Semua Bab Dekapan Dingin Suami Panas: Bab 81 - Bab 90

232 Bab

81. Dengarkan Nasehat Rekq

"Lalu apa yang kalian banggakan sedangkan kalian tak memiliki peran di keluarga Mahendra?" terang Denis, menatap para kerabat mertua putrinya dengan mimik muka tak bersahabat. Jelas ada pancaran kemarahan yang terlihat nyata karena dia tak menyangka putrinya difitnah oleh keluarga ini. Lea baru selamat dari kasus penculikan, bisa dikatakan kondisi putrinya belum baik-baik saja. Namun, mereka sangat keji dengan melempar ucapan jahat pada Lea. "Yang kami katakan fakta. Dan … bagiamana mungkin Lea lebih baik dari kami?" Ernio, suami Selly, melayangkan tatapan sinis pada Denis. "Jika bukan karena Ziea, memangnya putri yang kau banggakan tersebut memangnya bisa apa? Dia saja menikah dengan Haiden kami karena permintaan Ziea." "Kalian orang yang selalu merasa paling tahu." Kenzie angkat bicara, "fakta dan kebenarannya-- Ziea punya ide untuk bisnis cafenya karena melihat kemampuan Lea dalam memasak. Salah besar jika kalian mengira Lea mendapatkan pekerjaan karena diberi oleh Ziea, dia be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

82. Bertemu Mama Papa

Lea diam-diam ke lantai bawah, dia pusing karena lama terkurung dalam kamar. Sedangkan Haiden, suaminya tertidur sangat pulas, dan oleh sebab itu Lea bisa diam-diam keluar. "Pak Rekq," ucap Lea, terkejut melihat pria yang membantunya selama penculikan ada di rumahnya. "Halo, Nona Lea. Senang bisa bertemu denganmu lagi." Rekq membungkuk hormat pada Lea, tak lupa sebuah senyuman manis menyungging di bibir. "Iya. Terimakasih untuk bantuannya, Pak Rekq," Lea mendekat lalu tersenyum balik pada Rekq. Saat itu dia belum sempat berterimakasih pada Rekq, dan untungnya mereka bertemu di sini. "Terimakasih kembali juga pada Nona. Jika bukan karena Nona, mungkin saya dan beberapa maid itu, sudah tak ada di dunia ini," jawab Rekq dengan begitu manis dan sopan. Tak ada rasa apapun selain hormat yang dia miliki pada perempuan ini. Yang membuat Rekq sangat salut pada Lea adalah karena keteguhannya dalam menjaga kehormatannya selama penculikan. Lea tidak tahu siapa suaminya yang sebenarnya di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

83. Kisah Ebrahim yang Terdahulu

Setelah Lea keluar dari ruangan tersebut–di mana Haiden masih di sana, mengobrol dengan orangtua angkat Lea dan orangtuanya. Kini Lea berada di ruangan lain, bersama Ziea. Sedangkan bayi Ziea–si kembar Razie dan Zira, bersama dengan daddynya, Reigha. Saat ini mereka bercerita, lebih tepatnya Ziea yang menceritakan keluarganya. Awal mula, Lea bertanya pada Ziea mengenai Ebrahim, karena dulu Haiden pernah bilang padanya jika suatu saat mereka punya anak, maka Haiden ingin namanya adalah Ebrahim. Sejujurnya, Ziea sudah pernah menceritakan pasal siapa Ebrahim pada Lea, namun kurang rincih. Skalian Lea menanyakan kenapa suaminya–Haiden, bisa mode iblis. Pasti ada alasannya bukan? "Ebrahim itu nama adiknya Daddy dan aunty Keena. Dia si bungsu dan kesayangan keluarga ini. Seperti yang pernah ku beritahu padamu, Uncle Ebrahim telah meninggal dan menyisakan duka dan trauma di keluarga kami." Ziea menjeda sejenak, sedangkan Lea mendengar secara serius, "Sebenarnya, Kakek Jay itu punya tangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

84. Dia Ingin Bertemu

"Azalea, waktunya makan," ucap Haiden, akan tetapi melayangkan tatapan penuh peringatan pada adiknya. Lea menoleh cepat pada Haiden, dia cukup terkejut karena Haiden mendadak ada di sana. Lea memperlihatkan cengiran kemudian segera bangkit. "Mama dan Papa masih di sini kan?" tanya Lea saat akan beranjak dari sana. "Humm." Haiden menganggukkan kepala, mengusap pucuk kepala Lea saat perempuan itu akan lewat. Melihat Lea pergi, Ziea buru-buru menyusul. Dia menerobos untuk keluar akan tetapi Haiden menghadangnya. "Kak Deden, aku ingin lewat." Ziea mengerucutkan bibir, menatap mendongak pada kakaknya yang berdiri di depannya–menghadangnya. "Ember sekali mulutmu," marah Haiden, melayangkan tatapan tajam pada Ziea. "Bagiamana jika Azalea menghindariku setelah ini, Bocah?!" Ziea menggaruk pipi yang tak gatal, hanya kikuk bercampur gugup karena dimarahi oleh kakaknya. "Mana mungkin! Lea ke Kakak kan cinta mati." "Naif!" dengkus Haiden, menyentil cukup kuat kening adiknya. "Tutup
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

85. Oleh-oleh yang tak diinginkan

Tiada angin tiada hujan, Melody ingin bertemu dengannya? [Oke.] Lea membalas pelan tersebut, setelah itu Lea dilanjutkan langkahnya–memasuki sebuah toko es krim karena dia sedang sangat ingin memakan es krim. "Es krim rasa bon cabe level 50 satu yah, Bang," ucap Lea pada penjaga kasir, membuat kasir tersebut melongo–mata melotot dan mulut menganga. "Mohon maaf, Kak. Tetapi …-" Lea langsung memotong, "kalau rasa bon cabe tidak ada, rasa bon utang juga enggak apa-apa. Yang penting pedes." Kasir tersebut semakin dibuat pusing, hanya bisa menggaruk tengkuk karena tak tahu cara menghadapi makhluk cantik tetapi aneh tersebut. Hampir saja pria ini berniat menggombali perempuan cantik dengan mata bulat yang indah. Namun, dia mengurungkan niat karena reflek trauma oleh permintaan aneh si cantik yang terasa seperti makhluk alien. *** [Kapan kamu datang? Ini sudah sore.] Lea tersenyum manis, kemudian membalas pesan dari Melodi. [Sabar, Kak sayang. Ini saya lagi di jalan. Tapi macet.]
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

86. Antara Kebutuhan Pribadi dan Anak

"Tu-Tuan." Haiden menatap maid dengan tampang muka penuh tanda tanya. Dia telah pulang kerja dan baru sampai di rumah, bahkan masih di ambang pintu. Namun, tiba-tiba tiga maid berlari terburu-buru kepadanya. Firasat Haiden menjadi tak enak, dia takut terjadi sesuatu pada istrinya. "Di mana Nyonya HaiLe?" Haiden langsung menanyakan istrinya, karena pikirannya langsung kepada istrinya. Ketika maid mendatanginya, Haiden seketika mencemaskan istrinya. "Di-di dapur basah, Tuan," jawab salah satu maid. "Nyonya memasak?" Wajah Haiden mulai terlihat marah. Meskipun dia tidak ingin anak, akan tetapi bukan berati dia membiarkan anak itu dalam keadaan buruk. Jika anak itu kenapa-napa, jelas Lea yang akan menanggung sakit dari semuanya. Oleh sebab itu, Haiden begitu overprotektif pada kehamilan Lea. Dia sudah memerintahkan pada maid supaya tidak membiarkan Lea untuk memasak. Yah, walau Haiden kurang rela sebab dia sangat suka masakan istrinya, akan tetapi dia terpaksa demi kebaikan Lea
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

87. Suami Jahat

"Siapa yang kau sebut keong racun, Azalea?" Haiden menatap istrinya dengan sebelah asli terangkat. "My fans, Mas. Aku kan calon artis yang gagal. So-- penggemarku yang belum move on, tiba-tiba mengajak ketemuan. Trus aku bil--" Ucapan Lea langsung berhenti, Haiden tiba-tiba mencubit bibirnya dan cukup kuat, "aaaah … Mas!" ringis Lea, menepuk tangan Haiden yang mencubit pipi lalu melayangkan tatapan sebal pada pria itu. "Siapa yang belum move on padamu? Bagas? Parhan? Atau masih ada nama yang belum pernah kau sebut?" kesal Haiden, setengah marah akan tetapi kelakuannya membuat Lea geleng-geleng kepala. Haiden menyingkap baju Lea kemudian menenggelamkan wajah pada perut istrinya yang masih rata. Dia mencium gemas perut Lea lalu menggigitnya berulang dan secara pelan. 'Bagas yang suka Ziea pun tak bisa menyelamatkanku dari kecemburuan nih banteng.' batin Lea, menatap suaminya lalu berusaha menjauhkan kepala Haiden dari perutnya. "Fansku perempuan, bukan Bagas atau Farhan. Mas men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

88. Lea Carpenter?

Namun, sayangnya Haiden menolak. Pria itu tetap memeluk Lea, tanpa bersedia menuruti perkataan istrinya. "Bagaimana jika aku menyiapkan sarapan untukmu dan bayi kit-- maksudku bayi di perutmu?" tawar Haiden tiba-tiba, melepas pelukan dari Lea kemudian tersenyum manis untuk meyakinkan istrinya. Lea ikut tersenyum, senang dan gembira karena sang suami berniat membuatkan sarapan untuknya. Apalagi cara Haiden yang masih malu-malu kucing untuk mengungkap perhatian pada bayi di perut Lea. Sejujurnya, Lea yakin sekali kalau suaminya sangat menunggu kelahiran bayi ini, Haiden senang dan juga antusias. Akan tetapi, mungkin karena Haiden terlajur mengatakan pada Lea kalau dia tak ingin memiliki anak dalam waktu dekat serta menunjukkan sikap tak sukanya di awal kehamilan Lea ketahuan, sekarang Haiden menjadi malu untuk terus terang suka pada bayinya. Lea maklum karena dia tahu jika suaminya ketinggian gengsi! Dan kalau Haiden sudah mendahulukan gengsi, maka Haiden akan sering mengatakan keba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

89. Hal yang Ingin Lea Naikki

"Jumpa lagi, Nona-- ah, Nyonya HaiLe." Lea menatap pria tersebut cukup kaget, mengerjap beberapa kali kemudian mengamati satu per satu orang-orang yang berkumpul di depan ruangan. "Pak Rekq?" Lea cukup bingung kenapa Rekq bisa ada di sini. Bukankah pria ini harusnya sudah kembali ke negaranya beberapa hari yang lalu? "Pak Rekq ada di sini? Bukannya sudah kembali ke negara asal yah?" tanya Lea, cukup penasaran serta bingung alasan kenapa Rekq masih di negara ini. "Benar, Nyonya HaiLe. Saya masih di sini karena saya dan …-" Rekq menjeda, menoleh pada para maid yang saat itu menjaga Lea–ketika di mansion Orion, "kami akan menjadi bekerja dengan anda, Nyonya. Kami semua akan menjadi karyawan setia untuk anda." "Hah?" Lea mengerjap beberapa kali, kembali dibuat bingung serta syok. Rekq akan bekerja dengannya? Astaga, dari seorang mafia bengis menjadi seorang tukang kayu. "Hehehe … mafia tukang kayu," ucap Lea, memperlihatkan cengiran sembari menggaruk tengkuk. Dia geli sendiri pada p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

90. Menaikimu Mas

"Kamu, Sayang–my baby Haiden terlope-lope," ujar Lea genit, tak lupa mengedipkan sebelah mata pada suaminya. Dia juga mencolek dagu Haiden, bak seorang om-om mesum. Tapi ini Lea! Saat Haiden menatap penuh padanya, Lea menaik turunkan alis. Sebetulnya itu bentuk salah tingkah Lea karena ditatap intens oleh suaminya. Akan tetapi, sepertinya Haiden salah paham. "Kode, Humm?" Haiden menyunguingkan smirk tipis, tiba-tiba menutup buku lalu beralih menggendong istrinya. "Meski aku lebih berharap kau terus terang, tetapi memberi kode juga tak ada salahnya. Lumayan," lanjut Haiden, membawa Lea dari gazebo–masuk dalam rumah. "Kode?" Lea mengerutkan kening, masih tak paham apa maksud sang suami. "Kode apa, Mas Haiden?" Haiden tak menjawab, terus berjalan menuju lantai atas–kamarnya dan istrinya. Sedangkan Lea, dia terus berpikir keras apa maksud kode di sini. Haiden mengira dirinya memberi kode, sedangkan Lea tak tahu kode apa yang suaminya maksud. Namun, setelah tiba di kamar dan Hai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
24
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status