All Chapters of Satu Malam Bersama Adik Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

78 Chapters

Bab 41: Haruskah Ayla Kembali

Pada sore yang dingin itu, ketika Adrian melangkah masuk ke rumah, udara seakan berhenti bergerak. Ayla duduk termenung di sofa, wajahnya tampak begitu pucat, matanya terpaku ke depan tanpa ekspresi."Ayla?" Adrian memanggil lembut sambil mendekat dan duduk di sampingnya. "Ada apa, sayang? Kamu terlihat tidak baik-baik saja."Ayla menoleh perlahan, matahari sore memantulkan bayang kesedihan di matanya yang letih. "Bu Retno menelepon," suaranya terdengar serak, "dia meminta aku kembali ke rumah."Adrian menggenggam tangan Ayla, mencoba memberi kekuatan. "Apa lagi yang dikatakannya?" tanyanya, berusaha menahan emosi."Dia bilang aku egois, aku mempermalukan nama keluarga," jawab Ayla, suaranya begitu pelan, hampir tidak terdengar. "Aku bingung, Adrian. Aku benar-benar lelah.""Dengar, Ay," Adrian memeluk Ayla, suaranya penuh kelembutan, "kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Kamu hanya berusaha untuk apa yang terbaik bagi dirimu. Mereka yang tidak m
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 42: Perasaan ADrian yang Terlalu Kuat

Di tengah belaian mentari pagi yang baru bangkit, Adrian kembali melangkah ringan menuju vila, tangannya penuh dengan bungkusan sarapan sederhana—roti bakar yang masih hangat dan selai buah ceri yang selalu menjadi kegemaran Ayla.Saat pintu perlahan terbuka, Ayla menyambut dengan senyuman lelah, matahari baru saja memantul lembut di wajahnya yang pucat.“Kamu lagi?” ujar Ayla dengan nada bersahaja, yang segera dibalas oleh Adrian dengan senyum hangat.“Iya, tahu kamu belum makan. Pikir mungkin ini bisa manjakan pagimu,” kata Adrian, langkahnya ringan memasuki dapur.Ayla tertawa kecil, suaranya menari di udara pagi itu. Ia duduk di meja dapur, mengamati Adrian yang cekatan menyiapkan sarapan. “Kamu ini, selalu tahu bagaimana membuat hari-hariku terasa lebih cerah.”Adrian menghentikan gerak tangannya, matanya beradu dengan tatapan Ayla. “Itu karena aku peduli, Ay,” ucapnya, suara penuh ketulusa
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 43: Keraguan yang Menyayat Hati

Malam yang dingin di desa kecil itu membalut setiap sudut ruangan dengan kesunyian. Namun, suasana hati Ayla berkecamuk, serupa badai musim dingin yang merayap masuk ke dalam hatinya. Dalam kegelapan kamarnya, cahaya lampu meja yang redup menyinari wajahnya yang murung.Duduk di tepi ranjang, tangannya yang gugup terlipat di pangkuannya, seolah mencari kehangatan dan kekuatan untuk menghadapi hari esok yang membawa janji akan pertemuan yang mungkin mengubah hidupnya.Rumah tangga Ayla dan Bram telah lama kehilangan kehangatan yang dulu menjadi fondasinya. Bram, suaminya, kini lebih sering menghabiskan waktu jauh dari rumah, meninggalkan Ayla merenungkan masa depan mereka yang kian suram.Ingatannya pada Bram—seorang pria yang pernah penuh kasih dan perhatian—kini hanya tinggal bayang-bayang yang memudar. Ayla masih terikat pada janji suci mereka, meski hatinya terbelah antara kesetiaan dan keinginan untuk menemukan kebahagiaan yang sebenarnya.
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 44: Rencana yang Terungkap

Ketika langit malam semakin gelap dan bintang-bintang menghiasi pekatnya, Adrian akhirnya memutuskan untuk meninggalkan vila, memberikan kesendirian yang mungkin dibutuhkan Ayla untuk berpikir.Namun, jauh dari ketenangan vila itu, Bram menetapkan dirinya dalam keheningan mobilnya yang terparkir. Wajahnya yang biasanya ceria, kini terlihat dingin dan serius. Matanya tak lepas dari layar ponsel, menelaah pesan dari seseorang yang telah berhasil melacak keberadaan Ayla.Dengan suara rendah namun penuh kepastian, ia bergumam, "Aku sudah tahu di mana kamu, Ayla. Kamu tidak akan bisa bersembunyi lagi dariku."Di pagi yang cerah, Ayla berusaha menyibukkan diri dengan merapikan ruang tamu di vila kecilnya yang dikelilingi udara pegunungan yang sejuk dan segar. Setiap gerakannya mencoba mengalihkan pikiran dari kekhawatiran akan pertemuan yang tak terelakkan dengan Bram.Meski jendela terbuka lebar membiarkan hawa dingin masuk, hatinya terasa hangat karena kenang
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 45: Konfrontasi Emosional

Di sudut yang berbeda, Bram duduk termenung di ruang tamu rumahnya, tangannya gemetar saat memegang bingkai foto pernikahannya dengan Ayla. Getaran di tangannya bukanlah pertanda kesedihan, melainkan api kemarahan yang berkobar dalam dada.Lama ia menatap foto itu, kemudian dengan gerakan tiba-tiba, meletakkannya dengan kasar di atas meja. Pikirannya hanya terfokus pada satu tujuan yang menggebu: membawa Ayla kembali, dan menghancurkan siapapun yang berani menghalanginya.Dengan tegas, Bram meraih teleponnya sekali lagi, kali ini menghubungi seseorang yang sangat ia percayai untuk melancarkan rencananya dengan cepat. "Aku ingin tahu segalanya sebelum aku sampai di sana besok," ucapnya dengan nada yang dingin."Dan pastikan dia tahu dia nggak punya tempat untuk lari." Setelah panggilan berakhir, Bram kembali duduk, matanya menatap tajam ke depan, penuh dengan niat yang tak tergoyahkan. "Ayla, kamu milikku. Dan aku akan pastikan kamu tahu itu."Keheningan p
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Bab 46: Mengungkap Luka Lama

Ketika Bram akhirnya beranjak keluar dari vila, Adrian segera mendekati tempat itu. Langkah Bram tampak berat, penuh beban, namun Adrian tidak terganggu. Ia hanya ingin memastikan Ayla dalam keadaan baik-baik saja. Dengan langkah cepat, Adrian memasuki vila dan mendapati Ayla terduduk lesu di sofa, wajahnya basah oleh air mata yang mengalir tanpa henti. Ia berlutut di depannya, tangan Ayla digenggamnya dengan penuh kelembutan."Aku dengar semuanya," bisik Adrian dengan suara yang penuh pengertian. "Kamu tidak perlu menghadapi semua ini sendirian lagi, Ay."Ayla menatap Adrian, matanya tampak lelah namun terlihat ada kelegaan di sana. "Rasanya aku baru bisa bernapas lega, Adrian. Tapi, ada ketakutan yang masih menggelayuti pikiranku," ucapnya, suara bergetar.Adrian mengangguk pengertian, menggenggam tangan Ayla lebih erat lagi. "Aku ada di sini, Ay. Apapun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkan kamu," janji Adrian dengan nada yang menenangkan.
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Bab 47: Bersandar pada Harapan Baru

Ketika Bram akhirnya meninggalkan vila, Ayla masih berdiri tegak di depan pintu, matanya terpaku pada mobil yang perlahan menjauh. Walaupun tubuhnya terasa ringan, bebas dari kehadiran Bram, hatinya masih terasa luka dan belum sepenuhnya sembuh.Dari belakang, Adrian mendekat dengan langkah yang hati-hati, seolah menghormati ruang dan waktu yang Ayla butuhkan. Ia tidak berkata apa-apa, hanya berdiri di sampingnya, memberikan kehadiran yang tenang dan menenangkan."Dia sudah pergi," ujar Ayla dengan suara yang pelan, hampir tidak terdengar dihempas angin yang sepoi-sepoi.Adrian hanya mengangguk, matanya penuh empati tidak beranjak dari wajah Ayla. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan lembut.Ayla berpaling, menatap Adrian dengan senyuman yang lelah namun tulus. "Aku tidak tahu. Namun, rasanya seperti ini adalah awal dari sesuatu yang baru," katanya, mencoba mencari sinar harapan di tengah kekacauan emosinya.Adrian mengangguk lagi, tangannya menc
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 48: Pertemuan Rahasia

Namun, di tempat lain, suasana yang berbeda terasa di ruang tamu rumah Bram. Sendirian, dia duduk menatap foto pernikahannya dengan Ayla yang masih terpajang di rak. Gelisah, tangannya menggenggam gelas minuman dengan kuat, dan matanya memancarkan campuran amarah serta penyesalan yang dalam.Suara ponsel yang berdering memecah keheningan. Dengan gerakan yang tegas, Bram meraihnya dan melihat nama yang terpampang di layar. “Halo?” suaranya bergema rendah.“Pak Bram, kami sudah menemukan sesuatu,” kata suara di seberang telepon, serius dan penuh urgensi.Bram terdiam, mendengarkan dengan cermat. Setiap kata yang diucapkan semakin membuat rahangnya mengeras, dan matanya memerah. “Terus awasi mereka,” perintahnya akhirnya dengan suara yang tegas sebelum menutup telepon.Dengan gerakan kasar, Bram melemparkan ponselnya ke sofa dan berdiri dengan tatapan yang penuh tekad. “Kita lihat sampai sejauh mana kamu akan lari, A
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 49: Pilihan Menyakitkan

Malam itu semakin dingin menyelimuti danau, namun mereka tetap bertahan di sana, tenggelam dalam percakapan yang dalam—mengenang masa lalu, meresapi perasaan yang semakin sulit diabaikan, dan bertanya-tanya tentang langkah apa yang akan mereka ambil selanjutnya.Tiba-tiba, Adrian memecah keheningan dengan pertanyaan yang penuh kehati-hatian, "Apa kamu pernah berpikir untuk kembali ke Bram?" Suaranya tenang, tetapi terasa berat dengan kecemasan.Ayla terdiam sejenak, matanya tertuju pada refleksi cahaya bulan di atas permukaan danau yang tenang, seolah mencari jawaban dalam kilauannya."Aku pernah berpikir tentang itu," jawabnya akhirnya, suaranya lembut. "Tapi setelah segala yang terjadi... aku sadar itu bukan pilihan yang benar. Bukan untukku, dan bukan untuknya."Adrian mengangguk pelan, merasa lega mendengar jawaban itu tapi hatinya masih berdesir khawatir. "Kalau begitu, apa yang kamu inginkan sekarang, Ay?"Ayla berpaling, matanya bertem
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 50: Meninggalkan Semuanya

Malam itu, Adrian tiba di vila seperti biasa, mengetuk pintu dengan senyum kecil yang terukir di wajahnya. Namun, senyum itu segera memudar saat ia melihat ekspresi Ayla yang tampak murung."Ada apa?" tanya Adrian, langkahnya terus mengarah ke dalam tanpa menunggu Ayla mengundangnya masuk.Ayla menunduk, menghindari tatapan Adrian yang penuh kekhawatiran. "Kita harus bicara, Adrian," suaranya lembut, tapi sarat dengan keseriusan.Adrian menatap Ayla dengan cermat, rahangnya mengencang. "Ini tentang Bram, kan? Apa lagi yang dia lakukan kali ini?"Ayla menggeleng pelan, matanya mulai berkaca-kaca. "Ini bukan tentang apa yang dia lakukan. Ini tentang kita, Adrian. Tentang apa yang seharusnya tidak pernah terjadi."Adrian terdiam sejenak, namun kemudian langkahnya mendekat, berdiri tepat di hadapan Ayla. "Ayla, aku tahu ini sulit. Tapi aku mencintaimu. Dan aku tahu kamu juga mencintaiku."Ayla menatap Adrian, air mata mulai mengalir di pipinya.
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status