Share

Jatidiri Larasati

Author: Merpati_Manis
last update Last Updated: 2024-11-15 12:06:53

Bukan hanya Larasati yang terkejut dan merasa sakit hati mendengar perkataan Bara. Bu Dini nyatanya juga tidak kalah terkejut dan sangat menyayangkan perkataan sang putra. Wanita anggun itu lalu melepaskan kaca matanya dan menatap tajam pada sang putra. 

"Ini bukan saatnya untuk berdebat, Bara! Segera bersihkan tubuhmu, setelah itu temui mama di ruang kerja!"

Bara nampak masih ingin menyampaikan rasa keberatan. Namun, sang mama telah mengajak wanita yang di mata Bara terlihat lusuh itu untuk berlalu dari hadapan. Dia hanya bisa mengacak kasar rambutnya, seraya menghela napas panjang. 

Pria yang baru saja menjadi duda itu segera kembali ke kamarnya. Sepanjang membersihkan diri, pikiran Bara terus tertuju pada wanita muda yang baru saja dia lihat dan akan menjadi ibu susu untuk sang putra. Segala pikiran buruk tentang wanita itu, masih bertahta di hatinya. 

'Aku tidak mau kalau kehadirannya membawa pengaruh buruk untuk putraku! Aku juga akan tuntut dia kalau sampai Bram kenapa-napa, setelah menyusu padanya!'

Bara menatap dirinya pada pantulan cermin besar di hadapan. Tatapannya mengisyaratkan kepedihan yang mendalam. Kepergian sang istri tercinta untuk selamanya yang begitu cepat, membuat Bara merasa sangat kehilangan. 

"Andai Cantika bersabar sedikit saja dan mau menungguku pulang, kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi dan Bram tidak akan pernah kehilangan mamanya. Semua ini salahku, salahku yang tidak bisa memenuhi keinginan istriku," sesal Bara. Air mata nampak memggenang di pelupuk mata elangnya. 

Teringat kembali kejadian sore itu ketika Bara masih meninjau lokasi proyek di daerah timur Ibukota. Cantika menelepon dan memintanya untuk segera pulang karena dia ingin membelikan pakaian baru untuk sang putra. Bara yang masih berada jauh dari rumahnya menjanjikan bahwa selepas maghrib dia pasti sudah sampai di rumah dan akan mengantarkan Cantika. 

Rupanya, perkiraan Bara meleset karena kondisi jalanan yang macet parah. Cantika yang sudah menanti sampai isya dan sang suami tidak kunjung datang, nekat pergi sendirian karena khawatir keburu kemalaman. Tawaran sopir keluarga yang hendak mengantarkan pun dia abaikan. 

Beruntung, malam itu Cantika tidak membawa serta sang putra dan menitipkan Bram pada pengasuhnya. Karena selang tiga puluh menit setelah Cantika membawa mobilnya keluar dari rumah, polisi datang dengan membawa kabar duka. Tepat di saat yang sama, Bara tiba di kediamannya. 

"Maaf, Pak. Kami harus menyampaikan berita duka ini. Kondisi mobil ringsek dan korban meninggal di tempat." Suara petugas polisi itu bagai petir yang menyambar tubuh lelah Bara. Tubuh tinggi tegap itu langsung lunglai, bagai rangka tanpa tulang belulang. Bara jatuh terduduk di lantai halaman rumahnya yang berumput basah, sebasah hatinya yang menangis dalam diam. 

Ketukan pintu dari arah luar kamar, mengurai lamunan Bara. Segera dia susut air mata dengan kasar lalu beranjak keluar dari kamar mandi untuk membukakan pintu buat sang mama yang terdengar memanggil-manggil namanya. Baru saja Bara melongokkan kepala, ternyata sang mama telah menjauh seraya menunjuk arah ruang kerjanya. 

"Tunggu sebentar, Ma! Bara baru selesai mandi!" serunya agar sang mama yang sudah menjauh, mendengar perkataan Bara dan wanita yang telah melahirkannya itu menganggukkan kepala. 

Setelah mengenakan pakaian dengan cepat, Bara segera menuju ke ruang kerjanya. Di sana, sang mama nampak sudah duduk dengan anggun di sofa. Pria berkulit putih bersih itu lalu mendudukkan diri di hadapan mamanya. 

"Siapa wanita itu, Ma? Kenapa Mama memutuskan mencari ibu susu untuk Bram secara sepihak?" cecar Bara yang sudah tidak sabar ingin mendengar penjelasan dari sang mama.

Kekhawatiran tentang keselamatan sang putra, masih menyelimuti hati Bara. Dia tidak mau, jika satu-satunya harta berharga peninggalan sang istri, sampai celaka karena wanita yang belum dikenalnya. Bara sangat menyayangi dan mencintai Cantika, dia tidak mau sesuatu hal buruk terjadi pada buah cinta mereka berdua. 

"Kamu bisa menanyakannya secara baik-baik pada orangnya, Bara! Tidak perlu sefrontal tadi! Apa yang telah kamu katakan, pasti telah menyakiti hatinya, Bara!" protes Bu Dini atas perkataan sang putra tadi. 

Bara menghela napas kasar. "Dari cara dia berjalan tadi, dia seperti wanita yang berpenyakitan, Ma! Bara tidak mau jika kehadirannya akan mencelakai Bram!"

Bu Dini menggelengkan kepala. "Dia tidak penyakitan, Nak. Dia wanita baik-baik yang menjadi korban keserakahan orang-orang yang hanya mengambil keuntungan sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaan Rara. Dia wanita lugu yang hanya dimanfaatkan oleh sepasang suami-istri yang menginginkan hadirnya anak dalam pernikahan mereka."

"Apa Mama yakin? selidik Bara dengan netra elangnya.

"Mama sangat yakin, Bara! Sebagai sesama wanita, mama bisa melihat dari sorot mata Rara yang menyiratkan kesedihan yang mendalam."

Wanita anggun itu berkata dengan suara bergetar, seolah ikut merasakan betapa sakitnya hati Larasati. Air mata pun nampak mulai menggenang di peluk mata Bu Dini. Bara yang melihat kesedihan sang mama, terdiam karena belum mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi pada wanita yang bernama Larasati. 

"Rara berjalan dengan tertatih karena pagi tadi dia baru saja melahirkan." Bu Dini lalu memulai ceritanya seperti yang beliau dengar sendiri dari Larasati. 

Setibanya di dalam kamar Bram, Larasati yang melihat bayi laki-laki dalam gendongan sang pengasuh, tertegun. Bayi itu nampak gelisah dengan air mata menggenang di pelupuk mata. Bibirnya bergetar, menandakan bahwa dia menangis meski tanpa mengeluarkan suara. 

Sepertinya, Bram sudah kelelahan menangis karena apa yang dia inginkan tidak dia dapatkan. Menurut sang pengasuh, Bram sudah dua jam lebih berada dalam gendongan. Sebelumnya, sang papa yang menggendong Bram sedari pulang dari pemakaman. 

"Dia hanya mau tidur dalam gendongan." Suara Bu Dini, mengurai lamunan Larasati. 

"Maaf, Bu. Boleh, saya susui sekarang? Tapi saya harus ke kamar mandi dulu untuk bersih-bersih," ijin Larasati, seraya mera*ba kembali dadanya yang sudah basah kuyup. Beruntung, hijabnya yang cukup panjang, dapat menutupi hingga ke perut. 

"Silakan, Nak Rara." Bu Dini menunjuk ke arah sudut ruangan di mana kamar mandi berada. 

Setelah mencuci muka dan membersihkan payu*daranya dengan cepat, Larasati kemudian segera menyusui Bram. Merasa mendapatkan sumber kehidupannya kembali, bayi laki-laki yang sedang masa aktif-aktifnya itu pun menghisap dada Larasati dengan rakus dan nampak tidak sabar. Suara khas bayi menyusu dan sangat lahap karena Asi Larasati memang banyak bahkan sudah mulai keluar di usia kehamilan sembilan bulan, terdengar memenuhi ruangan. 

Meskipun merasakan sakit di bagian puncak dadanya dan wanita itu terlihat meringis, tetapi Larasati sangat menikmati apa yang dilakukan oleh Bram. Dalam bayangannya, bayi laki-laki itu adalah bayi yang baru saja dia lahirkan. Reflek, tangan Larasati mengelus puncak kepala Bram penuh rasa sayang. 

"Kamu kehausan, Nak?" tanya Larasati dengan netra berkaca-kaca. Tiba-tiba, dia teringat dengan sang putra. Di sana, pastilah sang putra diberi susu formula. Hati Larasati kembali nyeri jika mengingat semuanya. 

Bu Dini yang sedari tadi memperhatikan sang cucu dengan tersenyum, kini senyum itu sirna kala netranya menangkap kesedihan di mata Larasati. Wanita itu lalu mendudukkan diri di samping wanita muda yang baru dikenalnya. Tangannya yang halus terulur dan mengusap lembut kaki sang cucu yang masih menyusu. 

"Ibu tahu kamu tersinggung dengan perkataan putra ibu tadi, Nak. Maafkan Bara, ya. Dia masih terpukul dengan kepergian istrinya yang mendadak dan Bara hanya ingin yang terbaik untuk putranya." Bu Dini lalu mengusap lembut pundak Larasati. 

Wanita muda itu menggelengkan kepala. "Wajar jika Pak Bara mengatakan demikian, Bu. Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk putranya. Mungkin hanya saya yang tidak dapat melakukan apa-apa untuk putra saya." Netra Larasati yang sedari tadi sudah berkaca-kaca, kini sudah tidak dapat lagi dia tahan. Sekuat apapun dia berusaha untuk tidak menangis, nyatanya jika teringat akan sang putra yang belum sempat dia lihat, air matanya kembali mengucur dengan deras tanpa dapat dia cegah. 

Bu Dini mengerutkan dahi. "Jika kamu tidak keberatan, ibu siap untuk mendengarkan ceritamu, Nak," tuturnya lembut dan terdengar sangat tulus, tetapi Larasati tidak mau tertipu untuk kedua kali. Cukup baginya, keluarga Abimana yang berhasil menipu dan memanfaatkan keluguan Larasati. Setelah ini, dia harus lebih berhati-hati lagi. 

Larasati, menyusut air mata. Dia menghela napas panjang untuk menenangkan hatinya. Sebenarnya dia enggan bercerita, tetapi Bu Dini dan Bara tentu memerlukan informasi tentang jati dirinya. 

"Saya baru melahirkan tadi pagi, Bu. Anak saya diambil oleh mantan suami dan akan diasuh dengan istri pertamanya. Saya tidak pernah tahu kalau ternyata saya adalah istri kedua dan telah dimanfaatkan agar mantan suami saya itu bisa memiliki anak." Larasati menyusut bulir bening yang hampir jatuh dari sudut netranya. 

"Maaf, Bu. Saya mengatakan demikian bukan untuk mencari simpati, tapi karena Ibu dan putra Ibu pasti ingin mengetahui latar belakang saya, bukan? Setelah ini, terserah bagaimana penilaian Ibu dan Pak Bara terhadap saya. Jika masih diizinkan saya tentu bersedia untuk menjadi Ibu susu Den Bram."

bersambung... 

Related chapters

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Asal-usulnya Tidak Jelas

    Setelah mendengar cerita dari sang mama mengenai Larasati, Bara menyandarkan punggung pada sandaran sofa. Tatapannya terlihat menelisik, ke arah sang mama. Pria yang memiliki garis wajah tegas, mata tajam dengan bulu mata pendek, tetapi lentik itu masih saja menatap sang mama tanpa bersuara."Apa yang kamu pikirkan tentang mama, Bara? Kenapa kamu menatap mama seperti itu?" cecar Bu Dini setelah beberapa saat berlalu, tetapi Bara masih membisu."Bara heran sama Mama. Sejak kapan Mama begitu mudahnya percaya pada orang asing? Bukankah Mama sendiri yang selama ini mengajarkan pada Bara agar berhati-hati dan jangan sampai termakan dengan kepolosan seseorang? Bisa saja 'kan, Ma, dia itu hanya berpura-pura lugu untuk menipu? Bara tetap tidak bisa mempercayai wanita itu begitu saja, Ma.""Dia beda, Bara! Kita tidak dapat menyamakan semua orang seperti itu! Mama yakin, Rara memang wanita yang baik!" tegas Bu Dini. Wanita anggun itu meyakini, sesuai apa kata

    Last Updated : 2024-12-06
  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Feeling

    Wanita muda berhijab warna biru laut itu masih menatap tajam pada Bara. Sesaat kemudian dia mengalihkan pandangan pada bayi laki-laki yang menangis dalam gendongan sang oma. Larasati sebenarnya hendak mendekat dan memeluk bayi yang tidak berdosa tersebut karena merasa tidak tega. Namun, langkahnya terasa berat karena kata-kata Bara yang pedas benar-benar telah melukai hatinya."Maaf, Bu Dini. Sepertinya, kehadiran saya tidak diinginkan di rumah ini. Saya mohon pamit." Larasati mengangguk sopan lalu membalikkan badan. Dia hendak berlalu dari ambang pintu kamar, tetapi suara Bu Dini yang lembut dan terdengar memelas menahan langkahnya."Kamu juga seorang ibu, Nak Rara. Ibu tahu kamu memiliki hati yang lembut. Ibu mohon, Nak, tetaplah tinggal di sini demi Bram."Larasati menoleh ke dalam kamar yang luas milik Bara. Tatapannya tertuju pada netra Bu Dini yang sudah berkaca-kaca. Bayi laki-laki dalam gendonga

    Last Updated : 2024-12-07
  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Terjebak Permainan

    Bara nampak sangat marah dan kecewa. Dia mulai dapat menebak, kemana arah pembicaraan mamanya. Sang mama sepertinya ingin menjodohkan dia dengan wanita yang kini menjadi ibu susu sang putra.Tentu saja Bara sangat marah. Tanah pemakaman istrinya saja masih basah. Bisa-bisanya sang mama malah mulai membicarakan tentang wanita lain yang bahkan baru mereka kenal."Santai, Boy. Duduklah!" titah sang mama seraya menepuk bangku kosong di sampingnya.Mau tidak mau, Bara kembali duduk di tempatnya semula."Mama tidak bermaksud melukai perasaan kamu, Bara. Mama juga sangat kehilangan dengan kepergian menantu mama yang baik seperti Cantika." Bu Dini menatap sang putra dengan lekat."Kamu masih ingat, kan, ketika mengenalkan Cantika pertama kali pada mama? Mama langsung setuju karena begitu melihat Cantika dan mengenal sebentar dari cara bicaranya, mama yakin dia itu wanita berhati lembut dan pasti bisa menjadi istri yang baik un

    Last Updated : 2024-12-09
  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Menjerat Bara

    Waktu begitu cepat berlalu. Tanpa terasa, hampir dua minggu Larasati berada di rumah megah itu. Menjalankan perannya yang baru menjadi ibu susu.Selama itu pula, Larasati mencoba untuk fokus menyusui Bram. Dia juga fokus untuk pemulihan dirinya, pasca persalinan. Bukannya melupakan keinginan untuk mencari sang putra, tetapi dia belum memiliki kesempatan.Pagi ini, Larasati yang sedang menjemur Bram di bawah hangatnya sinar mentari pagi, melihat Jali sedang mencuci salah satu mobil sang majikan. Kebetulan mobil yang dicuci Jali, sama persis jenisnya dengan mobil milik sang mantan. Larasati kemudian mendekat, setelah Jali menyelesaikan pekerjaan."Mas Jali, maaf. Boleh Rara bertanya?""Iya, Mbak Rara. Ada apa?""Kalau mobil jenis seperti itu, apa benar harganya mencapai setengah milyar?"Jali mengerutkan dahi, mendengar pertanyaan Larasati. "Kurang lebihnya segitu, Mbak. Kenapa memang?"Larasati terdiam, tidak se

    Last Updated : 2024-12-09
  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Kecurigaan Bara

    Kehadiran Bu Dini di dapur, membuat semuanya terdiam. Wanita anggun itu lalu berjalan mendekat. "Inah, siapkan mandi untuk Bram dan berikan dulu anak itu pada Rara," titahnya.Setelah Bram berpindah ke tangan Larasati, Inah segera berlalu menuju kamar Bram. Bu Dini kemudian mendekati wanita muda berhijab yang kini memangku sang cucu kesayangan. Sementara di tempatnya duduk, Larasati terlihat sedikit gugup khawatir Bu Dini mempercayai apa yang beliau dengar barusan."Ndoro Putri, maafkan Inah, ya. Inah kalau bicara memang suka asal," kata Bi Mimin, bermaksud mengklarifikasi. Asisten rumah tangga itu pun tidak ingin, sang majikan menilai buruk pada Larasati."Tidak apa-apa, Bi. Saya tahu Nak Rara itu i seperti apa." Bu Dini tersenyum hangat pada Larasati, membuat ibu susu Bram itu menjadi lega.Bi Mimin ikut tersenyum. 'Sepertinya, ndoro putri menyukai Nak Rara bukan hanya sebagai ibu susu Den Bram. Semoga saja dugaanku tidak keliru.

    Last Updated : 2024-12-10
  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Perusak Rumah Tangga Orang

    Bara mulai disibukkan dengan pekerjaan di proyek. Setelah meninjau perkembangan pembangunan apartemen mewah yang penggarapannya dia serahkan pada Abimana, pria bertampang dingin itu lalu menuju kantor karena dia harus segera menghadiri pertemuan dengan klien dari luar kota. Bara melupakan niatnya untuk ke kantor polisi dan mencari tahu siapa pemilik mobil yang nomor polisinya sudah dikantongi oleh sang sopir.Sementara Jali sengaja tidak mengingatkan majikannya. Sopir pribadi Bara itu ingin mencari tahu sendiri, ada hubungan apa antara Larasati dengan Abimana. Sepanjang bekerja menemani Bara, pria berkulit hitam manis itu terus menduga-duga.Fokus dengan masalah pemilik mobil, membuat Jali sering melakukan kesalahan. Hal itu membuatnya mendapatkan teguran dari sang majikan. "Jal, kamu kenapa, sih? Dari tadi pagi, aku lihat kamu enggak fokus bekerja!""Eh, iya, Pak Bara. Tidak ada apa-apa, kok, Pak." Jali yang sedang mengendarai mobil, menggaruk tengk

    Last Updated : 2024-12-10
  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Kambing Hitam

    Bara yang buru-buru masuk ke dalam rumah, segera menuju ke kamar sang putra. Satu tujuannya, yaitu mencari sang mama. Dia ingin mencari tahu dari mamanya, apakah Larasati pernah bercerita mengenai masa lalunya.Ya, orang yang berada di taman dan ikut mendengarkan pembicaraan Jali dan Larasati, adalah Bara. Dia yang baru teringat dengan tujuannya tadi pagi, bermaksud mencari Jali untuk menanyakan tentang nomor kendaraan yang sudah dikantongi oleh sopir pribadinya. Bara sempat kecewa tadi karena ternyata sang sopir sudah mengetahui siapa pemilik mobil yang dicari Larasati dan Jali tidak mengatakan padanya.Pria itu masuk ke kamar sang putra, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu hingga membuat terkejut mamanya. "Bara! Kamu ini, ngagetin saja!" protes wanita anggun itu yang sedang mengganti diapers sang cucu."Memangnya Inah dan Rara kemana, Ma? Kok Mama sendiri yang mengganti popoknya Bram?" tanya Bara yang pura-pura tidak tahu di mana keberadaan Larasa

    Last Updated : 2024-12-11
  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Pecundang

    Di sebuah rumah sakit besar tidak jauh dari lokasi proyek apartemen yang tengah dibangun oleh Bara, terdengar sepasang suami-istri sedang berdebat di depan ruang rawat VVIP. Mereka berdua adalah Abimana dan istrinya, Lastri Kusuma. Putri sulung salah seorang konglomerat di ibukota."Mengertilah, Ma. Aku menyuruh Galuh untuk mencari keberadaan Larasati bukan untuk diriku sendiri, Ma. Nanda sedang sakit dan mungkin saja putra kita itu kangen dengan ibu kandungnya. Siapa tahu 'kan jika mereka bertemu, Nanda akan langsung sembuh." Abimana menatap sang istri yang wajahnya merah padam menahan amarah dengan tatapan memelas.Ya, Lastri baru saja memergoki sang suami sedang menelepon Galuh, orang suruhan. Tentu saja Lastri sangat marah karena di perjanjian awal, dalam pernikahannya dengan Larasati Abimana tidak boleh melibatkan perasaan. Dia disuruh menikahi wanita lain, hanya demi mendapatkan keturunan."Alasan! Pasti sebelum ini, kamu sudah sering men

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Kerikil Tajam

    Tidak berhasil menemui sang putra dan malah mendapatkan pengusiran, Larasati mengayun langkah lunglai menuju parkiran. Dia seperti robot tidak bernyawa, sedang berjalan. Tatapannya yang kosong menyorot lurus ke depan.Larasati terus berjalan dan tidak menghiraukan orang-orang di sekitar. Dia sampai tidak menyadari ketika Jali meneriakkan namanya dengan lantang. Pria yang telah membawa Larasati ke rumah Bara tersebut kemudian mengejarnya yang berjalan tidak tentu arah."Mbak Rara mau kemana, sih? Dimana Pak Bara?" cecar Jali ketika berhasil menghadang langkah wanita berhijab yang tadi datang ke rumah sakit bersamanya.Larasati menggelengkan kepala sebagai jawaban. Dia sama sekali tidak mau membuka suara, membuat Jali kebingungan. Sopir pribadi Bara itu lalu menghela napas panjang."Ayo, Mbak! Kita tunggu Pak Bara di mobil," ajak Jali, tetapi Larasati kembali menggelengkan kepala.Jali yang semakin kebingungan, menggaruk

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Pecundang

    Di sebuah rumah sakit besar tidak jauh dari lokasi proyek apartemen yang tengah dibangun oleh Bara, terdengar sepasang suami-istri sedang berdebat di depan ruang rawat VVIP. Mereka berdua adalah Abimana dan istrinya, Lastri Kusuma. Putri sulung salah seorang konglomerat di ibukota."Mengertilah, Ma. Aku menyuruh Galuh untuk mencari keberadaan Larasati bukan untuk diriku sendiri, Ma. Nanda sedang sakit dan mungkin saja putra kita itu kangen dengan ibu kandungnya. Siapa tahu 'kan jika mereka bertemu, Nanda akan langsung sembuh." Abimana menatap sang istri yang wajahnya merah padam menahan amarah dengan tatapan memelas.Ya, Lastri baru saja memergoki sang suami sedang menelepon Galuh, orang suruhan. Tentu saja Lastri sangat marah karena di perjanjian awal, dalam pernikahannya dengan Larasati Abimana tidak boleh melibatkan perasaan. Dia disuruh menikahi wanita lain, hanya demi mendapatkan keturunan."Alasan! Pasti sebelum ini, kamu sudah sering men

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Kambing Hitam

    Bara yang buru-buru masuk ke dalam rumah, segera menuju ke kamar sang putra. Satu tujuannya, yaitu mencari sang mama. Dia ingin mencari tahu dari mamanya, apakah Larasati pernah bercerita mengenai masa lalunya.Ya, orang yang berada di taman dan ikut mendengarkan pembicaraan Jali dan Larasati, adalah Bara. Dia yang baru teringat dengan tujuannya tadi pagi, bermaksud mencari Jali untuk menanyakan tentang nomor kendaraan yang sudah dikantongi oleh sopir pribadinya. Bara sempat kecewa tadi karena ternyata sang sopir sudah mengetahui siapa pemilik mobil yang dicari Larasati dan Jali tidak mengatakan padanya.Pria itu masuk ke kamar sang putra, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu hingga membuat terkejut mamanya. "Bara! Kamu ini, ngagetin saja!" protes wanita anggun itu yang sedang mengganti diapers sang cucu."Memangnya Inah dan Rara kemana, Ma? Kok Mama sendiri yang mengganti popoknya Bram?" tanya Bara yang pura-pura tidak tahu di mana keberadaan Larasa

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Perusak Rumah Tangga Orang

    Bara mulai disibukkan dengan pekerjaan di proyek. Setelah meninjau perkembangan pembangunan apartemen mewah yang penggarapannya dia serahkan pada Abimana, pria bertampang dingin itu lalu menuju kantor karena dia harus segera menghadiri pertemuan dengan klien dari luar kota. Bara melupakan niatnya untuk ke kantor polisi dan mencari tahu siapa pemilik mobil yang nomor polisinya sudah dikantongi oleh sang sopir.Sementara Jali sengaja tidak mengingatkan majikannya. Sopir pribadi Bara itu ingin mencari tahu sendiri, ada hubungan apa antara Larasati dengan Abimana. Sepanjang bekerja menemani Bara, pria berkulit hitam manis itu terus menduga-duga.Fokus dengan masalah pemilik mobil, membuat Jali sering melakukan kesalahan. Hal itu membuatnya mendapatkan teguran dari sang majikan. "Jal, kamu kenapa, sih? Dari tadi pagi, aku lihat kamu enggak fokus bekerja!""Eh, iya, Pak Bara. Tidak ada apa-apa, kok, Pak." Jali yang sedang mengendarai mobil, menggaruk tengk

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Kecurigaan Bara

    Kehadiran Bu Dini di dapur, membuat semuanya terdiam. Wanita anggun itu lalu berjalan mendekat. "Inah, siapkan mandi untuk Bram dan berikan dulu anak itu pada Rara," titahnya.Setelah Bram berpindah ke tangan Larasati, Inah segera berlalu menuju kamar Bram. Bu Dini kemudian mendekati wanita muda berhijab yang kini memangku sang cucu kesayangan. Sementara di tempatnya duduk, Larasati terlihat sedikit gugup khawatir Bu Dini mempercayai apa yang beliau dengar barusan."Ndoro Putri, maafkan Inah, ya. Inah kalau bicara memang suka asal," kata Bi Mimin, bermaksud mengklarifikasi. Asisten rumah tangga itu pun tidak ingin, sang majikan menilai buruk pada Larasati."Tidak apa-apa, Bi. Saya tahu Nak Rara itu i seperti apa." Bu Dini tersenyum hangat pada Larasati, membuat ibu susu Bram itu menjadi lega.Bi Mimin ikut tersenyum. 'Sepertinya, ndoro putri menyukai Nak Rara bukan hanya sebagai ibu susu Den Bram. Semoga saja dugaanku tidak keliru.

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Menjerat Bara

    Waktu begitu cepat berlalu. Tanpa terasa, hampir dua minggu Larasati berada di rumah megah itu. Menjalankan perannya yang baru menjadi ibu susu.Selama itu pula, Larasati mencoba untuk fokus menyusui Bram. Dia juga fokus untuk pemulihan dirinya, pasca persalinan. Bukannya melupakan keinginan untuk mencari sang putra, tetapi dia belum memiliki kesempatan.Pagi ini, Larasati yang sedang menjemur Bram di bawah hangatnya sinar mentari pagi, melihat Jali sedang mencuci salah satu mobil sang majikan. Kebetulan mobil yang dicuci Jali, sama persis jenisnya dengan mobil milik sang mantan. Larasati kemudian mendekat, setelah Jali menyelesaikan pekerjaan."Mas Jali, maaf. Boleh Rara bertanya?""Iya, Mbak Rara. Ada apa?""Kalau mobil jenis seperti itu, apa benar harganya mencapai setengah milyar?"Jali mengerutkan dahi, mendengar pertanyaan Larasati. "Kurang lebihnya segitu, Mbak. Kenapa memang?"Larasati terdiam, tidak se

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Terjebak Permainan

    Bara nampak sangat marah dan kecewa. Dia mulai dapat menebak, kemana arah pembicaraan mamanya. Sang mama sepertinya ingin menjodohkan dia dengan wanita yang kini menjadi ibu susu sang putra.Tentu saja Bara sangat marah. Tanah pemakaman istrinya saja masih basah. Bisa-bisanya sang mama malah mulai membicarakan tentang wanita lain yang bahkan baru mereka kenal."Santai, Boy. Duduklah!" titah sang mama seraya menepuk bangku kosong di sampingnya.Mau tidak mau, Bara kembali duduk di tempatnya semula."Mama tidak bermaksud melukai perasaan kamu, Bara. Mama juga sangat kehilangan dengan kepergian menantu mama yang baik seperti Cantika." Bu Dini menatap sang putra dengan lekat."Kamu masih ingat, kan, ketika mengenalkan Cantika pertama kali pada mama? Mama langsung setuju karena begitu melihat Cantika dan mengenal sebentar dari cara bicaranya, mama yakin dia itu wanita berhati lembut dan pasti bisa menjadi istri yang baik un

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Feeling

    Wanita muda berhijab warna biru laut itu masih menatap tajam pada Bara. Sesaat kemudian dia mengalihkan pandangan pada bayi laki-laki yang menangis dalam gendongan sang oma. Larasati sebenarnya hendak mendekat dan memeluk bayi yang tidak berdosa tersebut karena merasa tidak tega. Namun, langkahnya terasa berat karena kata-kata Bara yang pedas benar-benar telah melukai hatinya."Maaf, Bu Dini. Sepertinya, kehadiran saya tidak diinginkan di rumah ini. Saya mohon pamit." Larasati mengangguk sopan lalu membalikkan badan. Dia hendak berlalu dari ambang pintu kamar, tetapi suara Bu Dini yang lembut dan terdengar memelas menahan langkahnya."Kamu juga seorang ibu, Nak Rara. Ibu tahu kamu memiliki hati yang lembut. Ibu mohon, Nak, tetaplah tinggal di sini demi Bram."Larasati menoleh ke dalam kamar yang luas milik Bara. Tatapannya tertuju pada netra Bu Dini yang sudah berkaca-kaca. Bayi laki-laki dalam gendonga

  • Dijandakan Setelah Melahirkan    Asal-usulnya Tidak Jelas

    Setelah mendengar cerita dari sang mama mengenai Larasati, Bara menyandarkan punggung pada sandaran sofa. Tatapannya terlihat menelisik, ke arah sang mama. Pria yang memiliki garis wajah tegas, mata tajam dengan bulu mata pendek, tetapi lentik itu masih saja menatap sang mama tanpa bersuara."Apa yang kamu pikirkan tentang mama, Bara? Kenapa kamu menatap mama seperti itu?" cecar Bu Dini setelah beberapa saat berlalu, tetapi Bara masih membisu."Bara heran sama Mama. Sejak kapan Mama begitu mudahnya percaya pada orang asing? Bukankah Mama sendiri yang selama ini mengajarkan pada Bara agar berhati-hati dan jangan sampai termakan dengan kepolosan seseorang? Bisa saja 'kan, Ma, dia itu hanya berpura-pura lugu untuk menipu? Bara tetap tidak bisa mempercayai wanita itu begitu saja, Ma.""Dia beda, Bara! Kita tidak dapat menyamakan semua orang seperti itu! Mama yakin, Rara memang wanita yang baik!" tegas Bu Dini. Wanita anggun itu meyakini, sesuai apa kata

DMCA.com Protection Status