Semua Bab Satu Malam Bersama Adik Suamiku: Bab 21 - Bab 30

78 Bab

Bab 21: Malam Sunyi Kesendirian

Ayla menatap Adrian dengan mata yang penuh emosi. Untuk sesaat, ia merasakan sesuatu yang hangat di tengah semua dingin yang menyelimuti hatinya. Tapi ia juga tahu bahwa kehangatan itu hanya sementara.“Adrian,” katanya pelan, suaranya hampir pecah. “Aku nggak tahu apakah aku cukup kuat untuk mengakhiri ini. Tapi aku juga nggak tahu apakah aku cukup kuat untuk melanjutkannya.”Adrian mengangguk pelan, melepaskan genggamannya dengan hati-hati. “Aku ngerti,” katanya. “Kamu nggak perlu memutuskan sekarang. Aku cuma ingin kamu tahu kalau aku ada di sini.”Hening kembali menyelimuti mereka. Hanya suara jangkrik dan angin malam yang terdengar, seolah-olah dunia luar tidak tahu apa yang sedang terjadi di antara dua hati yang sedang berperang dengan dirinya sendiri.Ayla berdiri
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 22: Ayla Pantas Bahagia

Adrian duduk di lantai, bersila di hadapan Ayla. Ia tidak berkata apa-apa untuk beberapa saat, hanya menatap Ayla yang masih menggenggam bingkai foto itu erat-erat. Hening di antara mereka terasa berat, tapi bukan hening yang canggung.Itu adalah hening yang penuh dengan rasa peduli, hening yang memberi ruang bagi Ayla untuk membuka diri tanpa tekanan.“Kamu menangis,” kata Adrian akhirnya, matanya masih terfokus pada wajah Ayla.Ayla tertawa kecil, meski suara tawanya terdengar lebih seperti isak yang terputus. “Aku selalu menangis akhir-akhir ini,” katanya. “Sepertinya aku nggak bisa berhenti.”Adrian tidak langsung merespons. Ia meraih bingkai foto dari tangan Ayla dengan gerakan hati-hati, meletakkannya di lantai di samping mereka. Lalu ia menggenggam tangan Ayla, je
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 23: Adrian Sang Teman Bicara

Pagi itu, mentari muncul perlahan di balik jendela dapur rumah Ayla. Cahaya keemasan menyelinap masuk melalui celah tirai, menyapu meja makan dan lantai keramik yang masih dingin. Aroma teh jahe hangat tercium samar, bercampur dengan suara gemerisik angin pagi.Ayla berdiri di depan wastafel, membiarkan air dingin mengalir membasahi jemarinya. Pikirannya melayang jauh, lebih jauh dari rumah yang ia tempati, lebih jauh dari apa yang seharusnya ia pikirkan.Di sudut dapur, Adrian berdiri bersandar di kusen pintu, mengamati Ayla tanpa suara. Kaosnya yang sedikit kusut menempel pas di tubuhnya, dan rambutnya terlihat acak-acakan, tanda ia baru bangun tidur. Tapi matanya—mata itu tidak pernah tampak lelah.Mereka memancarkan sesuatu yang lembut, hangat, tapi juga menyimpan kebimbangan yang sulit dijelaskan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 24: Pengkhianatan yang Terbongkar

Namun, meski kebersamaan itu terasa indah, Ayla tidak bisa mengabaikan perasaan bersalah yang terus menghantuinya. Setiap kali ia menatap Adrian, ada dua hal yang muncul di benaknya—rasa cinta yang tumbuh semakin dalam, dan bayangan Bram yang perlahan mulai memudar.Di malam harinya, ketika Adrian hendak kembali ke kamar tamu, Ayla memanggilnya.“Adrian,” katanya pelan.Adrian berhenti di ambang pintu, menoleh. “Ya?”Ayla mendekatinya, berhenti hanya beberapa langkah darinya. Ia menatap mata Adrian, mencoba mencari kekuatan dalam tatapan itu.“Apa menurutmu kita bisa melewati ini?” tanyanya, suaranya nyaris pecah.Adrian menatap Ayla lama, seolah mencari jawaban di dalam dirinya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 25: Langit Sekelam Hati Ayla

Bram tertawa sinis, melangkah mundur dengan tangan yang gemetar. “Ini benar-benar lucu,” katanya. “Kamu, yang bahkan nggak punya rumah sendiri, mencoba memberi tahu aku bagaimana caranya menjalani pernikahan?”“Bram, cukup!” Ayla akhirnya berteriak. Suaranya pecah, tapi jelas membawa rasa sakit yang mendalam.Bram menoleh ke arahnya, terkejut dengan ledakan emosi itu. “Cukup?” tanyanya, wajahnya penuh dengan ekspresi yang tidak percaya. “Ini hidup aku, Ayla. Kamu pikir kamu bisa bicara seperti itu setelah apa yang kamu lakukan?”Ayla menatap Bram dengan mata yang penuh air mata. “Aku nggak melakukan apa-apa yang salah,” katanya dengan suara bergetar.“Tapi kamu? Kamu sudah menyakiti aku berkali-kali. Kamu mengabaikan aku, memperlakukan aku seperti aku nggak ada. Jadi jan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 26: Memilih Antara Dua Hati

"Kamu bilang itu mudah, tapi aku tahu ini nggak sesederhana itu. Bagaimana aku bisa membuat keputusan yang tidak akan menyakiti siapa pun? Aku tidak ingin melukai kamu, Adrian. Tapi aku juga tidak ingin terus menyakiti Bram, meskipun aku tahu dia juga sudah menyakiti aku lebih dulu."Adrian menghela napas, lalu duduk di lantai di depan Ayla. Ia mendongak untuk melihat wajah Ayla yang masih terlihat lelah."Ayla," katanya, suaranya rendah tapi penuh ketulusan, "Kadang dalam hidup, kita harus membuat pilihan yang memang akan menyakitkan seseorang. Tapi kamu juga harus ingat, kamu berhak memilih kebahagiaanmu sendiri. Itu bukan egois. Itu adalah hak kamu."Kata-kata itu menggema di dalam kepala Ayla. Ia tahu Adrian benar. Tapi bagaimana caranya ia bisa menghadapi kenyataan bahwa apa pun pilihannya, akan ada hati yang h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 27: Bayang-Bayang Keputusan

“Jadi, kamu mau sampai kapan kayak gini, Ay?” Suara Rita menggema di ruang tamu kecil yang dihiasi secangkir teh hangat di atas meja kayu. Wajah sahabatnya itu menatap lurus ke arahnya, penuh dengan rasa khawatir bercampur tuntutan. Ayla menghela napas pelan, jemarinya meremas ujung kain rok yang ia pakai.“Aku… aku nggak tahu, Rita,” jawab Ayla akhirnya, suaranya lirih. Pandangannya terarah pada bunga anggrek yang mulai layu di sudut ruangan. Seperti itulah hatinya sekarang—layu, kehilangan warna. “Aku nggak tahu harus mulai dari mana.”Rita menyandarkan tubuhnya ke sofa, melipat tangan di depan dada. Matanya menyipit, menilai Ayla yang duduk di depannya seperti seorang hakim yang me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 28: Masa Lalu yang Menghantui

“Ayla.” Suara Bram terdengar dingin, menggema di antara hembusan angin malam. Ayla membeku, punggungnya kaku, sementara tangan Adrian mengepal erat di sisi tubuhnya. Bram melangkah mendekat, sorot matanya tajam seperti pisau yang menusuk langsung ke dadanya.“Apa yang kamu lakukan di sini… sama dia?” Bram melirik Adrian dengan tatapan penuh kecurigaan.Ayla membuka mulut, tapi tidak ada kata yang keluar. Suasana di antara mereka terasa berat, nyaris tak tertahankan. Adrian akhirnya melangkah maju, tubuhnya tegang seperti kawat yang tertarik.“Aku cuma… aku hanya memastikan Ayla baik-baik saja, Kak,” kata Adrian dengan suara yang dipaksaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 29: Rahasia dalam Kesendirian

Malamnya, Ayla berdiri di depan lemari pakaiannya, menatap pakaian-pakaian yang berjejer rapi. Ia menarik sebuah sweater, lalu memeluknya. Itu adalah sweater yang Bram berikan padanya di ulang tahun pernikahan pertama mereka.Saat ia menutup lemari, sebuah kotak kecil di sudut rak menarik perhatiannya. Kotak itu berisi surat-surat lama dari Bram, tulisan tangan yang penuh janji-janji manis. Ayla membuka salah satu surat itu, membaca tulisan yang sudah mulai memudar.“Ayla, kamu adalah segalanya untukku. Aku janji nggak akan pernah berhenti mencintai kamu.”Air mata mengalir di pipinya. Janji itu pernah terasa nyata, tapi kini hanya menjadi bayangan masa lalu. Ayla menutup kotak itu dengan gemetar, lalu terduduk di lantai, terisak sendirian.Di luar, hujan mul
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 30: Kilasan Rasa yang Terluka

Setelah Adrian pergi, Ayla duduk lama di sofa. Ia memandangi bayangan dirinya di cermin besar di sudut ruangan, mencoba mengenali sosok yang ada di sana. Apakah ia masih Ayla yang dulu? Atau ia sudah menjadi orang lain, seseorang yang bahkan tidak ia kenali?Ia membuka ponselnya dan mengetik pesan pada Rita."Aku nggak tahu lagi, Rit. Semuanya terlalu sulit."Tak lama, Rita membalas."Kamu harus tanya ke diri kamu sendiri, Ay. Apa yang sebenarnya kamu mau? Kalau kamu nggak tahu, nggak ada yang bisa bantu kamu."Ayla membaca pesan itu berulang kali. Kata-kata Rita benar, tapi mencari jawabannya tidak semudah itu.Di tempat lain, Adrian duduk di kamarnya, memandangi foto lama diriny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status