All Chapters of Satu Malam Bersama Adik Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

79 Chapters

Bab 31: Dunia yang Terpisah

Untuk sesaat, hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Ayla menatap suaminya, berharap ada pengakuan, atau mungkin… penyesalan. Tapi yang ia dapatkan hanyalah ekspresi keras dan dingin.“Kamu nggak punya hak untuk ngomong seperti itu,” kata Bram akhirnya. “Kamu istri aku, Ayla. Dan selama kamu masih istri aku, kamu nggak punya alasan buat mencampuri urusan aku.”Ayla tertegun. Kata-kata itu seperti pisau tajam yang menusuk tepat di hatinya. Ia menatap Bram, berharap ini hanyalah mimpi buruk. Tapi tidak. Ini kenyataan.Tanpa berkata apa-apa lagi, Bram melangkah pergi ke kamar, meninggalkan Ayla sendirian di dapur yang dingin.Pukul satu dini hari, Ayla duduk di sofa ruang tamu. Matanya bengkak karena menangis, tapi ia tak mampu berhenti. Ia
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 32: Detak Jantung Tak Terkontrol

Malam itu, Ayla duduk di meja makan dengan piring yang kosong di depannya. Bram belum pulang, seperti biasa. Pikirannya terus berputar, mengingat kata-kata Adrian, juga janji-janji yang pernah dibuat Bram bertahun lalu.Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Nama Rita muncul di layar.“Ay, kamu di rumah?” tanya Rita begitu Ayla menjawab.“Iya. Ada apa, Rit?”“Aku baru balik dari supermarket. Aku lihat Bram… sama dia.” Suara Rita terdengar pelan, seperti enggan menyakiti.Ayla terdiam. Perasaannya campur aduk—antara kecewa, marah, dan sedih yang tak terbendung. “Mereka di mana?” tanyanya akhirnya, nadanya nyaris berbisik.“D
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 33: Tak Bisa Berhenti Memikirkan

Ketika mereka keluar dari kafe, matahari mulai terbenam, meninggalkan semburat jingga yang memudar di langit. Udara dingin sore itu terasa menenangkan, tetapi juga menyelimuti mereka dengan rasa gelisah.Adrian berjalan di sebelah Ayla, menjaga jarak yang sopan meskipun ada dorongan untuk mendekat. Ayla menggenggam tasnya erat-erat, langkahnya pelan dan ragu.“Ayla,” Adrian memanggilnya, menghentikan langkahnya di trotoar.Ayla berbalik, keningnya berkerut. “Apa?”Adrian terdiam sejenak, seolah mencoba menemukan kata-kata yang tepat. “Kalau… suatu hari nanti, semuanya terlalu berat buat kamu, kamu bisa datang ke aku. Kapan saja.”Kata-kata itu sederhana, tetapi dampaknya begitu besar
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 34: Cemburu dalam Diam

Adrian duduk di bangku panjang di halaman belakang rumah Bram, ditemani secangkir kopi hitam yang sudah mendingin. Matanya terpaku pada pemandangan taman yang mulai gelap seiring senja memudar. Suara angin yang menyisir dedaunan terasa menenangkan, tetapi pikirannya tidak bisa diam.Dari jendela kaca ruang tamu, ia bisa melihat Ayla duduk bersama Bram. Mereka tidak berbicara. Bram sibuk dengan ponselnya, sementara Ayla hanya menatap meja di depannya, jemarinya bermain dengan cangkir teh yang belum disentuh.Pemandangan itu menusuk Adrian. Dia ada di sana, bersamanya. Tetapi jarak yang terlihat antara Ayla dan Bram lebih menyakitkan daripada jika mereka terlihat mesra.Adrian menggigit bibirnya, menundukkan kepala. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa perasaannya salah, bahwa ini hanyalah cerminan dari kesalahannya di
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 35: Rencana Melarikan Diri

Malam itu, Ayla dan Adrian kembali bertemu, kali ini di sebuah kafe kecil di pinggir kota. Adrian memperhatikan Ayla yang terlihat lebih tegang dari biasanya.“Bram mulai curiga,” kata Ayla tanpa basa-basi.Adrian menegakkan tubuhnya, ekspresinya berubah serius. “Dia bilang apa?”“Dia bilang kamu terlalu sering ke rumah.” Ayla menunduk, memainkan ujung gelas kopinya. “Aku takut, Adrian. Kalau dia tahu…”Adrian meraih tangannya, membuat Ayla mendongak. “Aku nggak akan biarkan dia sakiti kamu, Ay. Apapun yang terjadi.”Kata-kata itu sederhana, tetapi ada tekad kuat di baliknya. Ayla merasa sedikit tenang, meskipun rasa takut masih menggantung di dadanya.
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 36: Ayla Berpamitan

Di tengah kesenyapan malam yang menyelimuti kamar, Ayla dengan hati yang gementar memutuskan untuk mengambil langkah yang akan mengubah seluruh arah hidupnya. Lampu kamarnya hanya menyisakan bayangan-bayangan lembut di dinding, mencerminkan kekacauan emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Koper kecil di sudut kamar itu tak hanya dipenuhi dengan pakaian dan dokumen penting, tetapi juga dengan beban perasaan yang telah lama ia pikul.Di dapur, dengan suara yang berusaha terdengar normal, ia berbicara kepada Bram, suaminya, "Aku mau pergi beberapa waktu, Bram." Kata-katanya terdengar ringan, tapi setiap kata terasa berat di lidahnya.Bram, yang tampaknya lebih tertarik pada layar ponselnya, hanya mengangkat pandangan sejenak. "Pergi ke mana?" tanyanya, suara datarnya tidak menyiratkan kekhawatiran.
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 37: Keindahan yang Pahit

Perjalanan mereka dipenuhi dengan keheningan yang tenang, namun jauh dari kecanggungan. Sesekali, Adrian melirik Ayla yang terlihat tenggelam dalam renungan, matanya terarah pada pemandangan yang melintas di luar jendela.Setelah beberapa saat, Adrian mengambil keberanian untuk memecah keheningan. "Kamu tahu, Ay," katanya dengan suara yang berat, "aku nggak pernah berpikir aku akan berada di posisi ini. Mendukung kamu buat meninggalkan Bram... kakakku sendiri."Ayla menoleh, menatap Adrian dengan tatapan yang lembut dan penuh pengertian. "Aku tahu ini sulit buat kamu, Adrian. Aku… aku nggak tahu harus bilang apa. Tapi aku sangat berterima kasih kamu ada di sini untukku."Adrian tersenyum lembut, meskipun ada semburat kesedihan di matanya. "Aku cuma mau kamu bahagia, Ay. Itu saja."Kata-katanya sederhana, tetapi cukup untuk menghangatkan hati Ayla, yang kini merasa lebih terhubung dengan Adrian, meskipun ia sadar bahwa perasaannya mungkin lebih dala
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 38: Harapan Baru

Setelah sarapan yang disiapkan Adrian dengan penuh perhatian, ia mengajak Ayla berjalan-jalan di sekitar vila, menyusuri jalan setapak kecil yang dikelilingi pepohonan rindang dan menyembunyikan keindahan alam yang lembut.Langkah mereka membawa mereka ke sebuah danau kecil, tempat air tenang memantulkan langit biru yang cerah dan menenangkan. Ayla menemukan sebuah batu besar di tepi danau, tempat yang sempurna untuk duduk dan merenung.Adrian berdiri di dekatnya, mata mereka sama-sama tertuju pada kilauan air di bawah sinar matahari."Tempat ini indah," ucap Ayla, nada suaranya terdengar lebih ringan, lebih penuh harapan dari sebelumnya.Adrian menoleh kepadanya, tersenyum lebar. "Aku tahu kamu butuh tempat kayak gini. Tenang, jauh dari semua kekacauan." Ayla menatapnya, matanya menyiratkan kehangatan yang tidak bisa ia sembunyikan. "Kenapa kamu selalu tahu apa yang aku butuhin?"Adrian tertawa kecil, suaranya lembut dan melodi. "Mung
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 39: Ketakutan di Balik Kebahagiaan

Setelah sarapan yang tenang dan penuh percakapan ringan, Adrian mengajak Ayla berjalan-jalan di sekitar vila, menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang.Mereka berdua menikmati kesejukan pagi dan kedamaian alam sekitar, sebelum tiba di sebuah padang rumput kecil yang dipenuhi dengan bunga-bunga liar. Warna-warni bunga tersebut menambah keindahan pagi yang sudah sempurna, membuat Ayla terkesima.Ayla menemukan sebuah batu besar dan duduk di atasnya, menikmati keindahan dan kedamaian yang ditawarkan alam. Adrian, dengan santainya, berdiri di dekatnya, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, menikmati suasana yang sama.Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga dan rumput yang segar, menenangkan hati yang selama ini gelisah.“Aku nggak tahu harus bilang apa,” kata Ayla pelan, suaranya nyaris tertelan oleh angin. “Setiap kamu ada di sini, aku merasa sedikit lebih baik.”Adrian tersenyum kecil, namun matanya menyi
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 40: Tekanan dari Keluarga

Malam itu, keheningan vila hanya diputus oleh suara dering telepon yang mendadak. Ayla, yang sedang tenggelam dalam lamunan di teras belakang, terlonjak kaget. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia mengangkat telepon dari Rita.“Ay, aku dengar Bram mulai menghubungi teman-temanmu. Dia benar-benar mencari kamu,” kata Rita dengan nada yang sarat kecemasan.Ayla menarik napas dalam-dalam, menatap keluar jendela yang terbuka lebar, mengarah ke kegelapan malam yang tidak memberi jawaban. “Aku nggak tahu harus apa, Rit.”“Kamu harus hati-hati. Kalau ada apa-apa, kabari aku atau Adrian. Jangan biarkan dia menemukan kamu, Ay,” desak Rita, suaranya penuh dengan kekhawatiran yang tulus.Setelah menutup telepon, Ayla duduk kembali, merenung dengan hati yang semakin resah. Ia tahu bahwa waktu yang ia miliki semakin sempit dan Bram pasti akan menemukan tempat persembunyiannya lebih cepat atau lambat.Namun, pandangannya yang
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1234568
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status