Beranda / Rumah Tangga / Satu Malam Bersama Adik Suamiku / Bab 27: Bayang-Bayang Keputusan

Share

Bab 27: Bayang-Bayang Keputusan

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 12:35:51

“Jadi, kamu mau sampai kapan kayak gini, Ay?”

Suara Rita menggema di ruang tamu kecil yang dihiasi secangkir teh hangat di atas meja kayu. Wajah sahabatnya itu menatap lurus ke arahnya, penuh dengan rasa khawatir bercampur tuntutan. Ayla menghela napas pelan, jemarinya meremas ujung kain rok yang ia pakai.

“Aku… aku nggak tahu, Rita,” jawab Ayla akhirnya, suaranya lirih. Pandangannya terarah pada bunga anggrek yang mulai layu di sudut ruangan. Seperti itulah hatinya sekarang—layu, kehilangan warna. “Aku nggak tahu harus mulai dari mana.”

Rita menyandarkan tubuhnya ke sofa, melipat tangan di depan dada. Matanya menyipit, menilai Ayla yang duduk di depannya seperti seorang hakim yang me

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 28: Masa Lalu yang Menghantui

    “Ayla.” Suara Bram terdengar dingin, menggema di antara hembusan angin malam. Ayla membeku, punggungnya kaku, sementara tangan Adrian mengepal erat di sisi tubuhnya. Bram melangkah mendekat, sorot matanya tajam seperti pisau yang menusuk langsung ke dadanya.“Apa yang kamu lakukan di sini… sama dia?” Bram melirik Adrian dengan tatapan penuh kecurigaan.Ayla membuka mulut, tapi tidak ada kata yang keluar. Suasana di antara mereka terasa berat, nyaris tak tertahankan. Adrian akhirnya melangkah maju, tubuhnya tegang seperti kawat yang tertarik.“Aku cuma… aku hanya memastikan Ayla baik-baik saja, Kak,” kata Adrian dengan suara yang dipaksaka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 29: Rahasia dalam Kesendirian

    Malamnya, Ayla berdiri di depan lemari pakaiannya, menatap pakaian-pakaian yang berjejer rapi. Ia menarik sebuah sweater, lalu memeluknya. Itu adalah sweater yang Bram berikan padanya di ulang tahun pernikahan pertama mereka.Saat ia menutup lemari, sebuah kotak kecil di sudut rak menarik perhatiannya. Kotak itu berisi surat-surat lama dari Bram, tulisan tangan yang penuh janji-janji manis. Ayla membuka salah satu surat itu, membaca tulisan yang sudah mulai memudar.“Ayla, kamu adalah segalanya untukku. Aku janji nggak akan pernah berhenti mencintai kamu.”Air mata mengalir di pipinya. Janji itu pernah terasa nyata, tapi kini hanya menjadi bayangan masa lalu. Ayla menutup kotak itu dengan gemetar, lalu terduduk di lantai, terisak sendirian.Di luar, hujan mul

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 30: Kilasan Rasa yang Terluka

    Setelah Adrian pergi, Ayla duduk lama di sofa. Ia memandangi bayangan dirinya di cermin besar di sudut ruangan, mencoba mengenali sosok yang ada di sana. Apakah ia masih Ayla yang dulu? Atau ia sudah menjadi orang lain, seseorang yang bahkan tidak ia kenali?Ia membuka ponselnya dan mengetik pesan pada Rita."Aku nggak tahu lagi, Rit. Semuanya terlalu sulit."Tak lama, Rita membalas."Kamu harus tanya ke diri kamu sendiri, Ay. Apa yang sebenarnya kamu mau? Kalau kamu nggak tahu, nggak ada yang bisa bantu kamu."Ayla membaca pesan itu berulang kali. Kata-kata Rita benar, tapi mencari jawabannya tidak semudah itu.Di tempat lain, Adrian duduk di kamarnya, memandangi foto lama diriny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 31: Dunia yang Terpisah

    Untuk sesaat, hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Ayla menatap suaminya, berharap ada pengakuan, atau mungkin… penyesalan. Tapi yang ia dapatkan hanyalah ekspresi keras dan dingin.“Kamu nggak punya hak untuk ngomong seperti itu,” kata Bram akhirnya. “Kamu istri aku, Ayla. Dan selama kamu masih istri aku, kamu nggak punya alasan buat mencampuri urusan aku.”Ayla tertegun. Kata-kata itu seperti pisau tajam yang menusuk tepat di hatinya. Ia menatap Bram, berharap ini hanyalah mimpi buruk. Tapi tidak. Ini kenyataan.Tanpa berkata apa-apa lagi, Bram melangkah pergi ke kamar, meninggalkan Ayla sendirian di dapur yang dingin.Pukul satu dini hari, Ayla duduk di sofa ruang tamu. Matanya bengkak karena menangis, tapi ia tak mampu berhenti. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 32: Detak Jantung Tak Terkontrol

    Malam itu, Ayla duduk di meja makan dengan piring yang kosong di depannya. Bram belum pulang, seperti biasa. Pikirannya terus berputar, mengingat kata-kata Adrian, juga janji-janji yang pernah dibuat Bram bertahun lalu.Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Nama Rita muncul di layar.“Ay, kamu di rumah?” tanya Rita begitu Ayla menjawab.“Iya. Ada apa, Rit?”“Aku baru balik dari supermarket. Aku lihat Bram… sama dia.” Suara Rita terdengar pelan, seperti enggan menyakiti.Ayla terdiam. Perasaannya campur aduk—antara kecewa, marah, dan sedih yang tak terbendung. “Mereka di mana?” tanyanya akhirnya, nadanya nyaris berbisik.“D

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 33: Tak Bisa Berhenti Memikirkan

    Ketika mereka keluar dari kafe, matahari mulai terbenam, meninggalkan semburat jingga yang memudar di langit. Udara dingin sore itu terasa menenangkan, tetapi juga menyelimuti mereka dengan rasa gelisah.Adrian berjalan di sebelah Ayla, menjaga jarak yang sopan meskipun ada dorongan untuk mendekat. Ayla menggenggam tasnya erat-erat, langkahnya pelan dan ragu.“Ayla,” Adrian memanggilnya, menghentikan langkahnya di trotoar.Ayla berbalik, keningnya berkerut. “Apa?”Adrian terdiam sejenak, seolah mencoba menemukan kata-kata yang tepat. “Kalau… suatu hari nanti, semuanya terlalu berat buat kamu, kamu bisa datang ke aku. Kapan saja.”Kata-kata itu sederhana, tetapi dampaknya begitu besar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 34: Cemburu dalam Diam

    Adrian duduk di bangku panjang di halaman belakang rumah Bram, ditemani secangkir kopi hitam yang sudah mendingin. Matanya terpaku pada pemandangan taman yang mulai gelap seiring senja memudar. Suara angin yang menyisir dedaunan terasa menenangkan, tetapi pikirannya tidak bisa diam.Dari jendela kaca ruang tamu, ia bisa melihat Ayla duduk bersama Bram. Mereka tidak berbicara. Bram sibuk dengan ponselnya, sementara Ayla hanya menatap meja di depannya, jemarinya bermain dengan cangkir teh yang belum disentuh.Pemandangan itu menusuk Adrian. Dia ada di sana, bersamanya. Tetapi jarak yang terlihat antara Ayla dan Bram lebih menyakitkan daripada jika mereka terlihat mesra.Adrian menggigit bibirnya, menundukkan kepala. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa perasaannya salah, bahwa ini hanyalah cerminan dari kesalahannya di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 35: Rencana Melarikan Diri

    Malam itu, Ayla dan Adrian kembali bertemu, kali ini di sebuah kafe kecil di pinggir kota. Adrian memperhatikan Ayla yang terlihat lebih tegang dari biasanya.“Bram mulai curiga,” kata Ayla tanpa basa-basi.Adrian menegakkan tubuhnya, ekspresinya berubah serius. “Dia bilang apa?”“Dia bilang kamu terlalu sering ke rumah.” Ayla menunduk, memainkan ujung gelas kopinya. “Aku takut, Adrian. Kalau dia tahu…”Adrian meraih tangannya, membuat Ayla mendongak. “Aku nggak akan biarkan dia sakiti kamu, Ay. Apapun yang terjadi.”Kata-kata itu sederhana, tetapi ada tekad kuat di baliknya. Ayla merasa sedikit tenang, meskipun rasa takut masih menggantung di dadanya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 176: Cinta yang Terus Hidup

    Siang itu, di antara kehangatan matahari yang lembut, Adrian dan Aruna melangkah memasuki toko bunga. Mereka sepakat untuk menambahkan tanaman baru ke taman kecil di rumah, sebuah tempat yang selalu terasa seperti ruang istimewa untuk keluarga mereka.Rak-rak yang dipenuhi bunga warna-warni menyapa mereka dengan aroma segar dan pemandangan yang memanjakan mata.Saat melewati deretan bunga mawar, langkah Aruna terhenti di depan mawar putih yang tersusun rapi dalam keranjang rotan. Jemarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak salah satu bunga, seolah takut merusaknya."Mama suka mawar putih, kan, Pa?" tanyanya sambil menoleh ke arah Adrian, matanya penuh kenangan.Adrian tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Iya. Dia bilang mawar putih itu lambang cinta yang murni. Meja makan kita hampir selalu dihiasi bunga ini."Aruna tersenyum, seolah menemukan jawaban atas kerinduan yang samar. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, memeluknya dengan lembut sepe

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 175: Cinta yang Membanggakan

    Sore itu, Adrian dan Aruna duduk di ruang kerja Ayla, sebuah sudut kecil yang seakan menyimpan jiwa pemiliknya. Rak-rak penuh buku berjajar rapi, dihiasi benda-benda kecil yang seolah berbicara tentang kenangan masa lalu.Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, memantulkan rona keemasan di dinding ruangan.Aruna, yang sedang menelusuri rak buku, tiba-tiba menemukan sebuah jurnal tua dengan nama Ayla tertulis di sampulnya. Tulisan tangan itu sederhana, tetapi penuh makna.“Ini jurnal Mama?” tanya Aruna dengan nada ingin tahu sambil membuka halaman pertama.Adrian yang duduk di sofa dekat jendela mengangguk perlahan. “Iya. Mama kamu selalu suka menulis. Baginya, itu cara terbaik untuk menyampaikan apa yang tidak sempat diungkapkan dengan kata-kata.”Dengan hati-hati, Aruna mulai membaca halaman demi halaman. Tulisan Ayla mencatat berbagai momen penting dalam hidupnya—dari pertemuan pertamanya dengan Adrian hingga keb

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 174: Mengenang yang Terkasih

    Malam itu, setelah Aruna kembali ke rumahnya sendiri, Adrian duduk sendirian di ruang keluarga. Di hadapannya tergeletak sebuah album foto yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu.Jari-jarinya perlahan membuka halaman demi halaman, menghidupkan kembali senyum Ayla yang terbingkai dalam setiap gambar. Setiap potret adalah pengingat akan cinta dan kebahagiaan yang pernah memenuhi hidupnya.Tangannya terhenti pada sebuah foto pernikahan. Ayla tampak memukau dalam balutan gaun putih yang anggun, sementara Adrian di sampingnya terlihat muda, penuh semangat, dan percaya diri. Ia memandang gambar itu lama, seolah ingin menangkap kembali momen kebahagiaan yang tak tergantikan.“Ayla,” bisiknya dengan suara yang serak oleh emosi. “Aku harap kamu tahu... aku selalu mencintai kamu. Setiap hari. Setiap detik.”Ia memejamkan mata, membiarkan arus kenangan membanjiri pikirannya. Meski dadanya terasa sesak oleh rasa rindu yang menusuk, ada kehang

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 173: Warisan Cinta

    Hari-hari setelah kepergian Ayla adalah masa yang sulit bagi Adrian. Kesedihan seperti bayangan yang selalu mengikutinya, tetapi ia tahu, Ayla tidak pernah benar-benar pergi. Setiap sudut rumah mereka menyimpan kenangan; dindingnya seolah berbisik tentang tawa dan percakapan mereka.Setiap bunga yang mekar di taman menjadi peringatan akan cinta yang mereka bangun dengan penuh kasih sayang.Di malam-malam sunyi, Adrian sering duduk di kursi goyang di teras belakang, memandang bintang-bintang yang berkelip di langit gelap. Ada rasa damai sekaligus rindu yang melingkupi hatinya."Aku nggak akan lupa janji kita, Ay," gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara desir angin. "Aku akan terus hidup dengan bahagia, untukmu."Cinta mereka tidak berhenti di situ. Cinta itu tetap hidup, bersemayam dalam setiap kenangan yang mereka ciptakan, dalam napas Aruna—putri kecil mereka yang menjadi buah hati dari kisah cinta yang tak tergantikan.

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 172: Saling Menemani Hingga Akhir

    Hujan turun perlahan, butirannya meliuk-liuk di kaca jendela kamar Ayla dan Adrian, seakan menari dalam kesunyian malam.Udara dingin menembus hingga ke tulang, namun di dalam kamar itu, kehangatan terasa begitu nyata—kehangatan yang berasal dari cinta yang telah mereka rawat bersama selama bertahun-tahun. Ayla terbaring di tempat tidur, tubuh mungilnya dibalut selimut tebal.Wajahnya tampak pucat, tapi sorot matanya tetap memancarkan kelembutan yang menjadi ciri khasnya, kelembutan yang selalu membuat Adrian jatuh cinta.Adrian duduk di kursi kecil di samping tempat tidur, sebuah buku terbuka di tangannya. Suaranya lembut saat ia membacakan cerita, setiap kata meluncur seperti irama yang menenangkan. Ia seolah ingin menjadikan kata-kata itu jubah hangat yang membungkus hati Ayla.“...dan akhirnya, sang putri menemukan kebahagiaan di tempat yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah akhir yang mungkin tak sempurna, tapi cukup untuk membuatnya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 171: Kehidupan Penuh Cinta

    Di meja makan, aroma kopi yang baru diseduh dan roti panggang yang masih hangat memenuhi udara pagi itu. Adrian duduk di seberang Ayla, mengaduk kopinya dengan gerakan pelan, sesekali melirik istrinya yang tengah menikmati sarapannya.Keheningan di antara mereka terasa nyaman, seolah tak perlu ada kata-kata untuk mengisi ruang. Namun tiba-tiba, Adrian membuka suara, suaranya lembut namun cukup jelas memecah kesunyian."Aku ingat," katanya, senyuman tipis menghiasi wajahnya.Ayla mengangkat alis, meletakkan sendoknya dengan hati-hati. Tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Ingat apa?" tanyanya lembut.Adrian tersenyum kecil, matanya menatap Ayla dengan sorot yang sulit diartikan. "Waktu pertama kali aku sadar kalau aku jatuh cinta sama kamu," ucapnya pelan, seperti berbicara langsung dari hatinya.Kata-kata itu membuat Ayla tertegun. Dia tidak menduga Adrian akan mengungkit kenangan itu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, tapi s

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 170: Perpisahan Menguatkan

    Adrian terdiam. Tatapannya mengabur, diselimuti emosi yang terus ia tahan agar tak tumpah. "Ay, aku nggak mau membicarakan itu sekarang," ucapnya pelan, nyaris berbisik."Tapi aku perlu kamu dengar, Din," balas Ayla, suaranya tegas namun tetap lembut, seperti angin sore yang menyentuh kulit tanpa melukai. "Aku tahu kamu mencintaiku. Aku tahu kamu rela melakukan apa saja untukku. Tapi, Din, aku juga ingin kamu tahu… kebahagiaanmu penting buatku. Sama pentingnya."Adrian menatap Ayla lama, seolah-olah sedang mencari sesuatu di dalam matanya—sebuah harapan, mungkin. Matanya, yang biasa penuh dengan ketenangan, kini berkilat, dihiasi air mata yang menunggu untuk jatuh."Aku nggak bisa bayangkan hidup tanpa kamu, Ay," gumamnya akhirnya, suaranya nyaris pecah.Ayla tersenyum, walaupun air mata mulai menitik di pipinya. "Aku nggak akan pernah benar-benar pergi, Din. Aku akan selalu ada di sini." Jemarinya perlahan menyent

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 169: Tantangan Terakhir

    Sesampainya di rumah, Adrian langsung mengantar Ayla ke kamar. Dengan penuh perhatian, ia merapikan bantal dan menyelimuti tubuh istrinya yang tampak kelelahan. Ayla hanya bisa tertawa kecil, senyumnya menghangatkan suasana."Din, aku bukan anak kecil," ucap Ayla lembut, tangannya menyentuh pipi Adrian dengan kehangatan yang membuatnya sejenak terhenti.Adrian mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Tatapannya penuh kasih. "Aku tahu kamu bukan anak kecil. Tapi kamu istriku, Ay, dan aku akan selalu memastikan kamu baik-baik saja."Nada suaranya—tenang namun tegas—membuat Ayla terdiam. Ia meraih tangan Adrian, menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kamu tahu, Din? Aku nggak pernah merasa seaman ini sebelumnya. Terima kasih karena selalu ada untukku."Adrian tersenyum lembut. Ia membawa tangan Ayla ke bibirnya, mengecupnya dengan perlahan. "Aku nggak akan pernah pergi, Ay. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Nggak ada yang bisa mem

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 168: Momen dalam Kedamaian

    Hari itu berlalu dalam kehangatan yang sederhana, namun begitu membekas di hati. Setelah sarapan bersama—ritual pagi yang selalu mereka nikmati dengan tawa kecil dan obrolan ringan—Ayla mengusulkan ide untuk mencoba resep baru yang ia temukan di buku masak lamanya.Adrian, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut terjun ke dapur.“Duh, ini kayaknya kebanyakan gula, deh,” keluh Adrian sambil mengaduk adonan kue dengan raut penuh keraguan.Ayla tertawa kecil, melirik suaminya dengan tatapan geli sembari tangannya cekatan memotong cokelat hitam. “Nggak apa-apa, kalau terlalu manis, kita kasih aja ke anak-anak tetangga. Mereka pasti suka.”Adrian mengangguk pelan, meski garis ragu di keningnya belum juga sirna. Ia mencuri pandang ke arah Ayla, yang tengah sibuk bekerja dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu nggak, Ay? Ada satu hal lagi yang bikin aku bangga selain Aruna."Ayla berhenti sejenak, alisn

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status