All Chapters of Satu Malam Bersama Adik Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

78 Chapters

Bab 11: Perbedaan Perhatian

“Jadi,” katanya perlahan, “Apa buku terakhir yang kamu baca?”Ayla mengernyit, mengingat-ingat. “Aku… aku lupa,” jawabnya, sedikit malu. “Kayaknya sudah lama banget sejak aku baca buku sampai selesai.”Adrian tertawa kecil, matanya menatap Ayla dengan penuh perhatian. “Wah, itu artinya kita harus mulai lagi. Kamu mau pinjam salah satu dari koleksiku?”Ayla tertawa pelan. “Aku nggak tahu, Adrian. Buku-bukumu kelihatan terlalu serius buat aku.”Mereka berdua tertawa kecil, dan untuk pertama kalinya malam itu, Ayla merasa beban di dadanya sedikit berkurang. Percakapan sederhana itu membawa kehangatan yang sudah lama hilang dari hidupnya.Waktu berlalu tanpa mereka sadari. Angin malam berhembus pelan melalui jendela ruang tamu ya
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 12: Terlalu Merindukan Adrian

Adrian muncul dari dapur beberapa menit kemudian, membawa dua cangkir teh hangat. Ia melihat Ayla masih duduk di meja makan, memandangi cangkir kopinya yang belum tersentuh. Langkahnya melambat saat ia mendekat, dan senyumnya kecil muncul di wajahnya.“Kamu nggak minum kopi itu?” tanya Adrian, meletakkan salah satu cangkir teh di meja di depan Ayla.Ayla mendongak, menatap Adrian yang kini sudah duduk di kursi di seberangnya. “Aku lupa,” katanya pelan, mengangkat bahu. “Aku cuma… mikir.”Adrian memiringkan kepalanya, menatap Ayla dengan ekspresi yang penuh perhatian. “Mikir apa?”Ayla tersenyum kecil, tapi senyum itu tidak sampai ke matanya. “Aku nggak tahu. Mungkin mikir tentang semuanya.”Adrian mengangguk pelan, matanya ti
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 13: Bersandar pada Bayang yang Salah

Pagi itu hujan turun dengan lembut, membasahi jalanan dan menyisakan bau tanah basah yang menyenangkan. Ayla duduk di meja dapur dengan secangkir teh di tangannya.Matanya menatap kosong ke arah jendela, di mana tetes-tetes hujan beradu dengan kaca, membentuk pola yang terus berubah. Hujan selalu membawa ketenangan untuknya, tapi pagi ini ketenangan itu terasa seperti sebuah ilusi.Ponselnya yang tergeletak di atas meja tiba-tiba bergetar. Ia melirik layar dan melihat nama Rita berkedip di sana. Sahabatnya. Ayla ragu sejenak sebelum akhirnya mengangkat panggilan itu."Halo?" suara Rita terdengar ceria di seberang sana, seperti biasa."Halo, Rita," jawab Ayla, suaranya pelan tapi hangat."Kamu di rumah? Aku lagi dekat rumah ka
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 14: Bram Bersama Wanita

Sore itu, Ayla sedang merapikan kamar tamu ketika suara langkah kaki Adrian terdengar mendekat. Ia mengetuk pintu pelan sebelum masuk, membawa setumpuk buku di tangannya."Kamu lagi sibuk?" tanyanya, senyumnya muncul seperti biasanya—hangat dan ramah.Ayla menggeleng, lalu tersenyum kecil. "Nggak, aku cuma merapikan ini sedikit."Adrian meletakkan buku-buku itu di meja kecil dekat jendela, lalu bersandar pada kusen pintu. "Aku bisa bantu kalau kamu butuh," katanya sambil menyilangkan tangannya di dada.Ayla menggeleng lagi, kali ini dengan senyum yang lebih tulus. "Nggak perlu, aku bisa sendiri. Lagipula, ini cuma pekerjaan kecil."Adrian memandang Ayla dengan tatapan yang sulit ditebak. Ia tahu ada sesuatu yang berbeda denga
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 15: Kekecewaan Pada Bram

Ketika akhirnya ia sampai di tempat itu, Ayla duduk diam di dalam mobil selama beberapa detik. Ia menatap restoran yang terlihat hangat dari luar, dengan lampu kuning yang memancarkan cahaya lembut ke jalanan yang basah. Jantungnya berdegup kencang.Ia tidak tahu apa yang akan ia temukan di dalam, tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa mundur sekarang.Ayla melangkah masuk ke restoran dengan hati-hati, matanya langsung menyapu ruangan. Butuh waktu beberapa detik sebelum ia menemukannya—Bram duduk di meja dekat jendela, bersama seorang wanita muda berambut panjang.Wanita itu tertawa kecil sambil menyentuh lengan Bram, dan Bram membalas dengan senyum yang tidak pernah Ayla lihat lagi di rumah.Ayla berdiri terpaku di tempatnya. Rasanya seperti dunia di sekitarnya berhenti. Suar
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 16: Dukungan dari Adrian

Adrian tidak memaksa. Ia hanya duduk di sana, bahunya hampir menyentuh bahu Ayla, memberikan kehadiran yang tenang. Hening menyelimuti mereka selama beberapa menit, hanya suara hujan di luar yang terdengar mengisi ruang kosong di antara mereka.Akhirnya, Adrian berbicara. “Aku tahu ini berat buat kamu,” katanya pelan, matanya memandang lurus ke depan. “Dan aku nggak akan bilang aku ngerti sepenuhnya apa yang kamu rasain. Tapi… aku ada di sini, Ayla.”Ayla mengangkat wajahnya sedikit, menatap profil Adrian yang tampak tenang. Kata-katanya sederhana, tapi ada kejujuran yang membuat hati Ayla terasa sedikit lebih ringan.“Adrian,” katanya dengan suara bergetar, “Kenapa semua ini terjadi? Apa aku yang salah?”Adrian menoleh, menatap Ayla dengan mata yang penuh kesedihan dan
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 17: Ketakutan Ayla

Malam itu, setelah Adrian pergi ke kamarnya, Ayla duduk sendirian di ruang tamu. Ia menatap jendela yang gelap, mendengarkan hujan yang masih terus turun di luar. Di dalam dirinya, ada sebuah perasaan yang sulit ia jelaskan—sebuah perasaan hangat yang begitu berbeda dari rasa sakit yang ia alami selama ini.Tapi di balik kehangatan itu, ada rasa bersalah yang terus mengintip. Ayla tahu bahwa apa yang ia rasakan terhadap Adrian tidak seharusnya ada. Tapi bagaimana caranya melawan sesuatu yang terus tumbuh, tanpa ia sadari, tanpa ia inginkan?Ia menarik napas panjang, menutup matanya. Untuk malam ini, ia membiarkan dirinya bersandar pada bayang yang salah. Ia tahu itu salah, tapi ia juga tahu bahwa di sana, ia menemukan sesuatu yang telah lama hilang—sebuah rasa yang selama ini ia cari.Langit malam gelap sempurna, ta
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 18: Menghadapi Bram

“…Aku takut kehilangan diriku sendiri,” lanjut Ayla, suaranya pecah di akhir kalimat.Adrian tidak berkata apa-apa. Ia hanya menunduk, menyentuh tangan Ayla yang dingin dengan lembut. Sentuhan itu sederhana, tapi cukup untuk membuat Ayla merasa bahwa ia tidak sendirian.“Kamu nggak akan kehilangan dirimu sendiri, Ayla,” kata Adrian akhirnya, suaranya penuh dengan keyakinan. “Kamu hanya perlu menemukan dirimu lagi. Dan aku… aku di sini untuk membantu kamu.”Ayla menatap Adrian dengan mata yang berkaca-kaca. Kata-kata itu menyentuh sesuatu yang dalam di dalam dirinya, sesuatu yang selama ini ia coba abaikan. Ia tahu bahwa apa yang ia rasakan untuk Adrian bukan lagi sekadar rasa nyaman. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih dalam, dan lebih nyata.Namun, di balik itu semua, a
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 19: Pengkhianatan Terbongkar

Pintu depan terbuka dengan suara lembut, dan Bram masuk dengan langkah berat. Jasnya basah oleh gerimis, rambutnya sedikit berantakan. Tanpa melihat ke arah Ayla, ia melepas sepatunya dengan gerakan cepat, lalu berjalan ke ruang tamu sambil meraih ponselnya dari saku.“Aku sudah pulang,” katanya singkat, tanpa menatap Ayla.Ayla menelan ludah. Ia memerhatikan Bram selama beberapa detik, mencoba mengumpulkan keberanian. Ketika akhirnya ia berbicara, suaranya terdengar lebih kuat dari yang ia kira.“Kita perlu bicara.”Bram berhenti, menoleh dengan alis terangkat. “Tentang apa?” tanyanya, nada suaranya penuh kebosanan.Ayla menarik napas panjang. “Tentang kamu. Tentang aku. Tentang… perempuan itu.”
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 20: Dukungan dari Adrian

Ketika suara mobil Bram menghilang di kejauhan, Ayla membiarkan dirinya jatuh ke lantai, lututnya tidak lagi mampu menopang tubuhnya. Adrian segera berlutut di sampingnya, menatap Ayla dengan penuh kekhawatiran.“Ayla,” katanya pelan, menyentuh bahu wanita itu.Ayla mengangkat wajahnya, air matanya jatuh tanpa henti. “Aku nggak tahu, Adrian. Aku nggak tahu bagaimana aku bisa terus menjalani ini.”Adrian tidak menjawab. Ia hanya menarik Ayla ke dalam pelukannya, memegangnya erat seolah-olah mencoba menyatukan kembali potongan-potongan hati Ayla yang hancur.“Kamu nggak harus menjalani ini sendirian,” bisik Adrian, suaranya rendah dan penuh dengan rasa sakit yang ia rasakan untuk Ayla. “Aku di sini. Aku akan selalu di sini.”Da
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
123456
...
8
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status