Home / Rumah Tangga / Satu Malam Bersama Adik Suamiku / Bab 50: Meninggalkan Semuanya

Share

Bab 50: Meninggalkan Semuanya

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-01-27 14:42:57

Malam itu, Adrian tiba di vila seperti biasa, mengetuk pintu dengan senyum kecil yang terukir di wajahnya. Namun, senyum itu segera memudar saat ia melihat ekspresi Ayla yang tampak murung.

"Ada apa?" tanya Adrian, langkahnya terus mengarah ke dalam tanpa menunggu Ayla mengundangnya masuk.

Ayla menunduk, menghindari tatapan Adrian yang penuh kekhawatiran. "Kita harus bicara, Adrian," suaranya lembut, tapi sarat dengan keseriusan.

Adrian menatap Ayla dengan cermat, rahangnya mengencang. "Ini tentang Bram, kan? Apa lagi yang dia lakukan kali ini?"

Ayla menggeleng pelan, matanya mulai berkaca-kaca. "Ini bukan tentang apa yang dia lakukan. Ini tentang kita, Adrian. Tentang apa yang seharusnya tidak pernah terjadi."

Adrian terdiam sejenak, namun kemudian langkahnya mendekat, berdiri tepat di hadapan Ayla. "Ayla, aku tahu ini sulit. Tapi aku mencintaimu. Dan aku tahu kamu juga mencintaiku."

Ayla menatap Adrian, air mata mulai mengalir di pipinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 51: Akankah Ayla Kembali?

    Di sudut yang lain dari kehidupan yang sederhana, Adrian menetapkan dirinya di sebuah kursi kayu yang berada di teras rumahnya yang nyaman. Jari-jarinya yang gugup menggenggam selembar kertas yang telah lusuh—pesan dari Ayla yang ia temukan di vila tempat mereka pernah berbagi kenangan.Pesan itu sudah dibaca berkali-kali, namun kata-kata di dalamnya tetap menusuk relung hatinya, seolah baru saja ditulis.“Aku harus pergi. Bukan karena aku ingin menjauh darimu, tapi karena aku perlu menemukan siapa diriku sebenarnya.”Napas panjang Adrian terhembus, matanya mengarah lurus ke hamparan pepohonan yang berdiri tegak di depannya, saksi bisu atas rasa rindu yang menggebu.Di dalam hatinya, dia mengerti bahwa Ayla sedang berjuang dengan pencariannya atas kedamaian, tapi pemahaman itu tak cukup untuk mengurangi bobot kerinduannya.“Kenapa harus sejauh ini, Ay?” bisiknya lembut, seakan-akan berbicara kepada angin yang lembut me

    Last Updated : 2025-01-28
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 52: Isyarat Tersembunyi

    Hujan gerimis turun perlahan, membasahi jalanan yang tampak dari depan rumah besar keluarga Adityo. Udara dingin merayap masuk melalui celah-celah jendela, memaksa Ayla untuk menggosok-gosok tangannya demi tetap merasa hangat.Dengan langkah yang berat, ia berdiri di depan pintu, menarik napas dalam-dalam untuk mengumpulkan keberanian sebelum mengetuk.Sudah berminggu-minggu sejak terakhir kali ia menginjakkan kaki di tempat ini—suatu tempat yang dulu terasa seperti rumah, namun kini lebih mirip penjara penuh kenangan yang menghantuinya.Ia belum mengerti apa yang mendorong Bram memintanya datang ke sini, hanya suara dingin dan memerintah Bram di telepon yang terus terngiang di kepalanya.Sebelum Ayla sempat mengetuk, pintu tiba-tiba terbuka. Bram berdiri tepat di ambang pintu, dengan setelan jasnya yang rapi dan ekspresi wajah yang datar bagaikan patung marmer—mengagumkan namun tampak hampa.“Akhirnya kamu datang,” ucap Bra

    Last Updated : 2025-01-28
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 53: Masa Depan yang Membingungkan

    Setelah beberapa saat berat, Ayla mulai berbicara dengan suara yang lebih tenang, namun penuh tekad. “Aku akan pergi, Bram. Aku tidak ingin ini menjadi lebih buruk untuk kita semua.” Bram hanya mendengus, raut wajahnya tidak menunjukkan perubahan apa pun, tetapi dia tidak menghalanginya.“Lakukan apa yang kamu mau, Ayla. Tapi ingat, kamu tidak akan pernah benar-benar bebas dariku,” katanya dengan nada mengancam.Kata-kata Bram itu menggema di kepala Ayla saat ia melangkah keluar dari rumah, dengan langkah yang terasa semakin berat, diikuti oleh Adrian yang setia. Di depan pintu, Adrian meraih tangan Ayla, menahannya sejenak. “Ayla, aku—”“Jangan, Adrian,” potong Ayla cepat, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak bisa membiarkanmu terjebak dalam semua ini.”Adrian menggenggam tangannya lebih erat, tatapannya penuh rasa sakit. “Tapi aku ingin ada untukmu, Ay.”Ayla menatapnya lam

    Last Updated : 2025-01-29
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 54: Pertemuan yang Menyentuh Hati

    Di rumahnya yang sunyi, Bram duduk dalam kesendirian di ruang kerjanya, wajahnya memancarkan aura ketenangan yang menyesatkan. Di atas mejanya, terpajang sebuah foto Ayla dan Adrian yang didapatkannya dari seseorang yang dia percaya.Jemarinya menggenggam erat, tapi sebuah senyum tipis tersungging, menggambarkan rencana yang sudah matang di benaknya.“Kalau kamu pikir bisa lari dariku, Ayla, kamu salah,” gumamnya penuh keyakinan. “Aku akan memastikan semuanya berjalan sesuai keinginanku.” Tak lama, ia meraih teleponnya dan menghubungi seseorang dengan pesan yang jelas, “Aku ingin kamu menyiapkan segalanya. Kita selesaikan ini secepat mungkin.”Ketika malam mulai merangkak masuk, Adrian menerima sebuah pesan singkat dari Ayla yang singkat namun penuh arti: “Aku baik-baik saja, Adrian. Jangan khawatir. Tapi tolong, jangan cari aku.”Adrian memandangi layar ponselnya, rasa hancur menggelayuti hatinya, namun ia

    Last Updated : 2025-01-29
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 55: Ketidakpastian dalam Hati

    Di sudut taman, Ayla melangkah menjauh dari kerumunan, mencoba menenangkan diri. Angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, tetapi pikirannya tetap tidak bisa tenang.Adrian menemukannya di sana, berdiri diam dengan tangan dimasukkan ke dalam saku. Ia mendekat perlahan, memastikan Ayla tidak merasa terganggu. “Kamu nggak terlihat nyaman,” katanya.Ayla menoleh, menghela napas panjang. “Aku nggak tahu kenapa aku setuju datang ke sini. Ini semua terasa salah.”Adrian melangkah lebih dekat, tetapi tetap menjaga jarak yang sopan. “Nggak ada yang salah, Ay. Kamu punya hak untuk ada di sini.”Ayla tertawa kecil, suaranya penuh kegetiran. “Kamu lihat bagaimana orang-orang memandang kita tadi? Mereka pasti sudah mulai mencurigai sesuatu.”Adrian menggeleng. “Biarkan mereka berpikir apa yang mereka mau. Yang penting adalah apa yang kita tahu tentang diri kita sendiri.”Ayla memandang Adrian de

    Last Updated : 2025-01-30
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 56: Terperangkap di Antara Dua Dunia

    Keesokan harinya, Rita tiba di rumah Ayla tanpa pemberitahuan sebelumnya, membawa sebungkus croissant yang masih hangat dan secangkir kopi. Dengan langkah yang terasa menghibur, ia meletakkan semuanya di meja dapur."Kamu nggak angkat teleponku semalam," kata Rita, memulai percakapan dengan nada yang ringan namun penuh kekhawatiran. "Jadi, aku datang untuk memastikan kamu nggak ngurung diri di sini."Ayla tersenyum tipis, matanya masih sembap dari malam yang tak banyak tidur. "Maaf, aku lagi nggak ingin bicara," ujarnya, suaranya lembut.Rita duduk di depan Ayla, matanya tidak lepas dari wajah temannya. "Ayla, aku tahu ini berat. Tapi kamu harus berhenti menyalahkan dirimu sendiri."Ayla menggenggam cangkir kopinya dengan kedua tangan, mencari kehangatan. "Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan, Rita," desahnya. "Aku mencintai Adrian, tapi aku nggak bisa membohongi diriku sendiri. Hubungan kami salah. Dan Bram... dia nggak akan pernah membiarkan aku pe

    Last Updated : 2025-01-30
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 57: Penolakan yang Menyayat Hati

    Malam itu, keheningan lebih terasa daripada biasanya, meski angin malam menerbangkan daun-daun kering di jalanan yang sepi. Ayla berdiri di balkon kecil rumahnya, memandangi langit gelap yang hanya diterangi oleh kilauan beberapa bintang.Dengan tangan yang memeluk diri sendiri, ia mencoba mencari kehangatan di tengah dinginnya udara dan pikirannya yang terus menerus bergolak.Langkah kaki Adrian mulai terdengar dari arah tangga. Sosoknya muncul di pintu balkon, wajahnya menunjukkan kelelahan yang mendalam namun juga sebuah tekad yang tak tergoyahkan.Ayla tidak merasa terkejut melihatnya; setelah deretan pesan singkat yang mereka tukarkan, ia tahu Adrian pasti akan datang.“Kamu nggak keberatan aku masuk?” tanya Adrian dengan suara pelan, seakan merasakan berat suasana yang Ayla alami.Ayla menoleh sedikit, memberikan anggukan singkat sebagai jawaban. “Aku tahu kamu akan datang,” sahutnya, suaranya serak oleh emosi.

    Last Updated : 2025-01-31
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 58: Menghilang dari Kehidupan Ayla

    Sementara itu, di sudut kamarnya yang tenang, Ayla duduk memeluk lututnya yang dingin. Hatinya berkeping-keping, namun ia mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa tindakannya sudah tepat. Di balik keyakinan itu, ia sadar, melepaskan Adrian bukan berarti rasa sakit ini akan lenyap.Cinta mereka mungkin dilarang, tapi itu adalah cinta paling tulus yang pernah ia rasakan—begitu nyata dan menggugah.Di tempat yang jauh berbeda, suara Bram yang puas terdengar melalui sambungan telepon. “Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Aku tidak mau ada kesalahan. Ayla harus kembali ke tempatnya—di sampingku,” ujarnya dengan nada penuh otoritas.Bayang-bayang ancaman Bram semakin mendekat, sementara Adrian dan Ayla tenggelam dalam luka yang mendalam. Namun, benarkah kisah mereka akan berakhir di sini? Atau mungkin, masih ada jalan cerita yang lebih besar menanti mereka di depan?Kota itu diguyur hujan deras, suasana menjadi semakin muram. Di apar

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 142: Bersama dalam Ujian

    Adrian tiba di rumah sore itu dengan langkah gontai. Sekilas pandang, Ayla sudah bisa menangkap duka yang tergurat di wajahnya. Sebelum suara Adrian sempat memecah kesunyian, Ayla menyambutnya dengan senyum yang hangat dan lembut."Kamu kelihatan lelah, Sayang. Aku sudah siapkan sayur lodeh kesukaanmu, mungkin bisa mengusir sedikit kepenatanmu," ujarnya sambil menarik Adrian ke meja makan.Adrian hanya mengangguk perlahan, kemudian mendekati Ayla dan memeluknya erat. Dalam dekapan itu, Ayla mengusap punggung Adrian, memberikan kelembutan yang menjadi penawar lelahnya. "Terima kasih, Ay," bisik Adrian dengan suara yang serak dan penuh emosi.Malam itu, mereka duduk bersantap bersama, dengan Aruna yang manis terlelap di pangkuan Adrian. Meski kesedihan masih menggelayut di hati Adrian, Ayla mulai berbicara mengenai beberapa ide cemerlang untuk mengatur keuangan mereka lebih baik lagi."Bagaimana kalau kita mulai dengan memasak lebih sering di rumah? Saya ju

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 141: Cobaan Keuangan

    Malam itu, atmosfer di rumah kecil mereka terasa berbeda. Biasanya, suara tawa Aruna atau celoteh ringan Ayla dan Adrian mengisi setiap sudut ruang tamu. Namun, malam ini, keheningan merayap masuk, seolah membawa bayangan yang berat dan tak terhindarkan.Adrian duduk termenung di meja makan, wajahnya tertunduk, tersembunyi di antara kedua tangannya yang kuat. Selembar kertas dengan tulisan yang rapi dan kecil tergeletak tak berdaya di depannya—laporan keuangan yang baru saja diterimanya dari kantornya.Ayla, berdiri di ambang pintu dapur, memperhatikan suaminya dengan cemas."Adrian?" suaranya terdengar lirih, seolah takut untuk memecah keheningan yang menggantung di udara.Adrian mendongak, matanya terlihat lelah, mencerminkan beban yang ia pikul. Ia memaksakan senyum, meski bibirnya sedikit gemetar. "Hey, Ay. Kamu belum tidur?"Ayla mendekat, menarik kursi dan duduk di seberangnya. "Bagaimana aku bisa tidur kalau kamu terlihat begitu tertek

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 140: Petualangan Keluarga Kecil

    "Terima kasih," ucap Ayla tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh dengan rasa syukur yang mendalam.Adrian menoleh, keheranan tergambar dari alisnya yang terangkat. "Untuk apa?" tanyanya, rasa ingin tahu memenuhi suaranya."Untuk semuanya," lanjut Ayla, matanya menatap Adrian dengan penuh arti. "Untuk tetap di sini, untuk mencintai aku apa adanya... bahkan ketika aku merasa bukan siapa-siapa lagi." Suaranya semakin lembut, seolah-olah takut mengganggu kesunyian yang menyelimuti ruangan itu.Adrian tidak ragu-ragu, bangkit dari kursinya, dan duduk tepat di sebelah Ayla di sofa empuk itu. Dengan perlahan, ia menarik Ayla ke dalam pelukannya, sebuah pelukan yang memberikan kehangatan dan perlindungan."Kamu tidak pernah menjadi 'bukan siapa-siapa', Ay. Bagiku, kamu adalah segalanya. Kamu adalah rumahku. Kamu tahu itu, bukan?"Di bawah naungan pelukan itu, Ayla mengangguk, biarkan detak jantung Adrian, yang terdengar stabil dan menenangkan, menjadi iram

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 139: Menjaga Api Cinta

    Mereka berkendara menuju sebuah danau kecil di pinggiran kota, tempat yang dulu kerap mereka singgahi sebelum kehadiran Aruna. Udara segar dan pemandangan yang berwarna-warni hijau itu menyambut mereka, menghadirkan kedamaian yang telah lama mereka idamkan.Adrian memandang ke sekeliling dengan rasa takjub. "Aku enggak percaya kamu masih ingat jalan ke tempat ini," ucapnya penuh keheranan."Tentu saja aku ingat," sahut Ayla sambil membuka keranjang piknik yang telah ia persiapkan dengan teliti. "Di sini, di tempat ini, kamu pertama kali mengungkapkan cintamu padaku."Sebuah tawa kecil terlepas dari bibir Adrian, wajahnya memerah seketika. "Itu adalah salah satu momen yang paling menggetarkan hatiku. Aku takut sekali kamu tidak akan membalas perasaanku," kenangnya."Namun aku membalasnya, bukan?" Ayla membalas dengan senyum menggoda yang memancar dari matanya.Adrian tertawa lagi, lalu dengan lembut duduk di samping Ayla. "Kamu lebih dari seka

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 138: Tanpa Gangguan

    Janji itu mulai diwujudkan Ayla beberapa hari kemudian. Dengan semangat baru, ia berusaha mengatur ulang jadwalnya, menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat sehingga malam-malamnya bisa dihabiskan bersama Adrian dan Aruna.Suasana rumah pun kini lebih hangat, setiap detik bersama terasa lebih berharga.Pada suatu malam yang dingin, Ayla menyiapkan kejutan manis untuk Adrian. Setelah Aruna terlelap, ia mengubah ruang tamu menjadi oasis kecil yang tenang dan romantis dengan lampu redup dan lilin aromaterapi yang memenuhi udara dengan wangi yang menenangkan.Di atas meja kecil, ia menata dua cangkir teh hangat yang menguap dan beberapa camilan ringan yang menggugah selera.Ketika Adrian melangkah keluar dari kamar Aruna, ia terkejut dan terpesona melihat transformasi ruang tamu mereka. “Ini apa?” tanyanya, bibirnya mengembang dalam senyum yang tak bisa disembunyikan.“Ini malam kita,” jawab Ayla lembut, matanya berbinar saat

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 137: Kesibukan yang Menyita

    Pagi itu, sinar matahari menerobos jendela rumah kecil itu, menari-nari di antara aroma kopi yang baru saja diseduh. Ayla, dengan lengan blusnya yang tergulung rapi, tengah sibuk berkelana di dapur sambil sesekali memeriksa daftar tugas yang berderet di layar ponselnya.Di meja makan, suasana menjadi lebih hangat saat Adrian dengan lembut menyuapi Aruna, putri kecil mereka yang ceria, sambil sesekali membuat suara lucu, “aaaa… nyam!” yang selalu berhasil membuat Aruna tertawa gembira.“Aduh, Adrian, kamu nggak lihat file presentasiku di meja kerja, kan?” tanya Ayla, suaranya terdengar memantul dari dapur ke ruang tengah. “Kayaknya tadi malam aku taruh di sana deh.”Dengan alisnya yang sedikit terangkat, Adrian menoleh, “Yang file biru itu? Udah aku simpan di rak paling atas, biar Aruna nggak jadi mainan lagi.”“Ah, iya, benar sekali. Makasih ya,” sahut Ayla, sambil berlari kecil menuju rak

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 136: Perkenalan dengan Nadya

    Pertemuan yang semula kikuk itu mulai mencair berkat usaha Nadya. Dengan nada ramah, ia memperkenalkan diri,"Namaku Nadya," ucapnya sambil menyunggingkan senyum hangat kepada Ayla dan Adrian. "Senang sekali bisa berjumpa dengan kalian berdua. Bram sering sekali menceritakan tentang kalian."Ayla, terbawa suasana hangat tersebut, membalas dengan senyum lembut. "Senang bertemu denganmu juga, Nadya. Kamu terlihat seperti seseorang yang hangat dan menyenangkan."Nadya tertawa kecil, matanya berbinar saat menoleh ke arah Bram dengan penuh kelembutan. "Terima kasih, Ayla. Mungkin itu juga pengaruh dari Bram, dia memang orang yang istimewa."Ayla memperhatikan senyum tipis yang tersungging di wajah Bram—sesuatu yang langka ia saksikan. Bram tampaknya lebih santai, lebih terbuka, seperti terbebas dari beban.Adrian, yang ingin memastikan percakapan tetap mengalir, bertanya, "Jadi, kapan kalian berencana menikah?""Dua bulan lagi," sahut Nadya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 135: Kehadiran Baru dalam Hidup Bram

    Acara pertunangan itu berlangsung dengan gemerlap dan penuh tawa, namun bagi Ayla, sorotan malam itu bukanlah pada Bram dan Nadya.Sorotan itu tertuju pada kesadaran mendalam yang muncul di antara dia dan Adrian, tentang bagaimana mereka telah tumbuh dan berkembang bersama sebagai sepasang kekasih.Di sebuah sudut ruangan yang tenang, mereka berdua duduk bersisian di meja kecil, menikmati seiris kue yang lezat sambil terlibat dalam percakapan yang ringan namun penuh makna.Adrian dengan lembut menyeka sisa krim yang terselip di sudut bibir Ayla menggunakan ibu jarinya, suatu gerakan kecil yang mengundang tawa lembut dari Ayla."Kamu ini, selalu saja punya cara untuk membuatku tersipu," ujar Ayla sembari memberikan tepukan ringan di lengan Adrian.Adrian hanya tersenyum simpul, matanya berbinar dengan keseriusan. "Aku hanya ingin kamu tahu betapa berharganya kamu di hatiku. Sayang, kita sudah melewati banyak hal bersama. Terkadang aku bertanya-tanya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 134: Kedewasaan Cinta

    Hari pernikahan Bram tiba lebih cepat dari yang Ayla bayangkan. Setelah memutar berbagai pertimbangan dalam pikirannya, ia akhirnya memutuskan untuk absen. Baginya, hadir hanya akan membuka kembali luka lama yang telah ia usahakan untuk sembuh.Namun, pada malam yang sama, suasana di ruang tamu rumah Ayla terasa hangat dan nyaman. Ayla dan Adrian tenggelam dalam dunia film yang mereka tonton, ditemani tawa riang Aruna yang sesekali terdengar.Suasana itu sempat terhenti ketika Adrian tiba-tiba bertanya dengan nada penuh perhatian, "Kamu yakin dengan keputusanmu itu?"Ayla menoleh, matanya menatap Adrian dengan tatapan yang mengandung kebulatan tekad. "Yakin," jawabnya, mantap. "Aku sudah melangkah terlalu jauh untuk mundur. Bram sekarang punya kehidupannya, dan aku juga. Tidak perlu aku membuktikan sesuatu dengan kehadiranku di sana."Senyum mengembang di wajah Adrian, dia kemudian meraih tangan Ayla, menggenggamnya erat. "Kamu sudah melangkah sangat jauh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status