Beranda / Rumah Tangga / Satu Malam Bersama Adik Suamiku / Bab 55: Ketidakpastian dalam Hati

Share

Bab 55: Ketidakpastian dalam Hati

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 14:03:46

Di sudut taman, Ayla melangkah menjauh dari kerumunan, mencoba menenangkan diri. Angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, tetapi pikirannya tetap tidak bisa tenang.

Adrian menemukannya di sana, berdiri diam dengan tangan dimasukkan ke dalam saku. Ia mendekat perlahan, memastikan Ayla tidak merasa terganggu. “Kamu nggak terlihat nyaman,” katanya.

Ayla menoleh, menghela napas panjang. “Aku nggak tahu kenapa aku setuju datang ke sini. Ini semua terasa salah.”

Adrian melangkah lebih dekat, tetapi tetap menjaga jarak yang sopan. “Nggak ada yang salah, Ay. Kamu punya hak untuk ada di sini.”

Ayla tertawa kecil, suaranya penuh kegetiran. “Kamu lihat bagaimana orang-orang memandang kita tadi? Mereka pasti sudah mulai mencurigai sesuatu.”

Adrian menggeleng. “Biarkan mereka berpikir apa yang mereka mau. Yang penting adalah apa yang kita tahu tentang diri kita sendiri.”

Ayla memandang Adrian de

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 56: Terperangkap di Antara Dua Dunia

    Keesokan harinya, Rita tiba di rumah Ayla tanpa pemberitahuan sebelumnya, membawa sebungkus croissant yang masih hangat dan secangkir kopi. Dengan langkah yang terasa menghibur, ia meletakkan semuanya di meja dapur."Kamu nggak angkat teleponku semalam," kata Rita, memulai percakapan dengan nada yang ringan namun penuh kekhawatiran. "Jadi, aku datang untuk memastikan kamu nggak ngurung diri di sini."Ayla tersenyum tipis, matanya masih sembap dari malam yang tak banyak tidur. "Maaf, aku lagi nggak ingin bicara," ujarnya, suaranya lembut.Rita duduk di depan Ayla, matanya tidak lepas dari wajah temannya. "Ayla, aku tahu ini berat. Tapi kamu harus berhenti menyalahkan dirimu sendiri."Ayla menggenggam cangkir kopinya dengan kedua tangan, mencari kehangatan. "Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan, Rita," desahnya. "Aku mencintai Adrian, tapi aku nggak bisa membohongi diriku sendiri. Hubungan kami salah. Dan Bram... dia nggak akan pernah membiarkan aku pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 57: Penolakan yang Menyayat Hati

    Malam itu, keheningan lebih terasa daripada biasanya, meski angin malam menerbangkan daun-daun kering di jalanan yang sepi. Ayla berdiri di balkon kecil rumahnya, memandangi langit gelap yang hanya diterangi oleh kilauan beberapa bintang.Dengan tangan yang memeluk diri sendiri, ia mencoba mencari kehangatan di tengah dinginnya udara dan pikirannya yang terus menerus bergolak.Langkah kaki Adrian mulai terdengar dari arah tangga. Sosoknya muncul di pintu balkon, wajahnya menunjukkan kelelahan yang mendalam namun juga sebuah tekad yang tak tergoyahkan.Ayla tidak merasa terkejut melihatnya; setelah deretan pesan singkat yang mereka tukarkan, ia tahu Adrian pasti akan datang.“Kamu nggak keberatan aku masuk?” tanya Adrian dengan suara pelan, seakan merasakan berat suasana yang Ayla alami.Ayla menoleh sedikit, memberikan anggukan singkat sebagai jawaban. “Aku tahu kamu akan datang,” sahutnya, suaranya serak oleh emosi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 58: Menghilang dari Kehidupan Ayla

    Sementara itu, di sudut kamarnya yang tenang, Ayla duduk memeluk lututnya yang dingin. Hatinya berkeping-keping, namun ia mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa tindakannya sudah tepat. Di balik keyakinan itu, ia sadar, melepaskan Adrian bukan berarti rasa sakit ini akan lenyap.Cinta mereka mungkin dilarang, tapi itu adalah cinta paling tulus yang pernah ia rasakan—begitu nyata dan menggugah.Di tempat yang jauh berbeda, suara Bram yang puas terdengar melalui sambungan telepon. “Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Aku tidak mau ada kesalahan. Ayla harus kembali ke tempatnya—di sampingku,” ujarnya dengan nada penuh otoritas.Bayang-bayang ancaman Bram semakin mendekat, sementara Adrian dan Ayla tenggelam dalam luka yang mendalam. Namun, benarkah kisah mereka akan berakhir di sini? Atau mungkin, masih ada jalan cerita yang lebih besar menanti mereka di depan?Kota itu diguyur hujan deras, suasana menjadi semakin muram. Di apar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 59: Mencari Pelarian

    Adrian menikmati senja yang memeluk langit dari balkon penginapannya, seraya warna oranye dan merah muda yang perlahan mengisi cakrawala. Ia tenggelam dalam kedamaian sesaat itu, namun ketenangan tersebut cepat berlalu.Bayangan Ayla terus menghantui setiap sudut pikirannya, menolak untuk dilupakan, tidak peduli seberapa jauh langkahnya menggema.Ketenangan itu terusik oleh suara langkah kaki yang terdengar dari luar kamar. Dengan langkah ragu, Adrian beranjak, mendekati pintu dan membukanya dengan hati-hati. Betapa terkejutnya dia ketika di depannya berdiri Ayla—dengan wajah yang terlihat lelah namun dipenuhi harapan.“Ayla?” Adrian tergagap, suaranya hampir tak terdengar.Ayla memandangnya dengan mata yang berkaca-kaca. “Aku tidak bisa hidup tanpamu, Adrian,” ucapnya, penuh emosi.Kata-kata itu bergetar di udara, memenuhi ruangan kecil dengan kehangatan dan ketegangan yang nyata. Adrian hanya bisa memandanginya, hati

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 60: Adrian Kembali Pulang

    Di tengah malam yang semakin pekat, Ayla meraih ponselnya dan menuliskan pesan berisi curahan hati untuk sahabatnya, Rita. "Rita, aku bingung, apakah aku mampu bertahan dengan keadaan ini terus-menerus? Hatiku terasa begitu letih."Tidak lama kemudian, layar ponselnya berkedip dengan balasan dari Rita, "Kamu harus mendengarkan apa kata hatimu, Ay. Jangan terlalu memaksakan diri."Meski pesan itu tampak sederhana, kata-katanya menembus dalam ke relung hati Ayla. Ia menyadari bahwa untuk mencapai ketenangan, ia harus berani menghadapi perasaannya, bukan melarikan diri dari kenyataan.Namun, di saat Ayla mulai merenungkan langkah berikutnya, bayang-bayang ancaman dari Bram masih terasa menggantung di udara, layaknya awan gelap yang siap meledak sewaktu-waktu.Malam itu, ketika Ayla terlelap di sofa, mimpinya dipenuhi dengan sosok Adrian yang tersenyum manis memanggil namanya. Namun di balik sosok Adrian, Bram berdiri dengan tatapan penuh kemarahan yang semak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 61: Ancaman dari Bram

    Ketika Ayla tiba di rumah pada malam yang menyelimuti, ia menemukan sebuah amplop yang tersembunyi di bawah pintu. Dengan tangan yang bergetar, ia membukanya dan menemukan foto-foto dirinya dan Adrian yang tertangkap lensa di kafe. Sebuah catatan singkat terlipat di dalamnya, menggetarkan sarafnya:"Kamu pikir aku tidak tahu? Hati-hati, Ayla."Kepanikan menjalar dalam darahnya saat Ayla terduduk lemas di lantai. Ia tahu, Bram adalah pengirim pesan itu.Di tempat lain, Adrian mendapat pesan dari sebuah nomor yang tidak ia kenal. Isinya singkat, tetapi cukup untuk membuat jantungnya berdesir:"Jika kamu benar-benar mencintainya, lepaskan dia."Nadi Adrian berdenyut keras, mengetahui bahwa ini adalah ancaman dari Bram. Namun, tekadnya bulat untuk tidak menyerah begitu saja. Malam itu, baik Ayla maupun Adrian terjaga, dikungkung oleh bayang-bayang gelap ancaman Bram.Namun, cinta yang mereka rasakan terbukti lebih tangguh dari ketakutan yang men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 62: Kembali Ke Pelukan Terlarang

    Di hari yang baru, suasana di kafe kecil tempat Ayla, Adrian, dan Rita sering berkumpul terasa lebih hangat dan nyaman dari biasanya. Cahaya matahari menyelinap masuk, memantul lembut pada meja kayu tempat mereka duduk.Ayla dan Adrian baru saja bergabung dengan Rita yang sudah menunggu dengan rasa penasaran yang jelas tergambar di wajahnya.Rita memancarkan cahaya campuran antara keterkejutan dan kegembiraan saat Ayla dengan berani mengungkapkan keputusan hatinya yang telah lama dia pendam—dia telah memilih untuk bersama Adrian.“Jadi, kalian benar-benar bersama sekarang?” Rita bertanya, matanya berbinar mencari kepastian.Ayla mengangguk, senyumnya merekah sambil memegang tangan Adrian yang hangat di bawah meja. “Aku tahu ini mungkin tidak mudah untuk kita semua, Rita. Tapi aku telah memutuskan. Ini yang terbaik,” katanya dengan nada yang menenangkan.Senyum Rita tersungging, meskipun ada lapisan kekhawatiran yang ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 63: Mata Penuh Kecurigaan

    Waktu tampaknya bermain lembut di antara mereka, bergerak lambat seolah enggan berlalu, namun malam tetap tak kenal lelah melangkah menuju fajar.Di tengah suasana itu, mereka berbagi cerita tentang serpihan masa lalu; masa kecil yang berlalu, impian yang sempat mereka genggam, serta luka-luka yang masih membara. Dengan nada yang pahit, namun bebas dari kebencian, Adrian membuka cerita tentang Bram.Di sisi lain, dengan suara yang lebih lembut dari bisikan, Ayla menggambarkan pernikahannya yang perlahan tapi pasti mulai terasa seperti jeruji besi."Apa kamu tahu," ucap Adrian sambil matanya menerawang ke langit-langit, "aku selalu iri dengan Bram. Dia selalu mendapatkan yang terbaik, termasuk... termasuk kamu."Ayla menggeleng cepat, matanya sedih. "Adrian, kamu salah paham. Aku bukan yang terbaik untuk siapa pun. Bahkan terkadang aku ragu, apakah aku cukup baik bahkan untuk diriku sendiri."Dengan pandangan yang tajam tapi dipenuhi kehangatan, Adr

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 176: Cinta yang Terus Hidup

    Siang itu, di antara kehangatan matahari yang lembut, Adrian dan Aruna melangkah memasuki toko bunga. Mereka sepakat untuk menambahkan tanaman baru ke taman kecil di rumah, sebuah tempat yang selalu terasa seperti ruang istimewa untuk keluarga mereka.Rak-rak yang dipenuhi bunga warna-warni menyapa mereka dengan aroma segar dan pemandangan yang memanjakan mata.Saat melewati deretan bunga mawar, langkah Aruna terhenti di depan mawar putih yang tersusun rapi dalam keranjang rotan. Jemarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak salah satu bunga, seolah takut merusaknya."Mama suka mawar putih, kan, Pa?" tanyanya sambil menoleh ke arah Adrian, matanya penuh kenangan.Adrian tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Iya. Dia bilang mawar putih itu lambang cinta yang murni. Meja makan kita hampir selalu dihiasi bunga ini."Aruna tersenyum, seolah menemukan jawaban atas kerinduan yang samar. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, memeluknya dengan lembut sepe

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 175: Cinta yang Membanggakan

    Sore itu, Adrian dan Aruna duduk di ruang kerja Ayla, sebuah sudut kecil yang seakan menyimpan jiwa pemiliknya. Rak-rak penuh buku berjajar rapi, dihiasi benda-benda kecil yang seolah berbicara tentang kenangan masa lalu.Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, memantulkan rona keemasan di dinding ruangan.Aruna, yang sedang menelusuri rak buku, tiba-tiba menemukan sebuah jurnal tua dengan nama Ayla tertulis di sampulnya. Tulisan tangan itu sederhana, tetapi penuh makna.“Ini jurnal Mama?” tanya Aruna dengan nada ingin tahu sambil membuka halaman pertama.Adrian yang duduk di sofa dekat jendela mengangguk perlahan. “Iya. Mama kamu selalu suka menulis. Baginya, itu cara terbaik untuk menyampaikan apa yang tidak sempat diungkapkan dengan kata-kata.”Dengan hati-hati, Aruna mulai membaca halaman demi halaman. Tulisan Ayla mencatat berbagai momen penting dalam hidupnya—dari pertemuan pertamanya dengan Adrian hingga keb

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 174: Mengenang yang Terkasih

    Malam itu, setelah Aruna kembali ke rumahnya sendiri, Adrian duduk sendirian di ruang keluarga. Di hadapannya tergeletak sebuah album foto yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu.Jari-jarinya perlahan membuka halaman demi halaman, menghidupkan kembali senyum Ayla yang terbingkai dalam setiap gambar. Setiap potret adalah pengingat akan cinta dan kebahagiaan yang pernah memenuhi hidupnya.Tangannya terhenti pada sebuah foto pernikahan. Ayla tampak memukau dalam balutan gaun putih yang anggun, sementara Adrian di sampingnya terlihat muda, penuh semangat, dan percaya diri. Ia memandang gambar itu lama, seolah ingin menangkap kembali momen kebahagiaan yang tak tergantikan.“Ayla,” bisiknya dengan suara yang serak oleh emosi. “Aku harap kamu tahu... aku selalu mencintai kamu. Setiap hari. Setiap detik.”Ia memejamkan mata, membiarkan arus kenangan membanjiri pikirannya. Meski dadanya terasa sesak oleh rasa rindu yang menusuk, ada kehang

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 173: Warisan Cinta

    Hari-hari setelah kepergian Ayla adalah masa yang sulit bagi Adrian. Kesedihan seperti bayangan yang selalu mengikutinya, tetapi ia tahu, Ayla tidak pernah benar-benar pergi. Setiap sudut rumah mereka menyimpan kenangan; dindingnya seolah berbisik tentang tawa dan percakapan mereka.Setiap bunga yang mekar di taman menjadi peringatan akan cinta yang mereka bangun dengan penuh kasih sayang.Di malam-malam sunyi, Adrian sering duduk di kursi goyang di teras belakang, memandang bintang-bintang yang berkelip di langit gelap. Ada rasa damai sekaligus rindu yang melingkupi hatinya."Aku nggak akan lupa janji kita, Ay," gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara desir angin. "Aku akan terus hidup dengan bahagia, untukmu."Cinta mereka tidak berhenti di situ. Cinta itu tetap hidup, bersemayam dalam setiap kenangan yang mereka ciptakan, dalam napas Aruna—putri kecil mereka yang menjadi buah hati dari kisah cinta yang tak tergantikan.

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 172: Saling Menemani Hingga Akhir

    Hujan turun perlahan, butirannya meliuk-liuk di kaca jendela kamar Ayla dan Adrian, seakan menari dalam kesunyian malam.Udara dingin menembus hingga ke tulang, namun di dalam kamar itu, kehangatan terasa begitu nyata—kehangatan yang berasal dari cinta yang telah mereka rawat bersama selama bertahun-tahun. Ayla terbaring di tempat tidur, tubuh mungilnya dibalut selimut tebal.Wajahnya tampak pucat, tapi sorot matanya tetap memancarkan kelembutan yang menjadi ciri khasnya, kelembutan yang selalu membuat Adrian jatuh cinta.Adrian duduk di kursi kecil di samping tempat tidur, sebuah buku terbuka di tangannya. Suaranya lembut saat ia membacakan cerita, setiap kata meluncur seperti irama yang menenangkan. Ia seolah ingin menjadikan kata-kata itu jubah hangat yang membungkus hati Ayla.“...dan akhirnya, sang putri menemukan kebahagiaan di tempat yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah akhir yang mungkin tak sempurna, tapi cukup untuk membuatnya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 171: Kehidupan Penuh Cinta

    Di meja makan, aroma kopi yang baru diseduh dan roti panggang yang masih hangat memenuhi udara pagi itu. Adrian duduk di seberang Ayla, mengaduk kopinya dengan gerakan pelan, sesekali melirik istrinya yang tengah menikmati sarapannya.Keheningan di antara mereka terasa nyaman, seolah tak perlu ada kata-kata untuk mengisi ruang. Namun tiba-tiba, Adrian membuka suara, suaranya lembut namun cukup jelas memecah kesunyian."Aku ingat," katanya, senyuman tipis menghiasi wajahnya.Ayla mengangkat alis, meletakkan sendoknya dengan hati-hati. Tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Ingat apa?" tanyanya lembut.Adrian tersenyum kecil, matanya menatap Ayla dengan sorot yang sulit diartikan. "Waktu pertama kali aku sadar kalau aku jatuh cinta sama kamu," ucapnya pelan, seperti berbicara langsung dari hatinya.Kata-kata itu membuat Ayla tertegun. Dia tidak menduga Adrian akan mengungkit kenangan itu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, tapi s

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 170: Perpisahan Menguatkan

    Adrian terdiam. Tatapannya mengabur, diselimuti emosi yang terus ia tahan agar tak tumpah. "Ay, aku nggak mau membicarakan itu sekarang," ucapnya pelan, nyaris berbisik."Tapi aku perlu kamu dengar, Din," balas Ayla, suaranya tegas namun tetap lembut, seperti angin sore yang menyentuh kulit tanpa melukai. "Aku tahu kamu mencintaiku. Aku tahu kamu rela melakukan apa saja untukku. Tapi, Din, aku juga ingin kamu tahu… kebahagiaanmu penting buatku. Sama pentingnya."Adrian menatap Ayla lama, seolah-olah sedang mencari sesuatu di dalam matanya—sebuah harapan, mungkin. Matanya, yang biasa penuh dengan ketenangan, kini berkilat, dihiasi air mata yang menunggu untuk jatuh."Aku nggak bisa bayangkan hidup tanpa kamu, Ay," gumamnya akhirnya, suaranya nyaris pecah.Ayla tersenyum, walaupun air mata mulai menitik di pipinya. "Aku nggak akan pernah benar-benar pergi, Din. Aku akan selalu ada di sini." Jemarinya perlahan menyent

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 169: Tantangan Terakhir

    Sesampainya di rumah, Adrian langsung mengantar Ayla ke kamar. Dengan penuh perhatian, ia merapikan bantal dan menyelimuti tubuh istrinya yang tampak kelelahan. Ayla hanya bisa tertawa kecil, senyumnya menghangatkan suasana."Din, aku bukan anak kecil," ucap Ayla lembut, tangannya menyentuh pipi Adrian dengan kehangatan yang membuatnya sejenak terhenti.Adrian mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Tatapannya penuh kasih. "Aku tahu kamu bukan anak kecil. Tapi kamu istriku, Ay, dan aku akan selalu memastikan kamu baik-baik saja."Nada suaranya—tenang namun tegas—membuat Ayla terdiam. Ia meraih tangan Adrian, menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kamu tahu, Din? Aku nggak pernah merasa seaman ini sebelumnya. Terima kasih karena selalu ada untukku."Adrian tersenyum lembut. Ia membawa tangan Ayla ke bibirnya, mengecupnya dengan perlahan. "Aku nggak akan pernah pergi, Ay. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Nggak ada yang bisa mem

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 168: Momen dalam Kedamaian

    Hari itu berlalu dalam kehangatan yang sederhana, namun begitu membekas di hati. Setelah sarapan bersama—ritual pagi yang selalu mereka nikmati dengan tawa kecil dan obrolan ringan—Ayla mengusulkan ide untuk mencoba resep baru yang ia temukan di buku masak lamanya.Adrian, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut terjun ke dapur.“Duh, ini kayaknya kebanyakan gula, deh,” keluh Adrian sambil mengaduk adonan kue dengan raut penuh keraguan.Ayla tertawa kecil, melirik suaminya dengan tatapan geli sembari tangannya cekatan memotong cokelat hitam. “Nggak apa-apa, kalau terlalu manis, kita kasih aja ke anak-anak tetangga. Mereka pasti suka.”Adrian mengangguk pelan, meski garis ragu di keningnya belum juga sirna. Ia mencuri pandang ke arah Ayla, yang tengah sibuk bekerja dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu nggak, Ay? Ada satu hal lagi yang bikin aku bangga selain Aruna."Ayla berhenti sejenak, alisn

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status