 81

    Suasana sangat hening hingga suara jarum jam bisa terdengar jelas. Beberapa saat kemudian, Matthew akhirnya bersuara, "Maaf karena aku mengajakmu ketemu dengan cara seperti ini."Sebelum aku datang, mereka telah memesan makanan. Ketika Matthew berbicara, pandanganku tertuju pada hidangan lezat di atas meja.Perutku kurang nyaman, mungkin karena lapar. Selain itu, aku merasa mual. Aku tersenyum tidak peduli menghadapi permohonan maaf Matthew. Pria ini menyakitiku, juga meminta maaf pada saat yang sama.Aku mengambil sendok dan garpu, lalu mengambil lauk untuk dimakan. "Kamu menyelidikiku?"Tangan Matthew yang menggenggam gelas tanpa sadar mengerat. Aku menelan makananku, lalu menoleh menatapnya. Nada bicaraku pun terdengar mengejek. "Kamu tahu Santos menjodohkanku dengan Pak Evano dong?"Begitu mendengar ucapanku ini, wajah Matthew menjadi masam. Dia menatapku sambil membuka mulut.Aku memalingkan wajahku dan mengambil lauk lagi. "Santos mengancamku dengan nenekku supaya aku menikah den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 82

    Tubuhku terasa sangat tidak nyaman, rasanya pegal dan panas. Tengah malam, aku akhirnya tidak tahan lagi. Aku turun dari ranjang dengan hati-hati untuk mencari obat.Namun, ternyata aku terlalu menilai tinggi diri sendiri. Begitu aku bangkit, pandanganku langsung berputar. Saat berikutnya, aku terjatuh di lantai.Aurel tepat di sampingku. Begitu mendengar suara, dia langsung menyalakan lampu. Saat melihatku tergeletak di lantai, dia segera memapahku. "Leila, kamu kenapa? Cyntia, Lina, cepat bangun. Bantu aku."Segera, orang-orang di kamar bangun karena aku. Mereka mengangkatku ke ranjang. Aurel lantas mengelus dahiku dan berkata, "Panas sekali. Leila, kamu demam tinggi. Gimana ini?"Aku tidak bisa duduk dengan tegak. Aku bersandar di tubuh Aurel, lalu memejamkan mata sambil menimpali, "Aku cuma butuh makan obat pereda demam. Tenang saja."Aurel dan lainnya pun tidak berbicara lagi. Untungnya, keluarga Cyntia menyiapkan banyak obat untuknya sebelum kemari, termasuk termometer. Mereka me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 83

    Ketika keluar dari rumah sakit, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Pengacara telah menarik gugatan dan Matthew telah membawa Yuna pulang. Matthew mengirimkanku sebuah foto.Aku membuka kunci ponselku dan hanya melirik sekilas, lalu mematikan layar balik. Apa pun yang dilakukan Matthew dan Yuna tidak ada kaitannya denganku. Sekarang aku tidak peduli lagi pada apa yang mereka lakukan.Yang paling kuinginkan untuk sekarang adalah membawa Nenek ke sisiku. Aku ingin melihat Nenek melewati masa tuanya dengan tenang.Aku memasukkan ponselku ke tas, lalu mengeratkan mantel wolku dan hendak memanggil taksi. Segera setelah aku menjulurkan tangan, tiba-tiba sebuah mobil Bentley berhenti di depanku.Jendela mobil diturunkan. Keegan tersenyum sambil menyapaku, "Hei, Leila, kenapa di sini? Kamu kemari untuk mencariku ya?"Aku menatap Keegan, lalu menyibakkan rambutku yang ditiup angin. Dengan tenang, aku bertanya balik, "Kamu punya urusan apa? Kalau nggak ada, minggir sedikit. Aku mau panggil tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 84

    Keegan sepertinya lapar. Dia memesan banyak sekali makanan.Segera, hidangan disajikan. Setelah makan sesuap bubur, aku langsung kenyang. Di sisi lain, Keegan fokus makan.Aku meletakkan sendokku, lalu menatap Keegan yang duduk di seberang sambil bertanya, "Ibumu sudah baikan belum?"Keegan menengadah dan mengambil tisu untuk menyeka bibirnya. "Nggak ada masalah besar lagi. Kalau aman-aman saja, dia bisa hidup sampai 100 tahun."Keegan masih bisa bercanda, seperti sudah lupa pada masalah tadi. Aku pun menunggunya makan. Karena aku menamparnya tadi, sudah seharusnya aku mentraktirnya. Jadi, aku beralasan, "Aku ke toilet dulu. Kamu makan saja."Keegan yang sedang menggerogoti paha ayam lantas mendongak. "Kamu nggak bakal kabur seperti hari itu, 'kan?"Kata siapa wanita sulit ditebak? Pria juga sama."Aku bakal balik dalam 10 menit.""Oke." Keegan menyentuh layar ponselnya. Layar seketika hidup. "Sekarang jam 3.51, berarti kamu harus balik 4.01. Kalau nggak, aku bakal mencarimu di asrama.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 85

    Aku berbalik dan pergi, meninggalkan Yuna yang amarahnya berkecamuk. Aku terlambat 5 menit dari yang dijanjikan dengan Keegan. Ketika aku kembali, Keegan sedang mencariku.Aku menghampirinya. Keegan sontak berbalik. Begitu melihatku, alisnya yang berkerut sontak meregang. "Kukira kamu kabur lagi."Aku berjalan kembali ke meja kami, lalu duduk dan menyahut, "Aku bukan orang yang suka ingkar janji."Keegan mengangkat alisnya sambil duduk di seberangku. "Aku juga begitu. Makanya, pertimbangkan omonganku yang sebelumnya."Dulu kalau Keegan berbicara begitu, aku pasti marah. Namun, hari ini aku tidak ingin marah. Aku mendongak, lalu mengambil sendok dan mengaduk buburku.Keegan juga tidak marah melihatku diam. Dia merapikan bajunya, lalu mengangkat alisnya lagi dan bertanya, "Gimana? Mau nggak jadi pacarku?"Begitu ucapan ini dilontarkan, Keegan tiba-tiba melemparkan sendoknya dan tampak murung. Dia bahkan mengumpat dengan alis berkerut, "Sial sekali!"Aku tentu penasaran dengan perubahanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 86

    Sebenarnya aku tidak ingin bergerak. Namun, aku teringat pada perjanjian yang ada. Selain memberi pelayanan kepada Allen di tempat kerja, aku juga harus membantunya di luar jam kerja.Aku lantas mengiakan, lalu Allen mengirim email lagi. Dia menyuruhku menambahkan kontaknya supaya lebih mudah untuk berkomunikasi. Aku menuruti instruksinya dan segera menambahkan kontaknya.Setelah membereskan semuanya, aku terpaksa bangkit dari ranjang dan mengonsumsi obat dulu sebelum pergi. Kemudian, aku memanggil taksi.Sekitar setengah jam kemudian, aku tiba di lokasi yang disebutkan oleh Allen. Aku menyuruh staf membawaku ke ruang privat. Begitu pintu dibuka, aku melihat Matthew yang mabuk.Aku hendak pergi, tetapi Allen malah meneleponku. Allen bertanya, "Kamu sudah ketemu orangnya? Tolong ya. Tadi waktu aku melukis, pihak bar meneleponku untuk menjemputnya. Tapi, aku lagi nggak bisa pergi.""Aku juga nggak kenal siapa-siapa di Kota Jayed. Aku cuma teringat padamu. Maaf kalau sudah merepotkanmu. N

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 87

    Mungkin karena merasa sakit, Matthew benar-benar melepaskan tangannya. Aku pun menarik tanganku dan malas meladeninya lagi.Setengah jam kemudian, mobil berhenti di depan rumah Matthew. Aku menurunkannya dari mobil. Tubuhnya yang berat bersandar di tubuhku.Aku baru saja sembuh sehingga tidak mungkin sanggup menahan beban seberat ini. Setelah bersusah payah berjalan beberapa langkah, pintu masih jauh di depan sana. Kakiku malah terhuyung dan terpeleset.Siapa sangka, aku malah tidak merasakan sakit apa pun. Entah mengapa, posisiku berbalik dengan Matthew. Yang terjatuh adalah dia.Aku bisa mendengar Matthew mendengus kesakitan. Kemudian, dia membuka matanya sambil mengernyit. Aku segera bangkit dari tubuhnya, lalu menatapnya dan bertanya, "Kamu baik-baik saja?"Matthew memegang kepala belakangnya dan menyahut, "Sakit."Jadi, kepalanya terbentur? Aku segera berjongkok untuk memapahnya. "Kok bisa sakit? Berdarah nggak?" Aku lantas memeriksa belakang kepalanya. Tidak ada darah, tetapi ben

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 88

    "Selain itu, Santos nggak akan bisa mengancammu dengan menggunakan nenekmu lagi. Leila." Matthew mencoba meraih tanganku. "Tolong jangan membenciku ya?""Matthew." Aku meletakkan kedua tanganku di belakang punggung, lalu menatap matanya dan bertanya, "Apa kamu menyukaiku?"Matthew yang dulu selalu angkuh dan tidak pintar berkata-kata. Sering kali, apa yang dia katakan berbeda dengan yang ada di pikirannya.Latar belakangnya yang istimewa membuatnya disanjung orang-orang sejak lahir. Itu sebabnya, dia sering kali kesulitan untuk mengungkapkan sesuatu.Aku sudah terbiasa dengan sikap Matthew yang sombong dan keras kepala. Sebaliknya, aku merasa aneh melihatnya merendah seperti ini, apalagi bersikap baik padaku.Sejak kapan semua ini dimulai? Sejak kapan sikap Matthew berubah kepadaku? Aku menatap Matthew, mencoba untuk mendapat sedikit petunjukAku berharap Matthew menjawab tidak, tetapi tatapannya tiba-tiba berubah setelah mendengar pertanyaanku. Dia menatapku dengan tulus dan menyahut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 100

    Makanya, meskipun Felly memberiku obat dan ingin membuatku malu di hadapan semua orang, aku tidak ingin menggunakan cara yang sama untuk membalasnya."Aku bisa bantu." Matthew berkata, "Latar belakang Keluarga Hutama nggak termasuk buruk. Ini termasuk pilihan bagus untuk Santos."Aku menoleh, melihat Matthew memandang ke luar jendela. Malam ini terasa sangat panjang.Saat kapal berlabuh, Santos membawa sekelompok orang masuk. Mereka langsung menuju ke kamar Matthew. Dari kejauhan, terdengar suara Madhu yang berpura-pura menenangkan, "Santos, jangan marah. Semua bisa dibicarakan baik-baik."Segera, mereka mendorong pintu dan masuk. "Matthew, Leila bukan wanita sembarangan. Dia ...."Santos seketika tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Aku berdiri di belakangnya, berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. "Ada apa ini?"Matthew yang memakai pakaian serba hitam pun berjalan keluar. "Apa maksudmu, Pak?" Matthew melirik sekeliling. "Selain itu, ngapain kamu membawa begitu banyak orang kemari

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 99

    Matthew membawaku ke kamarnya. Aku berpura-pura merasa tidak nyaman. Segera, dia menurunkanku ke ranjang.Aku mengepalkan tanganku, merasakan Matthew perlahan-lahan mendekat. Ketika bernapas, aku merasakan aroma kayu yang semakin kuat.Aku menjulurkan tangan ke nakas untuk mengambil lampu. Aku ingin menghantamkannya ke kepala Matthew. Namun, Matthew tiba-tiba menahan tanganku dan berujar, "Jangan bergerak."Suaranya terdengar rendah. Aku memelotot. Dia memiringkan kepalanya dan mencium telingaku. "Felly lagi mengawasi kita di luar."Setelah mendengarnya, aku tanpa sadar menatap Matthew. Dia menggenggam tanganku, sesekali mencium leherku. "Sabar sedikit. Saat aku memberi keluargamu proyek hari itu, Santos bisa melihat aku menyukaimu.""Belakangan ini, Keluarga Sanjaya punya proyek baru lagi. Santos meneleponku dan bilang kondisi kesehatan nenekmu buruk, jadi menyuruhku membawamu keluar bermain."Ciuman Matthew makin liar. Aku kesulitan bertahan. Entah dari mana tenagaku, aku sontak mend

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 98

    "Wow!" Cassey berseru dengan kagum, "Leila, mereka lucu sekali. Aku hampir meleleh dibuat mereka!"Ketika melihat Cassey seperti ini, suasana hatiku menjadi lebih rileks.Sekitar 20 menit kemudian, rombongan lumba-lumba pergi dan tak terlihat lagi. Cassey merasa agak kecewa, tetapi aku merasa sangat puas.Yosef menghampiri untuk menggoda Cassey. Aku menatap keduanya, merasa ada yang aneh dari mereka.Pada akhirnya, aku pergi. Ketika aku mengambil jus, Matthew tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku. Aku mendongak menatapnya. Dia menyuruhku memandang ke arah matahari terbit.Aku mengikuti instruksinya, lalu melihat lumba-lumba pink mengapung di permukaan laut. Aku terkejut hingga menutup mulutku. Matthew bertanya, "Cantik nggak?"Aku mengangguk. Matthew berbisik di samping telingaku. "Dia punya nama."Aku menoleh. Matthew tersenyum dan meneruskan, "Namanya Pangsit."Pangsit .... Aku tiba-tiba teringat saat aku SMA 2, aku bersikeras makan bersama Matthew. Karena terlambat, yang tersis

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 97

    Aku bergegas mundur dan menaruh tanganku di belakang punggung. Tangan Matthew sontak terbuka karena penolakanku yang terlalu besar. Pada akhirnya, dia menarik tangannya kembali dan berkata, "Tanganmu berdarah."Aku menggigit bibir tanpa menyahut. Saat ini, Cassey dan lainnya datang. Cassey membawa ember dan berlari menghampiri, lalu menunjukkan isinya kepadaku. "Leila, aku tangkap ubur-ubur. Yosef bilang ubur-uburnya akan bersinar di malam hari.""Serius?" Aku merasa lega. Aku menatap ubur-ubur setengah transparan di dalam ember. "Kita cari akuarium saja supaya dia punya tempat."Usai mengatakan itu, aku menarik Cassey ke kamar tanpa peduli pada Matthew. Tidak ada tempat untuk menaruh ubur-ubur. Pada akhirnya, Cassey mencari Yosef. Yosef memberikannya vas bunga transparan.Setelah memasukkan ubur-ubur ke vas, Cassey baru menyadari tanganku berdarah. Dia menarik tanganku dan berkata dengan alis berkerut, "Tanganmu ....""Nggak apa-apa." Aku melirik sekilas punggung tanganku yang berdara

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 96

    Aku merasa sangat panas. Sekujur tubuhku seolah-olah dibakar api. Aku ingin menghindar, tetapi tidak tahu caranya.Mimpi buruk terus bermunculan. Aku bermimpi tentang kehidupan lampau saat Matthew pergi setelah menerima telepon dari Yuna, juga bermimpi saat Matthew memohon kepadaku untuk melepaskan Yuna di ruang privat.Pada akhirnya, adegan mimpiku berhenti. Saat itu, kami selesai berhubungan badan. Matthew menatapku layaknya sampah. "Leila, kamu menjijikkan sekali.""Bu ... bukan aku ...." Aku sontak membuka mata dan memandang langit-langit."Sudah bangun?" Terdengar suara Matthew di samping telingaku. Aku perlahan-lahan menoleh.Wajah Matthew agak berkumis. Dia terlihat sangat lelah. Entah berapa lama aku tertidur. Aku ingin mengambil ponsel, tetapi Matthew menahan tanganku."Jangan sembarangan gerak. Kamu lagi diinfus." Setelah mendengarnya, aku baru menyadari ada beberapa kantong cairan infus yang digantung."Berapa lama aku tidur?" tanyaku dengan susah payah. Tenggorokanku terasa

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 95

    Pagi hari, aku dibangunkan oleh Cassey. Aku bersembunyi di dalam selimut. Dia menarikku dan bertanya, "Leila, kami mau pergi snorkeling. Kamu mau ikut nggak?""Nggak mau." Aku masih sangat ngantuk. Aku menunjukkan tanganku yang terluka kepadanya dan meneruskan, "Dokter bilang tanganku nggak boleh kena air."Setelah mendengarnya, Cassey baru ingat. Dia tidak membangunkanku lagi dan hanya berpesan beberapa hal sebelum pergi.Sekitar 5 menit kemudian, rasa kantukku malah hilang. Aku pun terpaksa bangkit dari ranjang. Selesai mandi, aku mencari baju di koper.Begitu koper dibuka, ternyata semua isinya adalah terusan. Aku mengambil sebuah terusan berwarna putih, lalu membentangkannya dan mendapati terusan itu hanya mencapai bagian atas pahaku.Aku mengernyit, lalu mengambil terusan berwarna biru lagi. Yang ini lebih panjang, tetapi ada lubang di punggung dan di pinggang. Pada akhirnya, aku memilih terusan berwarna hitam dengan garis leher V yang sangat ketat.Setelah mandi dan berganti paka

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 94

    Aku melihat jam di ponsel. Ternyata baru pukul 3 subuh lewat. Karena tidak ingin mengganggu Cassey, aku mengambil selimut dari lemari dan menaruhnya di bahuku. Kemudian, aku keluar untuk melihat bintang.Mungkin ada yang salah dengan cuaca tahun ini. Aku merasa angin yang bertiup agak panas.Setelah jauh dari kota, bintang di langit menjadi lebih terang. Pemandangan seperti ini tidak bisa dilihat di kota.Sesaat setelah aku duduk bersila, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Aku menoleh. Ternyata Matthew keluar dari pintu lain dan berdiri di depan pagar pembatas.Matthew masih mengenakan pakaian sebelumnya. Ketika dia melangkah keluar dari kegelapan, entah mengapa aku merasa dia terlihat seperti orang yang kesepian.Aku menggeleng, merasa pemikiranku ini agak konyol. Matthew selalu disanjung oleh orang-orang. Bagaimana mungkin orang seperti ini merasa kesepian?Ketika aku hendak kembali, tiba-tiba Matthew mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakannya. Asap mengepul. Aku melihat Ma

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 93

    Entah mengapa, aku merasa agak malu. Aku yang ingin menghindar lagi sontak mematung. Matthew memanggil, "Hm?"Aku menggigit bibirku, lalu sengaja menyahut dengan tidak acuh, "Aku nggak ingin lihat."Senyuman di bibir Matthew menjadi makin jelas. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Gimana kalau aku ingin kamu lihat?"Seketika, telingaku merasa geli. Aku sontak memalingkan wajah. Matthew juga menoleh untuk melihatku. Tiba-tiba, jarak di antara kami pun menjadi sangat dekat. Dekat sampai aku bisa mencium aroma krim cukurnya."Sudah selesai." Terdengar suara dokter. Aku sontak tersadar kembali, lalu menyingkirkan tangan Matthew yang menutup mataku.Dokter sudah melepaskan sarung tangannya. Dia menginstruksi, "Tanganmu nggak boleh kena air selama tiga hari. Jangan sering digerakkan juga. Aku akan membantumu mengganti perban setiap hari.""Setengah bulan juga sembuh." Dokter sedang membereskan kotak P3K. Dia menambahkan, "Oh ya, benang yang kupakai untuk kecantikan. Jadi, nggak usah khawatir

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 92

    Para pria di tempat juga tidak sempat bereaksi. Aku hanya bisa menyaksikan Prilly melemparkan pecahan gelas kepadaku. Aku tanpa sadar menjulurkan tangan. Saat berikutnya, pecahan gelas menggores punggung tanganku.Seketika, pecahan gelas yang ternodai darahku pun terjatuh ke lantai. Aku kesakitan hingga berjongkok.Cassey segera maju untuk memapahku. "Leila ...."Matthew dan Yosef buru-buru menghampiri dari dek. Ketika melihat tanganku berdarah, wajah Matthew menjadi suram. Dia mendekatiku, lalu mengambil kain bersih untuk menekan tanganku. "Sakit sekali ya?"Aku sangat takut sakit, tetapi juga sangat pintar menahan sakit. Sebelumnya saat demam tinggi, Aku sama sekali tidak menangis. Namun, kali ini mataku malah berkaca-kaca. Aku mendongak menatap Matthew, melihat kecemasan pada tatapannya."Ya, sakit ...." Setelah mendengar jawabanku, Matthew menjadi panik. Dia menyuruh Yosef memanggil dokter yang mengikuti perjalanan ini, lalu menggendongku ke kamar."Nggak apa-apa, dokter akan seger

DMCA.com Protection Status