Semua Bab Dekapan Dingin Suami Panas: Bab 91 - Bab 100

232 Bab

91. Perjodohan yang Pernah direncanakan

"Sudah main-mainnya. Kau harus ikut pulang dengan Ayah!" Lea menatap tak suka pada sosok pria yang mencekal tangannya. Dengan kasar, Lea langsung menghempas tangan Yoga. "Pertama, kamu bukan ayahku. Dan yang kedua, aku bisa berteriak jika kamu macam-macam," ancam Lea. Yoga berdecak kesal, meraih kembali pergelangan tangan Lea kemudian menariknya secara paksa. "Lepaskan aku, Pak tua!" geram Lea, memberontak dan mencoba melepaskan diri dari Yoga. "Tolong … tolong, pria tua ini ingin mencelakaiku!" teriak Lea meminta tolong. Orang-orang berdatangan dan berniat membantunya. Akan tetapi, tiba-tiba saja Melody muncul entah darimana–menjelaskan pada semua orang jika Lea adalah putri pria tua tersebut yang sedang kabur dari rumah bersama pria tidak benar. "Maaf semua, dia ini putri Bapak ini. Dia kabur dari rumah bersama pria tak benar, dan sekarang Papanya menjemputnya untuk dibawa pulang," jelas Melody dengan nada manis, meminta maaf pada orang-orang. "Mohon maaf atas kesalahan nya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

92. Alasan Membunuh Mereka

"Kenapa? Ketar ketir? Takut? Deg degkan? Berani menculik ku, tapi takut suamiku saat kusuruh datang ke sini. Aneh kamu, Pak Tua." Lea tersenyum remeh pada Yoga dan Mira. Tak lama seorang perempuan datang dan mendorong Lea. Untung Lea bisa menjaga keseimbangan. "Apa maksudmu, Hah?" marah Lea pada Arukima–adik perempuannya yang mendapat semua kasih sayang dari orang tua mereka. "Kalau bayi dalam perutku kenapa-napa, kamu pikir kamu akan tetap baik-baik saja? Suamiku akan mengulitimu hidup-hidup!" "Ayah!" Arumika memekik marah, tak suka melihat Lea dibawa pulang ke rumah ini dan semakin kesal mendengar ucapan Lea yang menyebut jika dia sedang hamil. "Aku tidak mau dia di sini. Aku tidak mau, Ayah. Aku tidak mau kasih sayang kalian terbagi padanya! Dia itu anak pembawa sial, tidak punya kemampuan, jelek dan jahat. Ayah, usir dia!" "Diam kamu, Arumika!" bentak Yoga pada putri kesayangannya. Dia kesal mendengar ucapan Lea padanya, akan tetapi dia jauh lebih kesal melihat Arumika me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

93. Bawa Aku Pulang Mas

Yoga membeku ketika Lea menyinggung pasal kematian Denis. "Kalau kamu membenciku, bunuh saja aku. Kenapa harus Papa dan Mamaku, Pak Yoga? Atau … kamu sengaja membunuh mereka karena supaya bisa melihatku tersiksa lebih dalam di dunia ini?! Tapi dia adikmu, Papaku adik kandungmu yang sering membantumu saat kamu kesusahan." Suara Lea terasa datar tetapi pancaran matanya penuh kesedihan. Mira membenci perkataan Lea, akan tetapi hatinya tersayat-sayat. Dia benci karena anak yang dia lahiran jauh lebih menyayangi orang lain dibandingkan dirinya. Akan tetapi dia sedih karena … dia tidak bisa menjabarkan bagaimana sedih ini bisa hadir. "Orangtuamu itu kami, Lea. Bukan mereka." Mira mencicit pelan. "Kamu dan suamimu membuatku beranggapan jika yatim piatu jauh lebih menyenangkan dibandingkan memiliki orangtua." Lea berkata serak, bersamaan dengan sebulir kristal yang jatuh dari pelupuk, "tapi Papa Danis dan Mama Intan, mereka membuatku merasa jika orangtua adalah anugerah terindah ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

94. Sang Penghibur Lara

"Selain usaha milik Denis Pratama, hancurkan semua bisnis keluarga Pratama. Buat mereka semua melarat." Haiden berkata dingin, penuh kemarahan dan dendam menbara pada Nanda. Nanda menganggukan kepala, "aku mengerti, Den. Tapi … bukankah menghancurkan kekayaan Pratama itu terlalu mudah? Maksudku-- kau seorang Haiden, melenyapkan sesuatu yang tak kau suka itu sangat mudah bagimu." Haiden menggeleng pelan. "Aku tidak bisa. Bagaimanapun mereka keluarga Azalea-ku. Se benci apapun Azalea pada orangtua dan adiknya, aku tahu Azalea menyimpan kasih sayang jauh dalam lubuk hatinya." "Wakatta." Nanda mengagukkan kepala, "dendam pada seseorang yang dikasihi oleh orang yang kita cintai memang sulit. Ada hal yang harus kita tahan dari dendam itu agar tak melukai orang yang kita cintai." Haiden menaikkan alis, menoleh pada Nanda yang terasa sangat bijak. Tumben! "Wah, Den. Kau semakin menakjubkan." Nanda tersenyum lebar, "kau orang yang sangat sulit menahan emosi. Jika kau sudah membencinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

95. Pembalasan Seorang Ayah

"Aaaaa … Kak Deden, lihat istri kamuuuuuu!" jerit Ziea kencang. Lea cengenges dan cengar cengir. Brak' Pintu ruangan terbuka dengan kuat, memperlihatkan Haiden yang memasang wajah cemas. Bagaimana tidak? Adiknya berteriak sangat kencang, Haiden khawatir terjadi sesuatu pada istrinya. Haiden melangkah cepat ke arah adik dan istrinya. "Ada apa?" tanya Haiden pada Ziea, menatap ke arah Lea yang terlihat memasang cengiran. Apa yang terjadi? Haiden khawatir tetapi yang dia khawatirkan terlihat senyum manis. "Ini!" Ziea menunjukkan lengan bajunya yang terkena ingus Lea, "dia pelakunya," ketus Ziea, menunjuk ke arah Lea. Haiden berdecak pelan kemudian menghela napas lega. Setelah itu, dia meraih tissue lalu me-lap jejak ingus istrinya di lengan baju adiknya. Sial! Dia kira apa, ternyata hanya masalah ingus. "Sayang, kalian kenapa?" Moza dan lainnya yang juga sama khawatirnya karena mendengar teriakan Lea, masuk dalam ruangan. "Bukan masalah besar, Mom." Haiden yang menjawab. Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

96. Perlahan Mereka Hancur

Setelah beberapa hari di rumah sakit, akhirnya Lea diperbolehkan pulang. Hari ini Haiden ke kantor dan Lea yang tinggal di rumah, hanya menghabiskan waktu dalam kamar. Tak bisa ia pungkiri, dia masih memikirkan masalah kemarin. Lea smpai sekarang bertanya-tanya kenapa orangtuanya bisa sangat tidak tahu malu dan tak tahu diri. Atau … pada dasarnya orangtuanya memang orang jahat yang tak akan pernah berubah? Ketika Lea bersama mereka, Lea disiksa dan tak pernah mendapat kasih sayang. Lalu setelah Lea bahagia dengan paman dan tantenya, orangtuanya tak terima. Mereka menginginkan Lea kembali bersama mereka. Orangtua kandung Lea seolah-olah tak bisa melihat Lea bahagia, sehingga saat Lea bahagia mereka melakukan macam cara agar Lea kembali menderita–saat dulu ketika Lea bersama mereka. Yang Lea lihat, orangtua kandungnya bukan mencintainya atau ingin mengulang kehidupan baru dengan Lea karena sebelumnya telah menyesali perbuatan mereka di masa lalu. Namun, mereka hanya tak rela sebua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

97. Suamiku Koki Pemula

Lea terbangun dan tak menemukan Haiden berada di sebelahnya. Kening Lea mengernyit, dia tidak terlambat bangun, bukan, oleh sebab itu Haiden meninggalkannya? Lea menoleh ke arah nakas untuk melihat jam di sana. Dia semakin bingung. Ini masih jam setengah enam, terlalu pagi apabila Haiden berangkat ke kantor. Secinta apapun Haiden pada pekerjaan, selama menjadi istri pria itu, Lea belum pernah mendapati Haiden berangkat setengah enam pagi. Karena panik dan sedikit khawatir pada sang suami, Lea buru-buru bangkit. Tadi malam dia tidur lebih awal, sempat terbangun karena merasa tak nyaman pada perutnya. Lea mendatangi Haiden ke ruang kerja pria itu untuk mengatakan kondisi perutnya yang terasa tak nyaman. Haiden memberinya obat dan setelah itu menemani Lea dalam kamar--untuk tidur. Haiden mengusap perut Lea dan mungkin baru berhenti setelah Lea tidur nyenyak. Sekarang Lea khawatir. Jangan-jangan Haiden berada di ruang kerja, melanjutkan pekerjaan yang tertunda akibat Lea mengganggu–t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

98. Inikah Balasan Perbuatanmu Dahulu?

Setelah memakan sup buatan suaminya, Lea segera mandi dan mengantar Haiden bekerja. Dia hanya mengantar hingga depan rumah, sama seperti yang Lea lakukan selama menjadi istri Haiden. "Aku mengizinkanmu keluar. Tetapi ajak-- minimal dua pelayan untuk ikut denganmu, Azalea," ucap Haiden lembut, mengusap pucuk kepala istrinya secara lembut dan penuh perhatian. "Oke, Mas Sayang." Lea menyengir lebar, senang karena Haiden menbolehkannya untuk keluar. "Humm." Haiden mengecup kening Lea, setelah itu kembali bersuara, "tetapi jangan terlalu lama di luar. Sebaik-baik istri, dia yang menunggu suaminya di rumah. Dan kau istri yang sangat baik, bukan?" Di akhir kalimat Haiden menaikkan sebelah alis, tersenyum tipis pada sang istri. Sebuah senyuman yang mampu melelehkan hati Lea dan membuat perempuan itu tersipu malu–salah tingkah! "Iya, Mas Haiden Terlope-lope," jawab Lea cengengesan dan malu-malu. Haiden terekekeh pelan, mengusap pucuk kepala Lea kemudian segera berangkat ke kantor–be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

99. Si Anak Emas yang Menjual Diri

"Merusak pemandangan banget!" Ziea berkata ketus, menatap sinis dan kesal pada Arumika serta sosok pria itu. "Sana pergi!" usir Ziea kembali, pada keduanya. Akan tetapi hanya pria itu yang meninggalkan mereka, sedangkan Arumika-- dia bangun dari posisi duduk lalu segera menghampiri Lea. "Ini kan yang kamu mau? Ini yang kamu ingin lihat bukan, Azalea Ariva?" ucap Arumika dengan nada serak dan rapuh, menitihkan air mata akan tetapi secara kasar ia hapus dari pipi. Lea berdecis angkuh. "Aku tidak bilang begitu. Tetapi … selamat atas kehancuranmu, Saudariku. Semoga pelangganmu banyak." Lea kemudian menepuk pelan pundak Arumika, "selamat menjual diri," ucapannya pelan kemudian masuk dalam lift, bersama Ziea yang ketika lewat sengaja menyenggol kuat pundak Arumika. "Makan tuh uang hasil keringatmu. Ahahaha … aroma balsem nggak sih uangnya, soalnya duit dari om-om bau tanah. Ahahaha …." Ziea meledek setelah di dalam lift. "Ahahaha … mana dia si anak emas yang dibanggakan oleh orangtua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

100. Hari Bahagia Makhluk Random

"Kamu seorang princess yang dibangga-banggakan pendidikan dan pengetahuannya. Mana nilai akademik-mu yang tinggi, kenapa tak kamu pergunakan?" Lea berkata datar, menatap sedikit angkuh pada adiknya yang saat ini bersimpuh di hadapannya. Lea seperti telah mati rasa, dia tak iba sama sekali dengan apa yang Arumika lakukan saat ini. Namun, Lea sedih. Setelah seperti ini, baru Arumika memanggilnya kakak. Arumika menggelengkan kepala, raut mukanya sedih dan bulir kristal sudah berkumpul di pelupuk mata. "Aku tidak diterima di perusahaan apapun, Kak. Aku sudah diblacklist oleh Tuan Haiden, Kak. A-atau jika Kak Lea tidak bisa memberiku uang, tolong minta pada suami Kakak supaya aku dibiarkan bekerja. Kumohon, tolong aku, Kak." Lea berdecis sinis lalu bertepuk tangan. "Wah, setelah seperempat abab, akhirnya kamu memanggilku kakak. Hebat yah." Lea terkekeh kecil, mengejek sekaligus miris pada keadaan persaudaraan antara dia dan adiknya. Coba saja Arumika tak pernah egois dan jahat padan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
24
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status