Home / Romansa / Dekapan Dingin Suami Panas / 124. Sang Pangeran Tampan Toko Sebelah

Share

124. Sang Pangeran Tampan Toko Sebelah

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2025-01-26 23:00:33
"Ini kunci mobilnya, Tuan." Rekq memberikan kunci mobil pada Haiden. "Aku pamit, Tuan," lanjut Rekq, terkesan terburu-buru.

"Tunggu." Haiden menghentikan, membuat Rekq yang sudah memutar badan, kembali menghadap Haiden.

"Ah, iya, Tuan? Ada yang bisa kubantu?" tanya Rekq. Seperti biasa, nadanya ramah akan tetapi berwibawa.

"Kau ingin pulang?" tanya Haiden.

Haiden bertanya untuk memastikan. Ini sudah tengah malam dan hujan kembali turun deras. Apartemen Rekq cukup jauh dari rumah ini, berkendara dalam cuaca seperti ini cukup berbahaya karena jalanan akan sangat licin. Jadi lebih baik Rekq menginap di sini.

"Iya, Tuan Haiden." Rekq menjawab sopan.

"Hujan." Haiden berucap pelan. "Rumahmu jauh. Jadi menginap lah di sini."

Rekq cukup terkejut pada perkataan Haiden. Sebelumnya, Rekq tidak pernah diperlakukan seperti ini–tuannya-Arion, tak pernah peduli. Sikap Haiden yang seperti ini membuat Rekq tersentuh.

Namun, karena sesuatu Rekq memilih menolak.

Rekq tersenyum manis, lalu
CacaCici

Semoga suka dengan part ini, MyRe. Oh iya, siapa nih couple favorit MyRe di novel ini? Dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah, komentar manis dan doa baik tentunya. I-G:@deasta18

| 14
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Husna Rafliazzahra
jodoh nya reqk kaya nya kessy,cerita reqk dimulai
goodnovel comment avatar
Qthree Say
oh ada tokoh baru..syukur deh.....
goodnovel comment avatar
Sheila Pulungan
ah..bahagianya kisah Reqk dimulaii >_<
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dekapan Dingin Suami Panas   125. Keluarga Azam Mencari Haiden

    Ceklek' Deg' Jantung Kessy berdebar sangat kencang, bahkan terasa akan pecah ketika melihat siapa yang ada di depan pintu. Bukan driver taksi melainkan pria matang dari toko sebelah. "Selamat malam, Nona," sapa Rekq–di mana dia mendekatkan mikrofon handphone pada bibir, agar suaranya terdengar jelas pada sosok yang ia hubungi. Mata Kessy melebar, dengan kikuk dan gugup menurunkan handphone dari daun telinga. Ya Tuhan! Jadi pria ini yang menelponnya? Tu-tunggu. Dapat darimana pria ini nomornya? Apa jangan-jangan halu-nya nyata? "Jangan salah paham, Nona. Aku mendapat nomormu dari papan informasi di–" Rekq menjeda, memilih menatap sebuah papan persegi empat menggantung di pintu toko. Ada empat nomor yang tertera di sana dan salah satunya milik Kessy. 'Ahahaha … kebelet masuk novel, jadi kepedean gini.' batin Kessy, meringis malu. Namun, dia kembali menampilkan ekspresi kaget. Hei, barusan pria ini-- jangan bilang pria ini bisa membaca pikiran?! "Saya tidak bisa

    Last Updated : 2025-01-26
  • Dekapan Dingin Suami Panas   126. Azam VS Haiden

    Lea menghubungi Haiden supaya pria itu pulang untuk menghadapi keluarga Azam yang keukeuh menemui Haiden. Untungnya Haiden datang cepat, bersama Rekq dan Nanda. Haiden mengambil tempat, duduk di sebuah sofa tunggal–menatap Rafael dan ke empat orang lainnya. Mereka orangtua Melody, serta sepupu lainnya. "Maaf menggangumu, Den. Sebenarnya aku tidak enak, tetapi mereka mendesakku untuk mencari Melody di sini," ujar Rafael tak enak. Haiden orang yang sangat sibuk, tentu dia tidak enak karena kedatangannya di sini telah membuat pekerjaan Haiden terhambat. Akan tetapi salah satu anggota keluarga besar Azam, telah menghilang sekitar lima hari. Setelah diselidiki, terakhir kali, Melody datang ke rumah ini. "Haiden, Om yakin sekali kamu tahu di mana Melody berada. Tolong, kasih tahu kami di mana keberadaan Melody, Haiden. Tolong," mohon Satrio, ayah Melody–menatap penuh harap pada Haiden dan memohon agar pria itu memberitahu Melody ada di mana. "I-iya, Haiden. Tolong, beritahu di mana

    Last Updated : 2025-01-27
  • Dekapan Dingin Suami Panas   127. Sebuah Kemarahan Yang meletup

    Lea melebarkan mata ketika maid aneh tersebut membuka masker dan kaca matanya. Jantung Lea berdebar kencang dan tanpa ia bisa cegah sebulir air mata jatuh dari pelupuk. Ja-jadi sosok yang selama ini suaminya bentak-bentak dan hina adalah ibu kandung Lea sendiri? Setelah kecurigaannya, Lea berhasil memaksa maid ini melepas penutup wajah. Sekarang Lea benar-benar kaget, perasaannya campur aduk--tak bisa ia jabarkan. "To--tolong, jangan salahkan Tuan Haiden. Mama di sini atas kemauan Mama," gugup Mira, meraih tangan Lea lalu menggenggamnya kuat, "Papa butuh biaya berobat dan Mama hanya bisa melakukan cara ini supaya bisa mendapatkan uang." Lea hanya diam, memalingkan wajah dengan mimik muka datar. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa, rasanya sesak dan cukup sakit. Satu tangan Lea yang bebas, ia angkat ke pipi–mengusap air mata secara kasar. Dia tahu Haiden hanya ingin menghukum mereka, tetapi … ikatan darah ini menjerat Lea. Dia tidak rela ibunya diperlakukan bagai budak r

    Last Updated : 2025-01-27
  • Dekapan Dingin Suami Panas   128. Bisakah Sahabat Bertengkar?

    Bug' Rafael terhempas kasar ke atas lantai. Haiden yang masih dikuasai kemarahan, meraih sebuah guci dan berniat memukulnya ke arah Rafael yang masih berbaring di lantai. "Jangan, aku mohon! Kalian bersahabat, kalian yang paling dekat!" pekik Nanda, langsung mengambil posisi untuk melindungi Rafael dari kemurkaan Haiden. Namun, itu sama sekali tak menghentikan Haiden, tetap melempar guci tersebut sehingga mengenai Nanda–karena Nanda melindungi Rafael. Prang' "Ugh." Nanda memegang kepalanya–terkena pukulan guci, darah segar keluar. Melihat itu, Rafael mendidih. Dia langsung bangkit dan melayangkan pukulan pada Haiden. Keduanya kembali saling menyerang, tetapi lagi-lagi Rafael kalah. Haiden bukan lawan yang mudah, selain bisa membaca gerakan dengan mudah, pria ini juga sangat gesit. Bug' Haiden lagi-lagi menghajar Rafael, pria itu kembali jatuh secara kasar ke lantai. "Nanda tidak bersalah, Sialan!" maki Rafael marah, meskipun wajahnya sudah babak belur. Dia t

    Last Updated : 2025-01-27
  • Dekapan Dingin Suami Panas   129. Keadaan Melody

    Haiden membawa Lea ke halaman samping, dia ingin menanyakan sesuatu pada istrinya. "Jujurlah, kau menangis karena apa?" tanya Haiden, melayangkan tatapan dingin serta tajam–memperingati Lea supaya tidak berbohong padanya. Lea ingin menunduk supaya menyembunyikan tampang muka gugup dan takut, akan tetapi Haiden tiba-tiba mencengkeram pipinya–mengangkat dan memaksa Lea supaya mendongak padanya. "Kan aku sudah bilang, Mas. Aku hanya …-" "Jujur!" potong Haiden dengan nada menggeram. "Aku paling tidak suka kau berbohong, Azalea." "Aku katakan. Tapi-- tidak mungkin kita membahas ini sekarang, Mas. Jangan sekarang, Mas," jawab Lea pelan, memegang lembut punggung tangan Haiden yang mencengkeram pipinya. Hal itu membuat Haiden melepas cengkeramannya, beralih membelai pipi Lea secara halus. "Masalah Melody, aku tidak melukainya. Hanya mengurungnya supaya dia jera mengusik kita. Aku hanya memberi sedikit pelajaran padanya, Sweetheart," ucap Haiden. Tiba-tiba sudah berubah lembut, tatapa

    Last Updated : 2025-01-28
  • Dekapan Dingin Suami Panas   130. Akhir Permasalahan

    "Nanda."Langkah Nanda berhenti saat akan memasuki mobil miliknya. Dia berniat pulang karena semua orang juga sudah pulang. Gabriel–pemimpin keluarga Azam (Daddy Rafael dsn Reigha) sudah meminta maaf pada Haiden. Haiden juga sudah memaafkan dan masalah ini dianggap selesai. Nanda menoleh ke arah Rafael, orang yang memanggilnya. Rafael sepertinya juga ingin kembali, tetapi pria itu mungkin melihat Nanda sehingga dia mengurungkan niat untuk kembali. "Ada apa, Bos?" Nanda mendekat pada Rafael. "Terimakasih telah melindungi ku dari amukan Haiden," ucap Rafael tulus, menepuk pelan pundak Nanda. Nanda tersenyum lalu mengagukkan kepala. "Kau temanku.""Humm." Rafael berdehem pelan, "sepertinya sekarang kau lebih dekat dengan Haiden dibandingkan aku dan yang lainnya."Nanda cukup kaget mendengar ucapan Rafael, akan tetapi dia berusaha untuk terlihat biasa saja. "Sebenarnya aku juga ingin dekat denganmu dan lainnya, seperti waktu dulu. Tapi-- kalian membatasi pertemanan kita. Aku paham dan

    Last Updated : 2025-01-28
  • Dekapan Dingin Suami Panas   131. Bolos Kerja Demi Istri

    "Bos, kau yakin bolos bekerja?" tanya Nanda, di mana saat ini mereka berada di apartemennya–khusus untuk belajar memasak rendang. Haiden bilang Lea mengidam makan rendang buatan Haiden, dan demi membuat rendang yang enak dan bergizi, Haiden ingin belajar terlebih dahulu. "Tentu." Haiden meletakkan semua bahan untuk memasak rendang di atas meja dapur. Hari ini, Haiden sengaja bolos–dihadapan Lea, dia pamit ke kantor, akan tetapi kenyataannya dia pergi apartemen Nanda untuk belajar memasak rendang. Sebelum ke sini, Haiden, Nanda dan Rekq lebih dulu ke supermarket untuk membeli bahan. Sekarang Haiden sudah siap untuk memaksa. "Tapi--" Nanda duduk di kursi mini bar, bersebelahan dengan kitchen. Dia asyik mengunyah kentang goreng yang sebelumnya ia beli, saat berbelanja tadi. Pria berbelanja?! Sejujurnya mereka tidak. Namun, Haiden telah positif terkena virus bucin, sehingga Haiden sudah tak terselamatkan lagi. Dalam artian, Haiden akan melakukan apapun demi menyenangkan istrinya terk

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dekapan Dingin Suami Panas   132. Bentuk Cinta

    Setelah mengundang chef untuk belajar memasak rendang dan setelah lima kali percobaan, akhirnya Haiden yakin jika dia bisa memasak rendang. Sekitar jam sembilan malam, dia pulang ke rumah. Tanpa lelah dan masih sangat bersemangat, Haiden malam ini Haiden berniat memasak rendang untuk istrinya–seperti janjinya pada Lea. Sedangkan Lea, dia begitu risau dan cemas karena sudah jam sembilan malam suaminya belum pulang. Dulu, Haiden memang terbiasa pulang tengah malam. Namun, itu dulu! Sekarang Haiden selalu pulang tepat waktu. Paling lama jam setengah delapan. Tapi kenapa hari ini Haiden kembali terlambat pulang? Apa terjadi suatu pada suaminya? "Aku sudah menghubungi Mas Haiden tetapi dia sama sekali tak mengangkat telepon dariku. Ck," monolog Lea, berjalan mondar mandir di ruang keluarga untuk menunggu Haiden pulang. Dia sudah di sini semenjak jam enam sore. "Azalea." Suara hangat yang memanggil namanya tersebut membuat jantung Lea berdebar tak karuan. Ada perasaan lega, senang dan

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Dekapan Dingin Suami Panas   189. Bagaimana Jika Aku Bersama Perempuan Lain

    "Jam tangan," gumam Ethan, membuka kado yang Alana berikan padanya. Dia sudah di rumahnya, di dalam kamar dan sedang bersantai. Senyuman tipis muncul di bibirnya, mengusap jam tangan pemberian perempuan yang ia cintai. Ethan mencoba jam tangan tersebut ke pergelangan tangan dan ternyata pas. Dia lagi-lagi tersenyum tipis, merasa semakin senang ketika jam tersebut telah ada di pergelangan tangan. Namun, karena dia takut jam tersebut lecet dan terkena debu, Ethan melepas jam itu. Dia kembali memasukkan ke dalam kotak lalu membawanya ke walk in closet. Tetapi Ethan mengurungkan niat, memilih menyimpan jam tersebut di atas nakas sebelah ranjang. Karena dengan begitu, setiap hari Ethan akan melihat jam ini. Setelah meletakkan jam tersebut di atas nakas, Ethan mengeluarkan sebuah surat dari saku celana. Surat tersebut adalah surat yang Alana lempar tadi. Dia diam-diam memungutnya karena dia sangat penasaran dengan isi surat tersebut. [Untuk, Kak Ethan. Selamat hari kasih sayang dan ci

  • Dekapan Dingin Suami Panas   188. Taktik Apa supaya Alana luluh?

    Alana mendekati Daddynya lalu merampas kertas kecil tersebut. "Daddy sama Mommy rese banget sih," ucap Alana dengan nada cemberut, dia meremas kertas secara diam-diam kemudian membuangnya secara sembarang arah. Sebenarnya tak ada yang istimewa pada kertas itu, soalnya yang menulis adalah staf toko jam tangan. Palingan hanya ucapan terimakasih. Namun, kalau daddynya membaca, tetap saja Alana merasa malu. "Jadi Alana dan Kak Ethan kencan sambil mencari kado? Kalian ingin tukar kado yah?" tanya Nanda dengan nada hangat tetapi tatapan jahil pada Alana. "Enggak, Uncle," bantah Alana, memilih di sebuah sofa tunggal. Sebetulanya Alana sudah tak punya muka dan dia ingin sekali meninggalkan tempat ini. Namun, dia takut sekali mommynya mengatakan hal-hal aneh pada Ethan. Alana juga takut kalau Ethan me-melamarnya. Awalnya Alana tak masalah dilamar oleh Ethan. Itu bukan sebuah ancaman baginya karena dia putri kesayangan sang Haiden. Daddynya tak mungkin merelakan Alana pada Ethan. Namun

  • Dekapan Dingin Suami Panas   187. Ketahuan yang Memalukan

    "Kamu dari mana sih, Alana sayang?" tanya Lea ketika putrinya telah kembali. Dia langsung menghampiri sang putri, menatap Alana lekat dan penuh perhatian. Lea tentu khawatir pada Alana. Tadi malam putrinya hampir terkena masalah yang luar biasa mengerikan. Pagi ini, ada berita buruk tentang seseorang yang membenci putrinya. Lea khawatir orang tersebut melakukan aksi kejahatan pada Alana; menyerang Alana secara fisik. Lea sangat panik tetapi dia tidak berani memberitahu suaminya karena dia takut jika Haiden mengamuk. Meski sekarang suaminya jauh lebih lembut dan hangat, tetapi Haiden tetaplah Haiden. Sumbu pendek, nuklir ataupun gunung berapi. Jadi Lea tak ingin mengambil resiko. Dia memilih menghubungi Ethan, pria yang sudah ia dan suaminya setujui untuk menjadi menantu. Sebenarnya ada opsi menghubungi putranya, tetapi sifat Ebrahim tak jauh dari dadanya–sangat mudah marah. Takutnya, Ebrahim memarahi adiknya yang pergi tanpa pamit. "Aku habis jalan-jalan, Mommy," jawab Lea,

  • Dekapan Dingin Suami Panas   186. Pura-pura tidak Tahu

    "Aku calon suami Alana." Deg deg deg Alana reflek mendongak pada Ethan, menatap pria itu dengan mimik muka campuran tegang dan malu-malu. Namun, Alana tak seperti biasanya, di mana dia akan kesal serta tak terima ketika Ethan menyebutnya pasangan. Alana hanya … merasa gugup. Satria menatap Ethan dengan senyuman remeh, pria ini pasti orang yang mengaku-ngaku sebagai calon suami Alana. Atau jangan-jangan dia fans fanatik dari Alana? "Kau ini--" Satria menatap Ethan dari atas hingga bawah. 'Pakaiannya sangat berkelas, dia penuh wibawa dan karisma. Orang sepertinya seharusnya jarang menonton televisi. Ah, bisa saja dia berpenampilan seperti ini untuk memikat perempuan. Tapi tak bisa ku pungkiri, dia memiliki aura yang mahal.' batin Satria, dia memperhatikan penampilan Ethan untuk menghina pria ini. Akan tetapi, dia tidak memiliki bahan untuk menghina pria ini. Bahkan semua yang pria ini pakai harganya hampir setara dengan harga mobil miliknya yang biasa ia pakai ke lokasi shooting.

  • Dekapan Dingin Suami Panas   185. Hadiah Manis

    "Angkat kamera kalian dan kalau berani, menghadap padaku!" dingin Haiden, nada menggeram marah dan tatapan sangat tajam–penuh emosi. Alih-alih mengangkat kamera, para wartawan tersebut bergerak mundur. Mereka menunduk dalam, menutupi wajah agar tidak dilihat oleh sang legendaris Mahendra. Rurom menyebut, apabila dalam keadaan marah Haiden menatap seseorang, maka orang tersebut akan menghilang. Tak ada yang bisa membenarkan rumor tersebut, akan tetapi banyak yang menyebutnya nyata. "Kalian berani mengganggu putriku, Hah?!" bentar Haiden dengan suara menggelegar–para wartawan tersentak kaget, tubuh bgemetar hebat dan jantung berdebar kencang. "Ma-maafkan kami, Tuan Haiden," ucap salah satu dari wartawan tersebut. "Kalian semua pantas mati!" dingin Haiden. Lea melepas pelukannya pada putrinya lalu buru-buru menghampiri suaminya. "Mas Deden Terlope-lope, tenangkan diri kamu," peringat Lea, memeluk suaminya sembari satu tangan mengusap dada bidang sang suami. "Sebaiknya kita p

  • Dekapan Dingin Suami Panas   184. Liputan Kematian

    "Putriku. Di-dimana putriku?" Haiden dan yang lainnya datang ke sana. Ebrahim yang memberitahu supaya daddynya datang ke tempat ini. Awalnya Ebrahim dan Ethan sepakat ingin menutup-nutupi masalah ini dari Haiden dan Lea. Akan tetapi, daddynya terus menghubunginya–menyuruh Ebrahim untuk mencari Alana ada di mana. Pada akhirnya Ebrahim mengatakan yang sejujurnya. "Daddy …." Alana langsung berdiri, menangis sembari menatap ke arah daddynya. Haiden merentangkan tangan supaya putrinya datang dan memeluknya. Alana langsung berlari dan …- Bug' Memeluk sosok perempuan di sebelah daddynya–mommynya. Haiden yang masih merentangkan tangan–berharap dipeluk oleh putrinya, terlihat memasang muka kaku dan dengan mata berkedut-kedut. Hell! Dia hanya mendapat angin untuk dipeluk. Semua orang yang melihat itu, berusaha menahan tawa. Lucu akan tetapi salah waktu saja. "Su-sudah, Den. Tak ada yang ingin memelukmu," ucap Reigha, menurunkan tangan Haiden yang masih direntangkan. "Nanti kita

  • Dekapan Dingin Suami Panas   183. Kemarahan Kakakku

    "Sudah?" tanya Ethan, melirik sekilas pada Alana yang masih berendam dalam bath up. Sebenarnya Ethan ingin sekali melirik Alana lebih dari satu detik, tetapi … damn! Dia takut dia mencelakai gadis ini. Alana menekuk kaki lalu memeluk diri sendiri. Dia sudah sadar dan tubuhnya tidak lagi merasa terbakar. "Sudah, Kak," jawabnya pelan, malu karena keadaannya hampir telanjang. "Humm." Ethan berdehem singkat, meraih handuk lalu memberikannya pada Alana. "Aku keluar," ucapnya setelah itu."Kak Ethan, bajuku basah dan aku tidak punya baju lagi," cicit Alana ketika Ethan berniat keluar dari kamar mandi. "Humm." Ethan hanya berdehem, dia keluar dari kamar mandi lalu menghubungi seseorang untuk mengantar pakaian pada Alana. Orang yang dia hubungi adalah Zana, perempuan itu dekat dengan Alana dan tentunya tahu selera berpakaian Alana. Satu lagi. Zana sepupunya dan mereka lumayan dekat. Tak lama Zana datang dengan Ebrahim, di mana raut muka Ebrahim sangat tak bersahabat–khawatir dan marah

  • Dekapan Dingin Suami Panas   182. Tubuh Seksi yang Menggoda

    Alana menjauhkan pandangan, meraih handphonenya dan pura-pura sibuk dengan ponsel. Jantung Alana berdebar kencang, padahal dia hanya bersitatap dengan Ethan tetapi kenapa dia gugup? Ada getaran yang tak ia pahami di dalam hati. Di sisi lain, Ethan menghela napas, Alana tidak suka padanya dan dia tidak ingin memaksa. Acara berlanjut dan begitu meriah. Di depan sana, orangtuanya membanggakan Ethan, granddad dan grandma-nya juga memuji Ethan. Di tempatnya Alana ikut senang melihatnya. Dia masih ingat waktu Ethan termenung di ruangannya karena masalah yang iklan. Masih teringat jelas wajah murung Ethan ketika kakaknya menyalahkannya di depan banyak orang, karena masalah tersebut. Namun, di sini Ethan terlihat bersinar. Dia bisa membuktikan dirinya sendiri dan akhirnya dia diakui. Tanpa sadar Alana tersenyum dan bertepuk tangan kecil. Akan tetapi senyumannya langsung lenyap ketika Ethan menatapnya. Lagi-lagi jantungnya berdebar kencang dan Alana tidak nyaman dengan tatapan Ethan. Semua

  • Dekapan Dingin Suami Panas   181. Berakhir Asing

    "Dia memang Azam, tetapi dia berdiri diatas kakinya sendiri. Dia tidak pernah mengandalkan nama belakangnya. Dan Kakak perhatikan Kak Ethan sangat memperhatikanmu, kau sangat beruntung jika mendapatkannya. Karena Kak Ethan tidak peduli pada sekitarnya, dan kau satu-satunya yang akan dia perhatikan.""Kak! Tolong jangan paksa aku. Aku nggak suka Kak Ethan," pekik Alana. Ebrahim menghela napas, berdiri dari sebelah adiknya lalu mengusap pucuk kepala Alana. "Terserah. Tapi-- gengsinya jangan lama-lama. Yang suka pada Kak Ethan itu bukan hanya kau.""Ih apaan sih?!" ketus Alana, langsung menutup pintu dengan kasar–setelah Ebrahim keluar dari kamarnya. Semua orang gila! Sudah Alana bilang kalau dia tidak suka pada Ethan, tetapi orang-orang terus keukeuh menganggap Alana suka pada Ethan. Hell! Bukan hanya Ethan laki-laki di dunia ini, dan … big no untuk pria Azam. Sekalipun Ebrahim sudah menasehati, itu tak mempan pada Alana. Tidak tetap tidak suka! Tok tok tok'Alana membuka pintu deng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status