Home / Romansa / Dekapan Dingin Suami Panas / 85. Oleh-oleh yang tak diinginkan

Share

85. Oleh-oleh yang tak diinginkan

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2025-01-10 17:31:48
Tiada angin tiada hujan, Melody ingin bertemu dengannya?

[Oke.] Lea membalas pelan tersebut, setelah itu Lea dilanjutkan langkahnya–memasuki sebuah toko es krim karena dia sedang sangat ingin memakan es krim.

"Es krim rasa bon cabe level 50 satu yah, Bang," ucap Lea pada penjaga kasir, membuat kasir tersebut melongo–mata melotot dan mulut menganga.

"Mohon maaf, Kak. Tetapi …-"

Lea langsung memotong, "kalau rasa bon cabe tidak ada, rasa bon utang juga enggak apa-apa. Yang penting pedes."

Kasir tersebut semakin dibuat pusing, hanya bisa menggaruk tengkuk karena tak tahu cara menghadapi makhluk cantik tetapi aneh tersebut. Hampir saja pria ini berniat menggombali perempuan cantik dengan mata bulat yang indah. Namun, dia mengurungkan niat karena reflek trauma oleh permintaan aneh si cantik yang terasa seperti makhluk alien.

***

[Kapan kamu datang? Ini sudah sore.]

Lea tersenyum manis, kemudian membalas pesan dari Melodi. [Sabar, Kak sayang. Ini saya lagi di jalan. Tapi macet.]
CacaCici

CaCi harap kalian suka yah pada Bab ini. Sehat selalu untuk kalian semua dan semangat!! Jangan lupa dukung Mas Deden dan Mbak Lea dengan cara vote gems, hadiah, komentar banyak dan tentunya doa baik. Papai …. IG Author: @deasta18

| 34
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Eka kikio
yessss makle sugiarto kita dah kembali kesetelan pabrik... bagusss.... nanda nih sbnrx salah satu pawangx haiden jg. dy selalu mengalihkan emosi haiden dgn cara konyolx.. meskipun akhirx harus bonyok... huakakkakk..
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
siaaaapp ^^
goodnovel comment avatar
Salsabila Salsabila
gak ada yg seberani Nanda. bahkan Azalea istrinya saja tak sanggup menyinggung mas deden terlope lope
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dekapan Dingin Suami Panas   86. Antara Kebutuhan Pribadi dan Anak

    "Tu-Tuan." Haiden menatap maid dengan tampang muka penuh tanda tanya. Dia telah pulang kerja dan baru sampai di rumah, bahkan masih di ambang pintu. Namun, tiba-tiba tiga maid berlari terburu-buru kepadanya. Firasat Haiden menjadi tak enak, dia takut terjadi sesuatu pada istrinya. "Di mana Nyonya HaiLe?" Haiden langsung menanyakan istrinya, karena pikirannya langsung kepada istrinya. Ketika maid mendatanginya, Haiden seketika mencemaskan istrinya. "Di-di dapur basah, Tuan," jawab salah satu maid. "Nyonya memasak?" Wajah Haiden mulai terlihat marah. Meskipun dia tidak ingin anak, akan tetapi bukan berati dia membiarkan anak itu dalam keadaan buruk. Jika anak itu kenapa-napa, jelas Lea yang akan menanggung sakit dari semuanya. Oleh sebab itu, Haiden begitu overprotektif pada kehamilan Lea. Dia sudah memerintahkan pada maid supaya tidak membiarkan Lea untuk memasak. Yah, walau Haiden kurang rela sebab dia sangat suka masakan istrinya, akan tetapi dia terpaksa demi kebaikan Lea

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dekapan Dingin Suami Panas   87. Suami Jahat

    "Siapa yang kau sebut keong racun, Azalea?" Haiden menatap istrinya dengan sebelah asli terangkat. "My fans, Mas. Aku kan calon artis yang gagal. So-- penggemarku yang belum move on, tiba-tiba mengajak ketemuan. Trus aku bil--" Ucapan Lea langsung berhenti, Haiden tiba-tiba mencubit bibirnya dan cukup kuat, "aaaah … Mas!" ringis Lea, menepuk tangan Haiden yang mencubit pipi lalu melayangkan tatapan sebal pada pria itu. "Siapa yang belum move on padamu? Bagas? Parhan? Atau masih ada nama yang belum pernah kau sebut?" kesal Haiden, setengah marah akan tetapi kelakuannya membuat Lea geleng-geleng kepala. Haiden menyingkap baju Lea kemudian menenggelamkan wajah pada perut istrinya yang masih rata. Dia mencium gemas perut Lea lalu menggigitnya berulang dan secara pelan. 'Bagas yang suka Ziea pun tak bisa menyelamatkanku dari kecemburuan nih banteng.' batin Lea, menatap suaminya lalu berusaha menjauhkan kepala Haiden dari perutnya. "Fansku perempuan, bukan Bagas atau Farhan. Mas men

    Last Updated : 2025-01-11
  • Dekapan Dingin Suami Panas   88. Lea Carpenter?

    Namun, sayangnya Haiden menolak. Pria itu tetap memeluk Lea, tanpa bersedia menuruti perkataan istrinya. "Bagaimana jika aku menyiapkan sarapan untukmu dan bayi kit-- maksudku bayi di perutmu?" tawar Haiden tiba-tiba, melepas pelukan dari Lea kemudian tersenyum manis untuk meyakinkan istrinya. Lea ikut tersenyum, senang dan gembira karena sang suami berniat membuatkan sarapan untuknya. Apalagi cara Haiden yang masih malu-malu kucing untuk mengungkap perhatian pada bayi di perut Lea. Sejujurnya, Lea yakin sekali kalau suaminya sangat menunggu kelahiran bayi ini, Haiden senang dan juga antusias. Akan tetapi, mungkin karena Haiden terlajur mengatakan pada Lea kalau dia tak ingin memiliki anak dalam waktu dekat serta menunjukkan sikap tak sukanya di awal kehamilan Lea ketahuan, sekarang Haiden menjadi malu untuk terus terang suka pada bayinya. Lea maklum karena dia tahu jika suaminya ketinggian gengsi! Dan kalau Haiden sudah mendahulukan gengsi, maka Haiden akan sering mengatakan keba

    Last Updated : 2025-01-12
  • Dekapan Dingin Suami Panas   89. Hal yang Ingin Lea Naikki

    "Jumpa lagi, Nona-- ah, Nyonya HaiLe." Lea menatap pria tersebut cukup kaget, mengerjap beberapa kali kemudian mengamati satu per satu orang-orang yang berkumpul di depan ruangan. "Pak Rekq?" Lea cukup bingung kenapa Rekq bisa ada di sini. Bukankah pria ini harusnya sudah kembali ke negaranya beberapa hari yang lalu? "Pak Rekq ada di sini? Bukannya sudah kembali ke negara asal yah?" tanya Lea, cukup penasaran serta bingung alasan kenapa Rekq masih di negara ini. "Benar, Nyonya HaiLe. Saya masih di sini karena saya dan …-" Rekq menjeda, menoleh pada para maid yang saat itu menjaga Lea–ketika di mansion Orion, "kami akan menjadi bekerja dengan anda, Nyonya. Kami semua akan menjadi karyawan setia untuk anda." "Hah?" Lea mengerjap beberapa kali, kembali dibuat bingung serta syok. Rekq akan bekerja dengannya? Astaga, dari seorang mafia bengis menjadi seorang tukang kayu. "Hehehe … mafia tukang kayu," ucap Lea, memperlihatkan cengiran sembari menggaruk tengkuk. Dia geli sendiri pada p

    Last Updated : 2025-01-12
  • Dekapan Dingin Suami Panas   90. Menaikimu Mas

    "Kamu, Sayang–my baby Haiden terlope-lope," ujar Lea genit, tak lupa mengedipkan sebelah mata pada suaminya. Dia juga mencolek dagu Haiden, bak seorang om-om mesum. Tapi ini Lea! Saat Haiden menatap penuh padanya, Lea menaik turunkan alis. Sebetulnya itu bentuk salah tingkah Lea karena ditatap intens oleh suaminya. Akan tetapi, sepertinya Haiden salah paham. "Kode, Humm?" Haiden menyunguingkan smirk tipis, tiba-tiba menutup buku lalu beralih menggendong istrinya. "Meski aku lebih berharap kau terus terang, tetapi memberi kode juga tak ada salahnya. Lumayan," lanjut Haiden, membawa Lea dari gazebo–masuk dalam rumah. "Kode?" Lea mengerutkan kening, masih tak paham apa maksud sang suami. "Kode apa, Mas Haiden?" Haiden tak menjawab, terus berjalan menuju lantai atas–kamarnya dan istrinya. Sedangkan Lea, dia terus berpikir keras apa maksud kode di sini. Haiden mengira dirinya memberi kode, sedangkan Lea tak tahu kode apa yang suaminya maksud. Namun, setelah tiba di kamar dan Hai

    Last Updated : 2025-01-12
  • Dekapan Dingin Suami Panas   91. Perjodohan yang Pernah direncanakan

    "Sudah main-mainnya. Kau harus ikut pulang dengan Ayah!" Lea menatap tak suka pada sosok pria yang mencekal tangannya. Dengan kasar, Lea langsung menghempas tangan Yoga. "Pertama, kamu bukan ayahku. Dan yang kedua, aku bisa berteriak jika kamu macam-macam," ancam Lea. Yoga berdecak kesal, meraih kembali pergelangan tangan Lea kemudian menariknya secara paksa. "Lepaskan aku, Pak tua!" geram Lea, memberontak dan mencoba melepaskan diri dari Yoga. "Tolong … tolong, pria tua ini ingin mencelakaiku!" teriak Lea meminta tolong. Orang-orang berdatangan dan berniat membantunya. Akan tetapi, tiba-tiba saja Melody muncul entah darimana–menjelaskan pada semua orang jika Lea adalah putri pria tua tersebut yang sedang kabur dari rumah bersama pria tidak benar. "Maaf semua, dia ini putri Bapak ini. Dia kabur dari rumah bersama pria tak benar, dan sekarang Papanya menjemputnya untuk dibawa pulang," jelas Melody dengan nada manis, meminta maaf pada orang-orang. "Mohon maaf atas kesalahan nya.

    Last Updated : 2025-01-13
  • Dekapan Dingin Suami Panas   92. Alasan Membunuh Mereka

    "Kenapa? Ketar ketir? Takut? Deg degkan? Berani menculik ku, tapi takut suamiku saat kusuruh datang ke sini. Aneh kamu, Pak Tua." Lea tersenyum remeh pada Yoga dan Mira. Tak lama seorang perempuan datang dan mendorong Lea. Untung Lea bisa menjaga keseimbangan. "Apa maksudmu, Hah?" marah Lea pada Arukima–adik perempuannya yang mendapat semua kasih sayang dari orang tua mereka. "Kalau bayi dalam perutku kenapa-napa, kamu pikir kamu akan tetap baik-baik saja? Suamiku akan mengulitimu hidup-hidup!" "Ayah!" Arumika memekik marah, tak suka melihat Lea dibawa pulang ke rumah ini dan semakin kesal mendengar ucapan Lea yang menyebut jika dia sedang hamil. "Aku tidak mau dia di sini. Aku tidak mau, Ayah. Aku tidak mau kasih sayang kalian terbagi padanya! Dia itu anak pembawa sial, tidak punya kemampuan, jelek dan jahat. Ayah, usir dia!" "Diam kamu, Arumika!" bentak Yoga pada putri kesayangannya. Dia kesal mendengar ucapan Lea padanya, akan tetapi dia jauh lebih kesal melihat Arumika me

    Last Updated : 2025-01-13
  • Dekapan Dingin Suami Panas   93. Bawa Aku Pulang Mas

    Yoga membeku ketika Lea menyinggung pasal kematian Denis. "Kalau kamu membenciku, bunuh saja aku. Kenapa harus Papa dan Mamaku, Pak Yoga? Atau … kamu sengaja membunuh mereka karena supaya bisa melihatku tersiksa lebih dalam di dunia ini?! Tapi dia adikmu, Papaku adik kandungmu yang sering membantumu saat kamu kesusahan." Suara Lea terasa datar tetapi pancaran matanya penuh kesedihan. Mira membenci perkataan Lea, akan tetapi hatinya tersayat-sayat. Dia benci karena anak yang dia lahiran jauh lebih menyayangi orang lain dibandingkan dirinya. Akan tetapi dia sedih karena … dia tidak bisa menjabarkan bagaimana sedih ini bisa hadir. "Orangtuamu itu kami, Lea. Bukan mereka." Mira mencicit pelan. "Kamu dan suamimu membuatku beranggapan jika yatim piatu jauh lebih menyenangkan dibandingkan memiliki orangtua." Lea berkata serak, bersamaan dengan sebulir kristal yang jatuh dari pelupuk, "tapi Papa Danis dan Mama Intan, mereka membuatku merasa jika orangtua adalah anugerah terindah ya

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Dekapan Dingin Suami Panas   232. Ekstra Part (ZeeNdi Pradebut)

    "A-apa? Aku dijodohin sama Papa?" Kaget dan panik Nindi. "Udah. Kamu mandi dulu. Nanti Mama bicarain ke kamu." Setelah sampai di kamar putrinya, Lachi mendorong Nindi masuk ke dalam kamar–menyuruh putrinya untuk segera mandi. *** "Jadi bagaimana? Masih ingin menikahi putri Paman?" tanya Danzel, di mana saat ini dia sedang berbicara dengan anak dari salah satu temannya lamanya di dunia bisnis. Sejak dulu pemuda ini sudah mendatanginya dan mengatakan keinginannya untuk memperistri putranya. Dulu, Danzel menertawakan karena anak ini masih remaja labil. Tapi meski begitu, dia menganggukkan kepala–setuju jika pria ini menikahi putrinya di masa depan. Sejujurnya Danzel tak terlalu serius dan menganggap itu hanya candaan ssmata. Danzel merasa anak ini tak akan bertahan lama dalam rasa sukanya pada Nindi. Dari remaja hingga dewasa–tak mungkin pria ini tak menemukan perempuan lain di luaran sana. Intinya, Danzel tak yakin jika pemuda ini bertahan dalam hal menyukai putrinya. Namu

  • Dekapan Dingin Suami Panas   231. Ekstra Part (ZeeNdi pradebut)

    Saat ini Nindi berada di kontrakan kecil miliknya. Hidupnya berubah drastis setelah empat bulan terakhir ini. Dia menjalani hari-hari penuh dengan kekurangan, dia berusaha bertahan di era miskin yang melanda dirinya karena ingin hidup mandiri seperti ibunya saat muda dulu. Neneknya bilang ibunya seorang perempuan mandiri yang tak pernah mengandalkan kekayaan orangtuanya. Nindi yang selama ini berfoya-foya dengan uang ayahnya, merasa tersindir. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk hidup sendiri. Dia memisah dari keluarga Adam, mencari pekerjaan secara mandiri di perusahaan lain, dan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi yang serba kurang. Bagi Nindi ini cukup sulit karena dia terbiasa hidup penuh kemewahan. Namun, sejauh ini, Nindi menikmati kehidupan barunya. Derrttt'Nindi meraih handphone di atas meja nakas, samping ranjang kecil miliknya. Dia langsung mengangkat telepon dari sahabatnya, Clara. "Iya, Ra?" ucap Nindi, satu tangan menempelkan ponsel ke telinga, satu la

  • Dekapan Dingin Suami Panas   230. Extra Part (ZeeNdi Pra Debut)

    "Lihat penampilanmu sekarang, nggak terurus, buruk dan … harus aku akui, kamu jelek banget." "Yang penting aku masih hidup." "Iya, masalahnya, siapa yang mau pacaran sama kamu kalau kamu bentukannya begini, Nindi." Mendengar nama itu, seorang pria yang sedang menunggu pesanannya segera menoleh ke arah sumber suara tersebut. Dia bisa melihat dua perempuan sedang duduk bersama, satu perempuan berpenampilan rapi dan satu lagi terlihat seperti gembel. Perempuan gembel itu-- rambutnya berminyak, wajah kusam, pakaian tak disetrika, dan sandal jepit yang dia kenakan sudah diikat tali plastik. Sepertinya sandalnya putus, dan dia mengakalinya dengan tali plastik. Diam-diam pria itu mengambil potret si perempuan gembel tersebut, setelah itu mengamati potret yang ia ambil dengan sangat serius. Sejujurnya meskipun berpenampilan gembel, perempuan ini masih tetap cantik. Hanya saja-- bukankah perempuan ini berasal dari keluarga terpandang, kenapa penampilannya seperti gembel? Apa pamannya–a

  • Dekapan Dingin Suami Panas   229. Ending

    "Apa mereka sedang menggunjing istri yah?" timpal Ziea, membuat semua orang menoleh padanya. "Ahahah, tidak mungkin, Ziea." Serena tertawa dengan anggun, menatap lucu pada Ziea. "Positif thinking, pasti membahas mobil. Para pria kan suka begitu," tebak Lea, kali ini mendapat anggukkan dari yang lainnya karena itu masuk diakal dan mereka setuju. "Ah ya ampun!! Pria yang pake kemeja hitam, ganteng sekali." Lea senyum-senyum manis. "Kak Deden?" Ziea memicingkan mata, mendapat anggukan dari Lea. "Tampan kan?!" Lea menaik turunkan alis. "Aduh. Tobat, Lea, tobat! Kamu sudah tua, Sayang!" Ziea mengomeli Lea, tetapi Lea tidak peduli–tetap memuji ketampanan suaminya. "Ada Alana loh di sini. Kamu tidak malu?" "Enggak apa-apa, Aunty. Alana sudah biasa kok," jawab Alana santai. "Pantas anteng, ternyata sudah biasa." Serena tertawa kecil. "Itu adek Kak Zana kan?" bisik Kanza pelan pada Anna, menatap seorang pria yang baru masuk. Pria itu tinggi, berpenampilan rapi dan p

  • Dekapan Dingin Suami Panas   228. Obrolan Pria Es

    *** Ethan memasuki rumahnya dengan langkah cool. Hari ini dia pulang lebih cepat dari kantor karena orangtua dan mertuanya sayang ke rumah. Keluarga yang lain juga akan datang, untuk menjenguk Alana yang sedang hamil. Sebenarnya ini kebiasaan keluarga Mahendra yang sangat kekeluargaan. Namun, karena daddynya tak mau kalah dan pada akhirnya yang lain ikut-ikutan. Jadilah hari ini mereka semua datang ke rumah ini. Ah, kakaknya juga datang. Namun, Samuel lebih dulu sampai ke sini dibandingkan Ethan yang merupakan tuan rumah. "Nyonya ada di mana?" tanya Ethan pada salah satu maid, ketika maid itu tergesa-gesa keluar dari sebuah ruangan lalu memberi hormat padanya saat melewatinya. Maid tersebut terlihat panik, segera menyembunyikan buku nyonya-nya ke belakang tubuh. "Ah-- itu, Tuan, Nyonya di-di halaman belakang bersama keluarga." "Humm." Ethan berdehem singkat. "Apa yang kau sembunyikan? Perlihatkan sekarang!" titah Ethan kemudian. Maid tersebut dengan ragu memperlihatkan buku

  • Dekapan Dingin Suami Panas   227. Masa Lalu

    "Ngapain kamu ke sini?" tanya Alana, melayangkan tatapan tajam ke arah seorang laki-laki. Karena mendapat laporan dari maid–ada seorang pria di depan gerbang rumah, Alana langsung ke sana untuk memeriksa. Alana sejujurnya malas, akan tetapi dia tak ingin membuat keributan. Dia takut pria itu nekat ke dalam atau Ethan tiba-tiba pulang dan salah paham pada si pria itu. Jadi lebih baik Alana turun tangan. "Alana, akhirnya kau bersedia menemuiku." Pria itu begitu senang setelah melihat Alana datang. Dia tersenyum lebar, layaknya seseorang yang telah menemukan berlian langka di dunia. Pria itu mendekat tetapi Alana mundur. "Ck, kamu ngapain datang ke sini, Hendru?!" ketus Alana, menatap sinis dan tak suka pada Hendru. Alana sudah muak dengan Hendru karena pria ini sangat mengganggunya. Hendru meninggalkan kenangan buruk bagi Alana, tetapi pria ini muncul dengan gampangnya dihadapannya, tanpa merasa bersalah sedikit pun atau tak malu sama sekali. "Aku ingin meminta maaf pa

  • Dekapan Dingin Suami Panas   226. Berani Memanggil Mas

    Alana terdiam di depan pintu ruangan Ethan. Dia sudah membuat kopi untuk Ethan akan tetapi dia tak berani untuk mengantarnya akibat dia … memanggil Ethan dengan embel-embel 'mas. Dia melakukannya tanpa sadar dan sekarang dia sangat malu. "Tapi sepertinya Kak Ed juga tidak sadar kalau tadi aku memangilnya Mas," gumam Alana pelan, mengenal napas pela untuk menenangkan diri. Setelah itu, dia membuka pintu ruangan Ethan dan langsung masuk. "Ini kopinya, Kak," ucap Alana pelan, meletakkan kopi di dekat suaminya. Ethan mendongak, sejenak mengamati wajah cantik istrinya lalu tiba-tiba menyunggingkan smirk tipis. "Aku suka." Alana mengerutkan kening, "tapi Kak Ethan belum mencoba kopinya," jawabnya bingung. "Aku suka dipanggil mas olehmu," lanjut Ethan, berhasil membuat pipi Alana memerah dan terasa panas. 'Astaga, jadi Kak Ed sadar? Hah, kok jantungku berdebar-debar kencang? Apakah ini tanda-tanda …- tidak!' Alana langsung membalik tubuh, meletakkan tangan di dada untuk merasakan

  • Dekapan Dingin Suami Panas   225. Hal yang Aneh

    "Ugh, Kak Ethan sangat tampan!" gumam Alana pelan, senyum malu-malu ketika melihat suaminya turun dari mobil. Pipinya panas, menyembulkan semu merah yang mempercantik wajahnya. Melihat Ethan berjalan ke rumah, jantung Alana berdebar kencang. Dia segera beranjak dari sana, berjalan buru-buru dan kembali ke tempat semula. "Nyonya, ke-kenapa anda kembali ke sini? Nyonya tidak ingin menyambut Tuan yah?" tanya salah satu maid, cukup bingung karena Alana berlari kecil dari pintu utama. Bukankah seharusnya Alana membukakan pintu untuk suaminya dan menyambutnya? "Ekhm." Alana berdehem singkat, melirik maid dengan wajah datar, "untuk apa?""Jadi … kenapa kami disuruh memantau Tuan, Nyo-Nyonya?" bingung maid tersebut. "Ck." Alana berdecak, "kalian saja yang menyambutnya. Sana sana."Para maid segera beranjak dari sana, menyisakan Alana di ruangan tersebut. Alana meraih novel di atas meja kemudian menutup ke wajah, dia kembali tersenyum malu-malu–mengingat paras Ethan yang sangat tampan.

  • Dekapan Dingin Suami Panas   224. Kau Tidak dilepas Tetapi dijadikan Mainan

    Mata Tia melebar mendengarkan perkataan Ebrahim. Dia mulai panik dan muali takut. "Ta-tapi … Alana jahat padaku, dan Tuan Ethan melakukan hal buruk padaku, Tu-Tuan Ebrahim," ucap Tia dengan nada gemetar, "anda terkenal baik dan selalu berpihak pada kebenaran." "Dan kebenarannya, kau berencana mencelakai adikku. Aku berniat merebut suami adikku, dan kau menusuk adikku dari belakang," jawab Ebrahim santai, "sekarang kutanya padamu, kau ingin mati di tanganku atau tetap hidup lebih lama dalam lingkar penderitaan yang Ethan ciptakan untukmu." Deg deg deg' Mata Tia melebar, reflek mundur bahkan berakhir terjatuh ke lantai karena lemas dan drop mendengar ucapan Ebrahim. Dia kira dia selamat bila meminta bantuan Ebrahim, akan tetapi status hidupnya malah diperjelas–hanya sebatas mati dan menderita. "Ku sarankan kau memilih Ethan, siapa tahu kau berobat dan Ethan melepasmu," ucap Ebrahim dengan menyunggingkan smirk tipis. Dia sedang menjebak perempuan ini. Faktanya, sekalipun Tia berub

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status