Semua Bab Dekapan Dingin Suami Panas: Bab 111 - Bab 120

232 Bab

111. Si Mesum

"Aku ingin makan disuap, Azalea." Lea seketika menatap kaget dengan muka cengang pada suaminya. "Kita makan didepan televisi. Aku ingin makan disuap olehmu sambil menonton," ucap Haiden kembali, memasang muka polos–tak merasa bersalah sedikitpun pada perkataannya. "Maaf, Sayang?" Lea memiringkan kepala sedikit. Dia tak percaya dan masih tak menyangka dengan permintaan suaminya. "Kau tidak bersedia?" Haiden bersedekap di dada, menampilkan muka dingin dan kesal secara bersamaan. "Baiklah. Aku kembali ke kantor," lanjutnya, segera beranjak dari sana. Namun,, langkah Haiden berhenti seketika. Lea mencekal dan menghadang. "I-iya iya. Kita makan depan televisi dan aku akan menyuapi Mas Haiden," ucap Lea, setengah panik karena suaminya merajuk dan masih tak menyangka. Aneh! Mendadak Haiden ingin makan disuap dan di depan tv? **** "Aku merasa sepertinya kau perlu belajar menjaga anak melalui aku, Azalea," ucap Haiden santai, setelah sebelumnya menelan makanan dalam mulut. Dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

112. Yang Mulia Tak Terbantahkan

"Justru itu, Mas, Lea sangat terlihat bahagia bersama Tuan Haiden. Dia sangat dimanjakan oleh Tuan Haiden." Yoga seketika menghela napas lega, tersenyum tipis tetapi dengan sebulir air mata yang jatuh dari pelupuk. "Syukurlah Lea bahagia," gumamnya pelan, tertawa kecil karena merasa senang. "Ada apa, Mas?" tanya Mira. Lagi-lagi suara kekehan Yoga terdengar. Tetapi bukan sebuah kekehan bahagia, melainkan kekehan miris yang penuh perasaan sesal. "Andai saja kita membesarkan anak-anak kita penuh cinta, tanpa membedakan satu dengan lainnya, mungkin keluarga kita tak akan hancur seperti ini." Ucapan suaminya berhasil membuat Mira menitihkan air mata, dia menganggukkan kepala–setuju dengan perkataan suaminya. "Kita hanya melihat Arumika sebagai putri kita, sedangkan Azalea Ariva, dia tumbuh tanpa dukungan dari orangtuanya. Hah, hebatnya anak itu tetap kuat, Mira." Yoga tersenyum miris diakhir kalimat, "seandainya pun Tuan Haiden ingin membunuhku, a-aku sudah pasrah. Tak ada lagi arti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

113. Aku Ingin Memulai Dengan Hal Baik

Setelah Haiden pergi ke kantor, Lea juga segera pergi menemui Arumika. Dia terburu-buru karena takut kesiangan. Haiden memaksanya melakukan video call ketika siang nanti, oleh sebab itu Lea tak berani keluar saat siang. Dia pasti akan ketahuan oleh suaminya. Lea menarik kursi kemudian langsung duduk. "Kamu sudah lama menunggu?" tanya Lea. Dia sekarang berada di sebuah cafe yang jarang ditemui oleh keluarga suaminya. Dia melakukan itu supaya tak ada yang melapor hal-hal aneh pada keluarga Haiden. Masalah kemarin–Lea difitnah hamil anak Orion, sebetulnya masalah tersebut masih belum tuntas. Hanya saja, para pemitnah sampai sekarang masih belum pulih total. Sintia–tante suaminya, beberapa minggu lalu melakukan operasi rahang dan sampai sekarang masih dalam proses pemulihan. Begitu juga dengan suaminya, Tommi, yang juga sempat masuk rumah sakit karena perbuatan Haiden. Mungkin jika mereka sudah bangkit dan sehat, mereka pasti akan kembali menyerang Lea. Tapi tenang! Lea sudah berla
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

114. Cinta Nanda

"Lea menemui Arumika dan sepertinya mereka sudah berdamai, Den," lapor Nanda pada Haiden, sedang bertelponan dengan Haiden. Kebetulan Nanda berada di tempat ini, ingin bertemu dengan Arga--sahabat lamanya (teman satu circle dengan Rafael). Nanda melihat Lea yang bertemu dengan Arumika. Sempat dia khawatir tetapi setelah mengamati, kekhawatiran itu lenyap. 'Humm. Awasi sampai Azalea pulang,' ucap Haiden dingin dari seberang sana. Tentu dia kesal, istrinya pergi keluar tanpa izin. Awas saja nanti! Setelah mengatakan itu, Haiden memutus sambungan telepon. Nanda menghela napas dan memilih tetap di sana. Melihat Lea dan Arumika pergi dari tempat itu, Nanda segera ikut pergi. Namun, sebelumnya Nanda mengirim pesan pada Arga jika dia tidak bisa datang dalam pertemuan mereka. Untungnya Arga tak masalah. Dan untungnya juga Lea pulang ke rumah, setelah sebelumnya mengantar Arumika pulang. Nanda menghela napas dan berniat kembali ke kantor. Akan tetapi di tengah jalan, dia melihat sebuah to
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

115. Tiba-tiba Suamiku Bersemangat

"Ayolah …." rengek Nanda yang saat ini sudah di ruangan Haiden–mengusik Haiden yang sedang sibuk bekerja dengan permintaan konyolnya. Haiden berdecak pelan, langsung melayangkan tatapan tajam pada Nanda. "Kau lihat aku sedang berkerja?" dingin Haiden. Nanda tiba-tiba menutup mata. "Tidak. Aku tidak melihatmu," jawabnya, membuat Haiden berdecak marah, mengambil pulpen kemudian melemparnya ke arah Nanda. "Ack." Nanda meringis karena ujung pulpen mendarat sempurna di keningnya. "Jangan mengganguku. Keluar!" marah Haiden. Nanda memnggelengkan kepala. "Tidak mau! Aku akan berbaring di depan pintumu jika kau tidak mempercepat pernikahanku dengan Nami." "Apa-apaan kau ini?!" geram Haiden, menatap sinis pada sang kepercayaan kesayangan. "Kau ini kenapa? Pulang-pulang langsung minta menikah." "Ada laki-laki yang mendekati Nami, Den. Ck, aku trauma yang namanya dengan perebut." Di awal kalimat Nanda cemberut, tetapi diakhir dia melayangkan tatapan sindiran pada Haiden. Haiden terlihat g
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

116. Mata yang Ternoda

"Ck, aku terjebak dengan Bos yang sangat bucin pada istrinya ini." Nanda mendumel pelan, kesal karena Haiden memaksanya ikut untuk berburu eskrim semangka. Nanda sedang asyik-asyiknya menonton film animasi kesukaannya, tetapi tiba-tiba Haiden memaksanya ikut mencari eskrim. Nanda sejujurnya malas, tetapi katanya Lea sedang mengidap. Baiklah, katakan dia belum move on dan dia tak tega pada Lea yang sedang hamil. "Kau bilang apa?" Haiden melayangkan tatapan tajam, menatap marah pada Nanda. "Tidak, Bos. Ehehehe …." Nanda cengenges lalu buru-buru beranjak dari sana–dia takut Haiden memukulnya. Saat ini mereka berada di sebuah minimarket. Haiden sibuk mengumpulkan semua es krim semangka yang ada di lemari pendingin, sepertinya pria galak namun bucin itu, berniat ingin memborong semua es krim semangka. Nanda memilih mencari jajanan, akan tetapi melihat sebuah odol anak kecil dengan karakter favoritnya, Nanda tanpa pikir panjang mengambilnya. "Nanda, cepatlah!" Suara Haiden memang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

117. Hari Untuk Nanda

"Ouh, kau lama karena kau melakukan adegan-- argk, kau menodai Lea?! Tidaaaaaak!" jerit Nanda horor, tak percaya sekaligus tercengang. Haiden langsung meletakkan dokumen secara kasar. Dia berdiri kemudian mengepalkan tangan. "Katakan, kau ingin kupukul dengan tangan kiri atau kanan?" geram Haiden, kesal karena Nanda menyebutnya telah menodai Lea. Hell! Lea itu istrinya. Bukankah yang dia lakukan dengan Lea adalah ibadah?"Sial salah." Nada menggaruk daun telinga, kemudian duduk secara kikuk ke tempat sebelumnya. "Maaf, Bos," ujarnya takut bercampur ragu ketika Haiden terus melayangkan tatapan dingin. "Lea itu istriku!" dingin Haiden, berdecak kesal lalu kembali duduk. Dia meraih dokumen lalu membukanya lagi. "Aku masih polos, Bos." Nanda cengengesan. "Cih." Haiden berdecis sinis. "Polos tetapi isi Drive penuh video tutorial berkembang biak, Heh?"Nanda melebarkan mata, buru-buru meraih HP kemudian langsung menghapus semua video tutorial di HP-nya. Lagi-lagi dia cengengesan, berke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

118. Nanda yang Jahil

"Rafael saja-- Kakak kandung Ega, tidak pernah memerintah Ega seperti tadi." Arga menatap sinis ke arah Haiden, sedikit tak suka karena Haiden begitu enteng memerintah Reigha. "Apa yang kau permasalahkan, Ga? Haiden itu bukan hanya teman Reigha, tetapi kakak iparnya. Wajar saja Haiden menyuruh Reigha seperti tadi," tegur Rafael pada Arga. "Lagipula Haiden hanya menyuruh Ega menemani Nanda, bukan hal aneh.""Ck." Maxim berdecak, "kalau kau protes, kenapa bukan kau saja yang menemani Nanda keluar?" datar Maxim, geleng-geleng kepala karena merasa aneh pada Arga yang mempermasalahkan hal sepele seperti tadi. Namun, dia tahu kenapa Arga, Alvin dan yang lainnya cukup sinis pada Haiden. Ada masalah yang mungkin hanya kesalahan pahaman. "Katakan saja, to the poin." Haiden berucap santai, meriah buku milik Reigha yang terletak di atas meja kemudian membukanya. Hal tersebut semakin membuat Arga kesal. Bukankah Reigha sudah mengakatan untuk tak membuka buku itu, lalu kenapa pria ini lancang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

119. Haiden Menyingkirkan Nanda?

Sedangkan Reigha, dia ikut-ikutan berhenti–di belakang Nanda. *** Rafael dengan ragu menanyakan hal yang mengganjal dalam benak–hal yang mereka perdebatkan beberapa hari ini bersama teman-temannya. "Aku bukan menuduhmu dan tolong jangan marah. Tapi-- benarkah kau menjodohkan Nanda dengan keluarga Pandora? Kau memaksa Nanda menikahi salah satu putri Pandora?" tanya Rafael hati-hati. Haiden dengan santai menganggukan kepala. "Aku memang menjodohkan Nanda dengan salah satu putri Pandora." "Kau tidak berhak mengatur Nanda, Haiden!" Arga menyahut dingin, mendapat anggukan dari Risky, Elang dan Alvin. Ini lah hal yang membuat mereka tak suka pada Haiden--sekarang. Karena mereka merasa Haiden terlalu ikut campur pada kehidupan Nanda. Haiden otoriter, kejam dan seenaknya. Bagaimanapun Nanda adalah sahabat mereka. Sedangkan Haiden-- Nanda baginya sekedar kepercayaan. Atau-- mentang-mentang Nanda hanya kepercayaannya, Haiden merasa seenaknya pada Nanda?! "Ya, Dude. Biarkan Nanda men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

120. Lea sang Ketua Geng's

Nanda meletakkan kantong belanjaan yang dia bawa. "Kukira kalian berkumpul untuk merayakan kebahagiaanku. Ternyata untuk mempermasalahkan suatu hal yang tak seharusnya kalian perdebatkan," ucap Nanda datar, pertama kalinya dia terkesan dingin–tak punya senyum dan dengan raut muka serius. Nanda terkenal sangat ceria. Dia mudah senyum, pancaran mata selalu berseri dan tingkahnya identik dengan peng hidup suasana. Namun, kali ini senyuman itu tak ada dan pertama kalinya wajahnya berbalut es. "Bukan begitu, Nanda. Kami khawatir Haiden memaksamu menikahi perempuan itu," ucap Arga, nada pelan dan rendah. "Seandainya Haiden memang memaksa, apa hubungannya dengan kalian?" Nada Nanda begitu tak bersahabat, terkesan ketus dan dingin secara bersamaan. Semua orang hanya diam, menatap Nanda tak enak bercampur takut. Istilah 'seorang pelawak yang tiba-tiba serius, itu mengerikan-- itu benar adanya. Mereka merasakan langsung aura Nanda yang berbeda. "Selamat ulang tahun, Deden," ucap Reigha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
24
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status