Home / Pernikahan / Dijandakan Setelah Melahirkan / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Dijandakan Setelah Melahirkan : Chapter 1 - Chapter 10

14 Chapters

Dipisahkan

"Mas Bima pasti sedang bercanda, kan?" Dengan suara tercekat di tenggorokan, Larasati bertanya pada Abimana, suami yang menikahinya setahun silam.Pria dewasa yang berdiri di samping ranjangnya itu lalu melipat kedua tangan di dada. "Aku tidak bercanda, Ra. Kita sudah resmi berpisah dan kamu bisa baca sendiri surat yang tadi telah kamu tanda tangani." Abimana menatap dingin pada wanita yang baru saja melahirkan putranya. Tatapan itu tidak seperti biasanya yang selalu hangat dan penuh dengan cinta. Wanita muda yang masih tergolek lemah di ranjang pasien itu menatap nanar lembar putih bermaterai yang tadi dia tanda tangani, di tengah rasa sakit yang mendera. Lembar putih yang ternyata adalah surat cerai, juga perjanjian persetujuan hak asuh sang putra yang baru saja dia lahirkan, pada Abimana. Tangan Larasati bergetar. Dadanya bergemuruh dan air mata seketika luruh tanpa dapat dia cegah."Tapi kenapa, Mas? Apa salahku? Kenapa Mas lakukan ini padaku?" cecar Larasati, tetapi Abimana berg
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Kepalsuan

Wanita muda yang baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki itu terus saja mengeluarkan air mata. Larasati merutuki perbuatan Abimana beserta sang istri yang tega bersekongkol dan memanfaatkan keluguannya. Begitu pula dengan kedua orang tua Abimana yang senantiasa bersikap baik dan penuh kasih terhadapnya. "Aku yang bodoh atau mereka yang terlalu pandai menyembunyikan semuanya?" gumam Larasati bertanya pada diri sendiri, di sela isak tangis yang tidak kunjung berhenti. Wanita yang kini pipinya terlihat sembab itu, ingat betul dengan kebahagiaan semua orang di hari pernikahannya. Pernikahan yang dilangsungkan sangat mendadak karena persiapannya hanya sehari saja. Pernikahan tersebut mendapatkan restu bukan hanya dari kedua orang tua, tetapi juga seluruh keluarga besar Abimana. Keluarga kakaknya yang berada di luar kota juga hadir di sana. Pun dengan keluarga kecil adik perempuan Abimana yang tinggal di luar Jawa, mereka juga hadir di pernikahannya. Hal itu membuat Larasati benar-be
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Menjadi Ibu Susu

Wanita muda berhijab merah maroon itu berjalan pelan mendekati pintu lalu mengambil sebuah map yang diletakkan di atas koper berukuran sedang. Larasati meyakini bahwa yang ada di dalam koper tersebut, pastilah barang-barang pribadi miliknya. Rupanya, Abimana memang telah merencanakan semua dengan matang dan bodohnya, Larasati tidak pernah menaruh curiga. Tangan Larasati kembali bergetar membuka map tersebut. Map yang berisi data salinan surat yang telah dia tanda tangani tadi. Surat gugatan cerai Abimana dan pengalihan hak asuh sang putra pada mantan suami. Air mata kembali luruh. Sesungguhnya dia sudah lelah menangis dan tidak ingin lagi mengeluarkan air mata. Namun, Larasati tidak sanggup mencegah air mata yang menyeruak dan memaksa keluar ketika mengingat semuanya. "Aku tidak butuh uangmu, Mas! Aku hanya butuh anakku!" jerit Larasati ketika tatapannya tertuju pada selembar cek yang di dalamnya tertera deretan tujuh angka. Lima juta rupiah. Ya, hanya seharga itulah luka hati Lara
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Wanita Penyakitan

Jali, pria yang berprofesi sebagai sopir pribadi dan sudah cukup lama ikut dengan Barata Adiguna, menatap Larasati dengan tatapan bimbang. Dia mengerutkan dahi, seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita muda di hadapan. Di mata Jali, Larasati masih sangat muda dan mustahil jika wanita itu bisa menjadi ibu susu untuk putra sang majikan. Mbok Nah yang mengerti kebimbangan pria yang sudah sangat dikenalnya karena mereka berasal dari kampung yang sama, kemudian mendekati Larasati. Wanita paruh baya tersebut lalu menepuk pelan pundak wanita berhijab yang masih menatap ke arah Jali. Hal itu sontak membuat Larasati terkejut, lantas kembali mendudukkan diri. "Maaf, jika saya lancang, Bu, Mas," kata Larasati yang kemudian menundukkan kepala. Dia juga merasa malu karena tatapan semua pengunjung warung yang kkesemuanya pria, kini tertuju padanya. Mbok Nah ikut duduk di samping Larasati. "Neng, apa Neng yakin bisa menjadi ibu susu? Mbok lihat, Neng masih sangat muda." Pemilik
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Jatidiri Larasati

Bukan hanya Larasati yang terkejut dan merasa sakit hati mendengar perkataan Bara. Bu Dini nyatanya juga tidak kalah terkejut dan sangat menyayangkan perkataan sang putra. Wanita anggun itu lalu melepaskan kaca matanya dan menatap tajam pada sang putra. "Ini bukan saatnya untuk berdebat, Bara! Segera bersihkan tubuhmu, setelah itu temui mama di ruang kerja!"Bara nampak masih ingin menyampaikan rasa keberatan. Namun, sang mama telah mengajak wanita yang di mata Bara terlihat lusuh itu untuk berlalu dari hadapan. Dia hanya bisa mengacak kasar rambutnya, seraya menghela napas panjang. Pria yang baru saja menjadi duda itu segera kembali ke kamarnya. Sepanjang membersihkan diri, pikiran Bara terus tertuju pada wanita muda yang baru saja dia lihat dan akan menjadi ibu susu untuk sang putra. Segala pikiran buruk tentang wanita itu, masih bertahta di hatinya. 'Aku tidak mau kalau kehadirannya membawa pengaruh buruk untuk putraku! Aku juga akan tuntut dia kalau sampai Bram kenapa-napa, set
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Asal-usulnya Tidak Jelas

Setelah mendengar cerita dari sang mama mengenai Larasati, Bara menyandarkan punggung pada sandaran sofa. Tatapannya terlihat menelisik, ke arah sang mama. Pria yang memiliki garis wajah tegas, mata tajam dengan bulu mata pendek, tetapi lentik itu masih saja menatap sang mama tanpa bersuara. "Apa yang kamu pikirkan tentang mama, Bara? Kenapa kamu menatap mama seperti itu?" cecar Bu Dini setelah beberapa saat berlalu, tetapi Bara masih membisu. "Bara heran sama Mama. Sejak kapan Mama begitu mudahnya percaya pada orang asing? Bukankah Mama sendiri yang selama ini mengajarkan pada Bara agar berhati-hati dan jangan sampai termakan dengan kepolosan seseorang? Bisa saja 'kan, Ma, dia itu hanya berpura-pura lugu untuk menipu? Bara tetap tidak bisa mempercayai wanita itu begitu saja, Ma.""Dia beda, Bara! Kita tidak dapat menyamakan semua orang seperti itu! Mama yakin, Rara memang wanita yang baik!" tegas Bu Dini. Wanita anggun itu meyakini, sesuai apa kata
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Feeling

Wanita muda berhijab warna biru laut itu masih menatap tajam pada Bara. Sesaat kemudian dia mengalihkan pandangan pada bayi laki-laki yang menangis dalam gendongan sang oma. Larasati sebenarnya hendak mendekat dan memeluk bayi yang tidak berdosa tersebut karena merasa tidak tega. Namun, langkahnya terasa berat karena kata-kata Bara yang pedas benar-benar telah melukai hatinya.  "Maaf, Bu Dini. Sepertinya, kehadiran saya tidak diinginkan di rumah ini. Saya mohon pamit." Larasati mengangguk sopan lalu membalikkan badan. Dia hendak berlalu dari ambang pintu kamar, tetapi suara Bu Dini yang lembut dan terdengar memelas menahan langkahnya.  "Kamu juga seorang ibu, Nak Rara. Ibu tahu kamu memiliki hati yang lembut. Ibu mohon, Nak, tetaplah tinggal di sini demi Bram."  Larasati menoleh ke dalam kamar yang luas milik Bara. Tatapannya tertuju pada netra Bu Dini yang sudah berkaca-kaca. Bayi laki-laki dalam gendonga
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Terjebak Permainan

Bara nampak sangat marah dan kecewa. Dia mulai dapat menebak, kemana arah pembicaraan mamanya. Sang mama sepertinya ingin menjodohkan dia dengan wanita yang kini menjadi ibu susu sang putra. Tentu saja Bara sangat marah. Tanah pemakaman istrinya saja masih basah. Bisa-bisanya sang mama malah mulai membicarakan tentang wanita lain yang bahkan baru mereka kenal. "Santai, Boy. Duduklah!" titah sang mama seraya menepuk bangku kosong di sampingnya. Mau tidak mau, Bara kembali duduk di tempatnya semula. "Mama tidak bermaksud melukai perasaan kamu, Bara. Mama juga sangat kehilangan dengan kepergian menantu mama yang baik seperti Cantika." Bu Dini menatap sang putra dengan lekat. "Kamu masih ingat, kan, ketika mengenalkan Cantika pertama kali pada mama? Mama langsung setuju karena begitu melihat Cantika dan mengenal sebentar dari cara bicaranya, mama yakin dia itu wanita berhati lembut dan pasti bisa menjadi istri yang baik un
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Menjerat Bara

Waktu begitu cepat berlalu. Tanpa terasa, hampir dua minggu Larasati berada di rumah megah itu. Menjalankan perannya yang baru menjadi ibu susu. Selama itu pula, Larasati mencoba untuk fokus menyusui Bram. Dia juga fokus untuk pemulihan dirinya, pasca persalinan. Bukannya melupakan keinginan untuk mencari sang putra, tetapi dia belum memiliki kesempatan. Pagi ini, Larasati yang sedang menjemur Bram di bawah hangatnya sinar mentari pagi, melihat Jali sedang mencuci salah satu mobil sang majikan. Kebetulan mobil yang dicuci Jali, sama persis jenisnya dengan mobil milik sang mantan. Larasati kemudian mendekat, setelah Jali menyelesaikan pekerjaan. "Mas Jali, maaf. Boleh Rara bertanya?" "Iya, Mbak Rara. Ada apa?""Kalau mobil jenis seperti itu, apa benar harganya mencapai setengah milyar?"Jali mengerutkan dahi, mendengar pertanyaan Larasati. "Kurang lebihnya segitu, Mbak. Kenapa memang?"Larasati terdiam, tidak se
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Kecurigaan Bara

Kehadiran Bu Dini di dapur, membuat semuanya terdiam. Wanita anggun itu lalu berjalan mendekat. "Inah, siapkan mandi untuk Bram dan berikan dulu anak itu pada Rara," titahnya. Setelah Bram berpindah ke tangan Larasati, Inah segera berlalu menuju kamar Bram. Bu Dini kemudian mendekati wanita muda berhijab yang kini memangku sang cucu kesayangan. Sementara di tempatnya duduk, Larasati terlihat sedikit gugup khawatir Bu Dini mempercayai apa yang beliau dengar barusan. "Ndoro Putri, maafkan Inah, ya. Inah kalau bicara memang suka asal," kata Bi Mimin, bermaksud mengklarifikasi. Asisten rumah tangga itu pun tidak ingin, sang majikan menilai buruk pada Larasati. "Tidak apa-apa, Bi. Saya tahu Nak Rara itu i seperti apa." Bu Dini tersenyum hangat pada Larasati, membuat ibu susu Bram itu menjadi lega. Bi Mimin ikut tersenyum. 'Sepertinya, ndoro putri menyukai Nak Rara bukan hanya sebagai ibu susu Den Bram. Semoga saja dugaanku tidak keliru.
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status