"Justru itu, Mas, Lea sangat terlihat bahagia bersama Tuan Haiden. Dia sangat dimanjakan oleh Tuan Haiden." Yoga seketika menghela napas lega, tersenyum tipis tetapi dengan sebulir air mata yang jatuh dari pelupuk. "Syukurlah Lea bahagia," gumamnya pelan, tertawa kecil karena merasa senang. "Ada apa, Mas?" tanya Mira. Lagi-lagi suara kekehan Yoga terdengar. Tetapi bukan sebuah kekehan bahagia, melainkan kekehan miris yang penuh perasaan sesal. "Andai saja kita membesarkan anak-anak kita penuh cinta, tanpa membedakan satu dengan lainnya, mungkin keluarga kita tak akan hancur seperti ini." Ucapan suaminya berhasil membuat Mira menitihkan air mata, dia menganggukkan kepala–setuju dengan perkataan suaminya. "Kita hanya melihat Arumika sebagai putri kita, sedangkan Azalea Ariva, dia tumbuh tanpa dukungan dari orangtuanya. Hah, hebatnya anak itu tetap kuat, Mira." Yoga tersenyum miris diakhir kalimat, "seandainya pun Tuan Haiden ingin membunuhku, a-aku sudah pasrah. Tak ada lagi arti
Terakhir Diperbarui : 2025-01-22 Baca selengkapnya