Accueil / Romansa / Dekapan Dingin Suami Panas / Chapitre 121 - Chapitre 130

Tous les chapitres de : Chapitre 121 - Chapitre 130

232

121. Tuduhan pada Lea?

"Kita ngapain di sini?" tanya Lea, berkacak pinggang sembari menatap orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Para lelaki terlihat sibuk membuat pemanggangan. Mesin pemanggang ada, tetapi mungkin karena dianggap terlalu kecil oleh para pria, mereka memilih membuat pemanggangan sendiri. Sedangkan di sisi lain, para istri sedang mempersiapkan bahan masakan. "Kurasa kita masuk ke dalam lagi deh kayaknya. Tenaga mungil kita sepertinya tak dibutuhkan," ucap Ziea, ikut memperhatikan. "Jangan begitu. Kita harus membantu," ucap Jenny. "Nih anak lurus banget." Lea memutar bola mata, menatap Jenny malas. "Gini ajah deh supaya kita punya pekerjaan dan terlihat sibuk, kalian suruh anak kalian diantar ke sini. Nah, nanti kita pura-pura jaga anak kalian. Bagaimana?" "Tidak boleh begitu, Lea." Jenny kembali menegur halus Lea. "Kita bantu-bantu Kak Serena yuk," ajaknya kemudian. "Kenapa sih kita nggak beli makanan yang udah siap jadi? Aduh, aku rada malas soalnya kalau harus
last updateDernière mise à jour : 2025-01-25
Read More

122. Di mana Melody?

"Maaf, trus manfaatnya anda mengatakan itu padaku apa yah?" Kening Lea mengerutkan kening, membentuk integral yang terlihat jelas. Ekspresinya berubah tak bersahabat, terpancing oleh ucapan salah satu teman suaminya. Jika Lea tak salah, pria ini bernama Arga. Seingatnya juga, pria ini ikut bermain ke pulau keluarga Azam, satu tahun lalu. Arga cukup terkejut dengan respon Lea, tak sesuai yang dia harapkan. Dia kira perempuan ini akan … 'benarkah Kak Nanda pernah suka padaku? Aku merasa bersalah. Aku harus bicara dengannya.' Itu respon yang Arga inginkan. Bukan apa-apa, hanya saja Arga masih merasa jika Haiden telah merebut Lea dari Nanda, dan sekarang Haiden menjodohkan Nanda dengan perempuan desa. Cih, Haiden terlalu jahat! "Kamu berharap setelah mengatakan ini aku akan salto? Kayang? Berubah menjadi Spider woman? Atau kamu berharap aku mendadak menjadi istri big boss?" ucap Lea dengan nada nyolot, kesal bercampur emosi pada sosok pria yang duduk di sofa tunggal tersebut. "Bu
last updateDernière mise à jour : 2025-01-25
Read More

123. Suamiku Perhatian

"Oh iya, Den. Kenapa kau tak ajak tangan kanan barumu ke sini. Siapa namanya? Rekq yah?" tanya Elang pada Haiden. "Karena tak kuajak," jawab Haiden santai, tanpa menoleh ke arah Elang. Lea memperhatikan suaminya kemudian memperhatikan teman-teman suaminya. Sepertinya Haiden terlihat tak suka pada teman-temannya, terlihat dari respon Haiden yang sangat datar dan acuh tak acuh. Mengenai Melody, entah kenapa Lea mendadak kepikiran. Melody sempat datang ke rumahnya, tetapi Lea tidak bertemu dengannya. Dan waktu itu, dia mendengar suara jeritan kesakitan, namun saat dia memeriksa ruangan sumber jeritan itu, Lea tak menemukan apa-apa. Apa Haiden melakukan sesuatu pada Melody? "Kenapa?" tanya Haiden, mengamati ekspresi istrinya yang terlihat gelisah. Lea menggelengkan kepala, tersenyum tipis pada Haiden. *** Haiden dan Lea tak jadi menginap di rumah Maxim dan Aayara karena pekerjaan Haiden. Sebenarnya itu hanya alasan yang Haiden berikan. Ada beberapa orang yang tak senang Haid
last updateDernière mise à jour : 2025-01-26
Read More

124. Sang Pangeran Tampan Toko Sebelah

"Ini kunci mobilnya, Tuan." Rekq memberikan kunci mobil pada Haiden. "Aku pamit, Tuan," lanjut Rekq, terkesan terburu-buru. "Tunggu." Haiden menghentikan, membuat Rekq yang sudah memutar badan, kembali menghadap Haiden. "Ah, iya, Tuan? Ada yang bisa kubantu?" tanya Rekq. Seperti biasa, nadanya ramah akan tetapi berwibawa. "Kau ingin pulang?" tanya Haiden. Haiden bertanya untuk memastikan. Ini sudah tengah malam dan hujan kembali turun deras. Apartemen Rekq cukup jauh dari rumah ini, berkendara dalam cuaca seperti ini cukup berbahaya karena jalanan akan sangat licin. Jadi lebih baik Rekq menginap di sini. "Iya, Tuan Haiden." Rekq menjawab sopan. "Hujan." Haiden berucap pelan. "Rumahmu jauh. Jadi menginap lah di sini." Rekq cukup terkejut pada perkataan Haiden. Sebelumnya, Rekq tidak pernah diperlakukan seperti ini–tuannya-Arion, tak pernah peduli. Sikap Haiden yang seperti ini membuat Rekq tersentuh. Namun, karena sesuatu Rekq memilih menolak. Rekq tersenyum manis, lalu
last updateDernière mise à jour : 2025-01-26
Read More

125. Keluarga Azam Mencari Haiden

Ceklek' Deg' Jantung Kessy berdebar sangat kencang, bahkan terasa akan pecah ketika melihat siapa yang ada di depan pintu. Bukan driver taksi melainkan pria matang dari toko sebelah. "Selamat malam, Nona," sapa Rekq–di mana dia mendekatkan mikrofon handphone pada bibir, agar suaranya terdengar jelas pada sosok yang ia hubungi. Mata Kessy melebar, dengan kikuk dan gugup menurunkan handphone dari daun telinga. Ya Tuhan! Jadi pria ini yang menelponnya? Tu-tunggu. Dapat darimana pria ini nomornya? Apa jangan-jangan halu-nya nyata? "Jangan salah paham, Nona. Aku mendapat nomormu dari papan informasi di–" Rekq menjeda, memilih menatap sebuah papan persegi empat menggantung di pintu toko. Ada empat nomor yang tertera di sana dan salah satunya milik Kessy. 'Ahahaha … kebelet masuk novel, jadi kepedean gini.' batin Kessy, meringis malu. Namun, dia kembali menampilkan ekspresi kaget. Hei, barusan pria ini-- jangan bilang pria ini bisa membaca pikiran?! "Saya tidak bisa
last updateDernière mise à jour : 2025-01-26
Read More

126. Azam VS Haiden

Lea menghubungi Haiden supaya pria itu pulang untuk menghadapi keluarga Azam yang keukeuh menemui Haiden. Untungnya Haiden datang cepat, bersama Rekq dan Nanda. Haiden mengambil tempat, duduk di sebuah sofa tunggal–menatap Rafael dan ke empat orang lainnya. Mereka orangtua Melody, serta sepupu lainnya. "Maaf menggangumu, Den. Sebenarnya aku tidak enak, tetapi mereka mendesakku untuk mencari Melody di sini," ujar Rafael tak enak. Haiden orang yang sangat sibuk, tentu dia tidak enak karena kedatangannya di sini telah membuat pekerjaan Haiden terhambat. Akan tetapi salah satu anggota keluarga besar Azam, telah menghilang sekitar lima hari. Setelah diselidiki, terakhir kali, Melody datang ke rumah ini. "Haiden, Om yakin sekali kamu tahu di mana Melody berada. Tolong, kasih tahu kami di mana keberadaan Melody, Haiden. Tolong," mohon Satrio, ayah Melody–menatap penuh harap pada Haiden dan memohon agar pria itu memberitahu Melody ada di mana. "I-iya, Haiden. Tolong, beritahu di mana
last updateDernière mise à jour : 2025-01-27
Read More

127. Sebuah Kemarahan Yang meletup

Lea melebarkan mata ketika maid aneh tersebut membuka masker dan kaca matanya. Jantung Lea berdebar kencang dan tanpa ia bisa cegah sebulir air mata jatuh dari pelupuk. Ja-jadi sosok yang selama ini suaminya bentak-bentak dan hina adalah ibu kandung Lea sendiri? Setelah kecurigaannya, Lea berhasil memaksa maid ini melepas penutup wajah. Sekarang Lea benar-benar kaget, perasaannya campur aduk--tak bisa ia jabarkan. "To--tolong, jangan salahkan Tuan Haiden. Mama di sini atas kemauan Mama," gugup Mira, meraih tangan Lea lalu menggenggamnya kuat, "Papa butuh biaya berobat dan Mama hanya bisa melakukan cara ini supaya bisa mendapatkan uang." Lea hanya diam, memalingkan wajah dengan mimik muka datar. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa, rasanya sesak dan cukup sakit. Satu tangan Lea yang bebas, ia angkat ke pipi–mengusap air mata secara kasar. Dia tahu Haiden hanya ingin menghukum mereka, tetapi … ikatan darah ini menjerat Lea. Dia tidak rela ibunya diperlakukan bagai budak r
last updateDernière mise à jour : 2025-01-27
Read More

128. Bisakah Sahabat Bertengkar?

Bug' Rafael terhempas kasar ke atas lantai. Haiden yang masih dikuasai kemarahan, meraih sebuah guci dan berniat memukulnya ke arah Rafael yang masih berbaring di lantai. "Jangan, aku mohon! Kalian bersahabat, kalian yang paling dekat!" pekik Nanda, langsung mengambil posisi untuk melindungi Rafael dari kemurkaan Haiden. Namun, itu sama sekali tak menghentikan Haiden, tetap melempar guci tersebut sehingga mengenai Nanda–karena Nanda melindungi Rafael. Prang' "Ugh." Nanda memegang kepalanya–terkena pukulan guci, darah segar keluar. Melihat itu, Rafael mendidih. Dia langsung bangkit dan melayangkan pukulan pada Haiden. Keduanya kembali saling menyerang, tetapi lagi-lagi Rafael kalah. Haiden bukan lawan yang mudah, selain bisa membaca gerakan dengan mudah, pria ini juga sangat gesit. Bug' Haiden lagi-lagi menghajar Rafael, pria itu kembali jatuh secara kasar ke lantai. "Nanda tidak bersalah, Sialan!" maki Rafael marah, meskipun wajahnya sudah babak belur. Dia t
last updateDernière mise à jour : 2025-01-27
Read More

129. Keadaan Melody

Haiden membawa Lea ke halaman samping, dia ingin menanyakan sesuatu pada istrinya. "Jujurlah, kau menangis karena apa?" tanya Haiden, melayangkan tatapan dingin serta tajam–memperingati Lea supaya tidak berbohong padanya. Lea ingin menunduk supaya menyembunyikan tampang muka gugup dan takut, akan tetapi Haiden tiba-tiba mencengkeram pipinya–mengangkat dan memaksa Lea supaya mendongak padanya. "Kan aku sudah bilang, Mas. Aku hanya …-" "Jujur!" potong Haiden dengan nada menggeram. "Aku paling tidak suka kau berbohong, Azalea." "Aku katakan. Tapi-- tidak mungkin kita membahas ini sekarang, Mas. Jangan sekarang, Mas," jawab Lea pelan, memegang lembut punggung tangan Haiden yang mencengkeram pipinya. Hal itu membuat Haiden melepas cengkeramannya, beralih membelai pipi Lea secara halus. "Masalah Melody, aku tidak melukainya. Hanya mengurungnya supaya dia jera mengusik kita. Aku hanya memberi sedikit pelajaran padanya, Sweetheart," ucap Haiden. Tiba-tiba sudah berubah lembut, tatapa
last updateDernière mise à jour : 2025-01-28
Read More

130. Akhir Permasalahan

"Nanda."Langkah Nanda berhenti saat akan memasuki mobil miliknya. Dia berniat pulang karena semua orang juga sudah pulang. Gabriel–pemimpin keluarga Azam (Daddy Rafael dsn Reigha) sudah meminta maaf pada Haiden. Haiden juga sudah memaafkan dan masalah ini dianggap selesai. Nanda menoleh ke arah Rafael, orang yang memanggilnya. Rafael sepertinya juga ingin kembali, tetapi pria itu mungkin melihat Nanda sehingga dia mengurungkan niat untuk kembali. "Ada apa, Bos?" Nanda mendekat pada Rafael. "Terimakasih telah melindungi ku dari amukan Haiden," ucap Rafael tulus, menepuk pelan pundak Nanda. Nanda tersenyum lalu mengagukkan kepala. "Kau temanku.""Humm." Rafael berdehem pelan, "sepertinya sekarang kau lebih dekat dengan Haiden dibandingkan aku dan yang lainnya."Nanda cukup kaget mendengar ucapan Rafael, akan tetapi dia berusaha untuk terlihat biasa saja. "Sebenarnya aku juga ingin dekat denganmu dan lainnya, seperti waktu dulu. Tapi-- kalian membatasi pertemanan kita. Aku paham dan
last updateDernière mise à jour : 2025-01-28
Read More
Dernier
1
...
1112131415
...
24
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status