Home / Pendekar / LEGENDA KAMESWARA / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of LEGENDA KAMESWARA: Chapter 161 - Chapter 170

290 Chapters

Bab 161

Di dalam gua.Wanita berpakaian serba hijau berlutut di hadapan seorang lelaki yang sedang berdiri membelakangi-nya."Kau sudah periksa seluruh tempat?" tanya laki-laki itu."Sudah!""Tapi tidak menemukan pedang itu disimpan?"Si hijau tak menjawab karena sudah tahu jawabannya."Apa kau pernah melihat dia memakainya saat latihan?""Tidak!"Si lelaki mendengkus kesal. Tangannya melambai. Wanita serba hijau berdiri lalu keluar. Isyarat tangan itu merupakan sebuah perintah. Sang majikan memberinya kesempatan untuk mencoba lagi.Kemudian lelaki di dalam gua mengambil sebuah kotak kayu kecil. Ketika dibuka, memancarlah sinar biru terang dari sebuah benda bulat panjang sebesar jari kelingking.Sebuah batu bening terang memendarkan sinar biru membuat seisi ruangan gua menjadi terang."Bertahun-tahun aku mencari rahasia menyerap kekuatan permata ini, tapi belum juga menemukan,"Jariny
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 162

Tekanan energi di dalam hutan semakin kuat, tapi bukan masalah berat buat kedua pendekar muda ini.Mereka sudah memiliki bekal tenaga dalam yang besar sehingga mudah saja melewati rintangan ini.Setelah melangkah beberapa tombak pendengaran mereka yang tajam menangkap banyak desiran angin terbelah. Keduanya langsung teringat pada senjata pisau beracun.Sutajaya kerahkan tenaga dalam Harimau Dewa, sedangkan Kameswara siapkan kekuatan gabungan Kujang Bayangan, Tenaga Bintang dan Darah Suci. Sebagai perisainya Kameswara gunakan ajian Bantai Jagat.Tidak lama kemudian benar saja, serangan ratusan senjata pisau beracun dari berbagai arah melesat cepat di kegelapan hutan.Sssett!Sreet!Ratusan senjata rahasia itu buyar sebelum mencapai sasaran ketika satu tangan Sutajaya mengangkat dan dua tangan Kameswara merentang.Namun, ratusan senjata itu terus berdatangan bagai hujan yang tiada habisnya. Sempat terpikirkan wala
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 163

Tentu saja Kameswara sudah menduga-duga tentang wanita berpakaian hijau ini. Sehingga ketika kakek itu dengan licik menggunakan wanita itu untuk menahan sabetan kujang, Kameswara sangat panik.Dia tidak peduli dengan dirinya lagi. Dalam pikirannya hanya menyelamatkan wanita tersebut. Dia sudah menebak pasti kakek itu akan membokong saat menolong wanita itu.Kameswara merasakan tubuhnya tersengat listrik yang sangat kuat saat terkena serangan bokongan, tapi dia lebih mempedulikan wanita dalam pelukannya.Begitu terjatuh dengan keras, tubuh keduanya langsung tak berkutik.Jika wanita berbaju hijau itu benar-benar tidak berkutik. Lain halnya dengan Kameswara yang nasibnya masih beruntung berkat sabuk sakti yang masih menyatu di badannya.Beberapa saat memang Kameswara tak bisa merasakan dirinya sendiri. Benar-benar seperti mati.Namun, kekuatan sabuk sakti bekerja dengan sendirinya memperbaiki bagian tubuh yang rusak.Sampa
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 164

Di saat semua kekuatan sudah tersedot, Kameswara hentakkan tangan sambil berteriak keras saking geramnya. Dia tidak pernah semarah ini sebelumnya. Kecewa, merasa dikhianati."Hwayyaaah...!"Wutt! Brukk!Tubuh si kakek yang sudah kering terlempar keras menghantam pohon lalu jatuh telentang dengan mulut megap-megap bagai kehabisan napas. Bola matanya membeliak-beliak.Tiba-tiba saja berkelebat beberapa orang datang. Salah satunya menebar harum dan membawa pedang langsung bergerak menusuk perut si kakek yang tak berdaya itu.Srebb! Craat!Ketika dicabut lagi, di ujung pedang yang menebar harum ini telah menempel sebuah batu bening bercahaya biru.Sementara si kakek sudah tak bernyawa lagi. Permata Mustika Dewa terangkat dari dalam perutnya.Kameswara terkejut melihat orang yang membawa pedang pusaka yang tak lain adalah Pedang Bunga Emas dan sudah pasti pemiliknya dia kenal. Kenapa bisa datang ke tempat ini?
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 165

Kira-kira sepeminuman teh kemudian dua orang yang ternyata Gentasora dan Grendaseba telah sampai di puncak bukit yang besar.Meskipun di puncak, tapi suasananya agak temaram karena sinar matahari hanya sedikit yang menerobos ke dalam. Pohon-pohon di sana cukup tinggi dan rimbun.Bagi keduanya sebagai dedengkot persilatan, tempat ini memiliki aura menyeramkan dan dipenuhi energi jahat. Mereka tampak mencari sesuatu.Sampai akhirnya menemukan sebuah patung dari batu setinggi dua tombak. Patung berbentuk denawa, berwajah menyeramkan. Kepalanya bertanduk dan giginya bertaring panjang.Garis tengah bagian bawah patung yang bulat sepanjang satu tombak.Dua dedengkot sempat bergidik melihat keseraman patung ini. Apalagi mata patung membeliak besar, mulutnya mengaga seperti hendak menyantap. Kuku-kuku tangannya panjang dengan posisi mencakar.Grendaseba dan Gentasora duduk bersila di hadapan patung ini. Dua telapak tangan mereka menyatu
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 166

Kala Cengkar tahu, sekarang dirinya berada di jaman yang berbeda. Sudah ratusan tahun sejak dia disegel dengan kutukan.Musuh bebuyutan yang telah menyegelnya hanya manusia biasa pasti sudah hidup lagi.Namun, di setiap jaman pasti ada tokoh yang dianggap paling sakti. Pendekar yang pilih tanding dan sukar dikalahkan. Dia ingin tahu siapa yang paling hebat di jaman ini."Coba jelaskan tentang keadaan bumi yang aku pijak sekarang?" tanya Kala Cengkar menatap tajam ke arah dua orang yang telah menyatakan siap jadi abdinya.Gentasora menuturkan tentang nama kerajaan dan siapa yang sedang berkuasa sekarang. Memberi-tahukan jarak waktu dari jaman ketika Kala Cengkar hidup.Kala Cengkar angguk-angguk. Sesuai dugaannya. Karena selama tersegel jadi patung dia selalu menghitung setiap tahunnya."Lantas siapa yang paling sakti sekarang?"Grendaseba dan Gentasora saling pandang. Meski mereka rela jadi pengikutnya Kala Cengkar, tapi
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 167

Di depan sana berdiri seorang pemuda tampan yang menaungi dirinya dengan payung padahal tidak sedang hujan.Kameswara ingat pemuda itu yang menemuinya ketika berada di alam Gelang Kamulyan. Pendekar dari masa lalu yang memberinya tiga ilmu dahsyat.Belum sempat menyapa, pemuda berpayung melesat ringan. Terbang lalu mendarat di samping Kameswara yang duduk di bagian tempat kusir.Yang bikin Kameswara terpana, setelah pemuda ini mendarat, payung yang dipegangnya lenyap begitu saja. Kemana payung itu pergi?"Kita berjumpa lagi, sobat!"Kameswara memberikan senyum ramah sebagai tanda sambutan. Lalu dia menyilakan duduk."Biar lebih nyaman, tuan duduk di dalam saja!""Oh, baiklah terima kasih. Aku juga dulu seperti ini, memiliki kereta kuda sendiri. Hanya keretaku lebih besar, rodanya empat dan kudanya dua!"Pemuda dari masa lalu ini sudah duduk di dalam saung."Ini pemberian, saya hanya menerima saja. Kalau
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 168

"Kenapa raut wajahnya seperti orang mati?" pikir Kameswara. "Sepertinya ini ada unsur kesengajaan!"Kameswara melihat ke rumah yang megah. Mewah, tapi kesannya menyeramkan. Hari sudah mulai gelap, tapi belum menyalakan penerangan.Baru saja dipikirkan, lalu ada dua orang lelaki kurus sepertinya pembantu di rumah ini. Mereka menyalakan damar kecil yang menggantung di atas teras."Juragan Putri benar-benar kejam sampai mengusir Den Angga!""Ssst... Jangan keras-keras! Gawat kalau sampai juragan dengar!""Yah, sebagai kacung kita mah nurut saja!""Aku juga kalau mampu mau mengurus Den Angga!"Dua orang itu menyalakan setiap damar kecil yang menggantung di tempat yang sudah di sediakan.Kameswara mencoba mengelilingi rumah besar ini. Melihat ke bagian dalam juga tampak remang-remang saja. Apakah di rumah ini tidak ada penerangan yang lebih besar lagi.Kesannya seperti menyukai yang temaram saja."S
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 169

Dari pintu gerbang depan muncul seseorang yang tidak asing bagi Kameswara. Salah satu tokoh golongan hitam bekas dedengkot Laskar Siluman Merah."Gentasora!"Si nenek dan Prabasari melepas napas lega setelah kedatangan Gentasora. Sepertinya mereka sudah lama menantikan orang ini."Aku kira orang-orangku tidak terlambat memberikan kabar!" ujar si nenek."Memang aku yang lambat, ada urusan yang sangat penting dan mendesak!" sahut Gentasora.Ketiganya kemudian masuk menuju ruang tengah rumah yang cukup luas. Si nenek menambahkan penerangan dengan menyalakan beberapa damar lagi yang menempel di dinding."Aku senang kalian berhasil melenyapkan si Kertasara sesuai dengan arahanku!" Gentasora menyeret satu kursi dari kolong meja besar untuk di jadikan tempat duduknya.Si nenek dan Prabasari melakukan hal yang sama. Mereka duduk melingkari meja besar yang sudah terhidang berbagai macam makanan, buah-buahan dan minuman.
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 170

Kameswara merasa ada yang aneh. Tiba-tiba dadanya berdebar. Ada juga rasa takut. Suara Rintami terdengar beda. Dia jadi bingung."Kameswara, kemarilah!" Sekali lagi Rintami memanggil. Suaranya lebih halus.Pemuda ini melihat ke arah kamar satunya, tempat di mana Angga tidur. Dia berharap anak itu bangun.Bingung harus berbuat apa. Kalau meninggalkan begitu saja, takutnya memberikan kesan yang buruk, tapi kalau memenuhi panggilan ibu satu anak itu, kelemahannya tak bisa dibendung."Kameswara,""I- iya, sebentar!"Perlahan Kameswara mendekati pintu kamar. Dadanya semakin berdebar. Serasa darahnya mengalir lebih cepat. Walau cuma dua langkah, tapi rasanya seperti menelusuri jalan panjang.Pintu kamar memang terbuka setengahnya. Seketika bayangan tubuh Rintami yang masih terlihat indah menjelma di pelupuk matanya.Bimbang. Imannya masih lemah.Begitu masuk Kameswara langsung disuguhkan dengan pemandangan ya
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status