All Chapters of Satu Malam Bersama Adik Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70

80 Chapters

Bab 61: Ancaman dari Bram

Ketika Ayla tiba di rumah pada malam yang menyelimuti, ia menemukan sebuah amplop yang tersembunyi di bawah pintu. Dengan tangan yang bergetar, ia membukanya dan menemukan foto-foto dirinya dan Adrian yang tertangkap lensa di kafe. Sebuah catatan singkat terlipat di dalamnya, menggetarkan sarafnya:"Kamu pikir aku tidak tahu? Hati-hati, Ayla."Kepanikan menjalar dalam darahnya saat Ayla terduduk lemas di lantai. Ia tahu, Bram adalah pengirim pesan itu.Di tempat lain, Adrian mendapat pesan dari sebuah nomor yang tidak ia kenal. Isinya singkat, tetapi cukup untuk membuat jantungnya berdesir:"Jika kamu benar-benar mencintainya, lepaskan dia."Nadi Adrian berdenyut keras, mengetahui bahwa ini adalah ancaman dari Bram. Namun, tekadnya bulat untuk tidak menyerah begitu saja. Malam itu, baik Ayla maupun Adrian terjaga, dikungkung oleh bayang-bayang gelap ancaman Bram.Namun, cinta yang mereka rasakan terbukti lebih tangguh dari ketakutan yang men
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 62: Kembali Ke Pelukan Terlarang

Di hari yang baru, suasana di kafe kecil tempat Ayla, Adrian, dan Rita sering berkumpul terasa lebih hangat dan nyaman dari biasanya. Cahaya matahari menyelinap masuk, memantul lembut pada meja kayu tempat mereka duduk.Ayla dan Adrian baru saja bergabung dengan Rita yang sudah menunggu dengan rasa penasaran yang jelas tergambar di wajahnya.Rita memancarkan cahaya campuran antara keterkejutan dan kegembiraan saat Ayla dengan berani mengungkapkan keputusan hatinya yang telah lama dia pendam—dia telah memilih untuk bersama Adrian.“Jadi, kalian benar-benar bersama sekarang?” Rita bertanya, matanya berbinar mencari kepastian.Ayla mengangguk, senyumnya merekah sambil memegang tangan Adrian yang hangat di bawah meja. “Aku tahu ini mungkin tidak mudah untuk kita semua, Rita. Tapi aku telah memutuskan. Ini yang terbaik,” katanya dengan nada yang menenangkan.Senyum Rita tersungging, meskipun ada lapisan kekhawatiran yang ti
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 63: Mata Penuh Kecurigaan

Waktu tampaknya bermain lembut di antara mereka, bergerak lambat seolah enggan berlalu, namun malam tetap tak kenal lelah melangkah menuju fajar.Di tengah suasana itu, mereka berbagi cerita tentang serpihan masa lalu; masa kecil yang berlalu, impian yang sempat mereka genggam, serta luka-luka yang masih membara. Dengan nada yang pahit, namun bebas dari kebencian, Adrian membuka cerita tentang Bram.Di sisi lain, dengan suara yang lebih lembut dari bisikan, Ayla menggambarkan pernikahannya yang perlahan tapi pasti mulai terasa seperti jeruji besi."Apa kamu tahu," ucap Adrian sambil matanya menerawang ke langit-langit, "aku selalu iri dengan Bram. Dia selalu mendapatkan yang terbaik, termasuk... termasuk kamu."Ayla menggeleng cepat, matanya sedih. "Adrian, kamu salah paham. Aku bukan yang terbaik untuk siapa pun. Bahkan terkadang aku ragu, apakah aku cukup baik bahkan untuk diriku sendiri."Dengan pandangan yang tajam tapi dipenuhi kehangatan, Adr
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 64: Cara Menghadapi Ibu

Di kamar yang terpisah dari rumah utama, Adrian duduk termenung di pinggir ranjangnya, ruangannya dipenuhi keheningan. Jemarinya tak henti-hentinya memainkan cincin kecil yang ia ambil dari meja samping tempat tidur—tanda gelisah yang kerap muncul saat pikirannya kalut.Langit sore yang mendung memayungi kamarnya, menambah kesuraman suasana dengan bayangan-bayangan yang semakin pekat di dinding.Ketukan lembut di pintu menghentikan roda pikirannya yang menerawang. "Adrian?" suara itu halus, namun cukup untuk membuatnya tersadar. Itu suara Ayla.Adrian bergegas membuka pintu, hatinya berdebar saat mendapati Ayla berdiri di ambang pintu dengan mantel tipis yang mulai basah kuyup oleh gerimis. "Ayla? Kamu tidak seharusnya ada di sini," kata Adrian, matanya segera menyisir koridor, pastikan tidak ada yang melihat."Aku tahu," jawab Ayla cepat, suaranya serak oleh kekhawatiran. "Tapi Ibu Bram—dia mulai curiga. Aku bingung harus bagaimana."D
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 65: Amarah Bram

Di kediaman utama, Ibu Bram tengah bersemayam di sudut ruang tamu, berdampingan dengan segelas anggur merah yang mewarnai jemarinya. Matanya tidak lepas dari pintu yang sebentar lagi akan membawa kembali anak lelakinya ke pelukannya.Detak jam dinding berpadu dengan ketenangan yang mengitari ruangan, menciptakan simfoni hening yang semakin pekat.Saat pintu depan itu akhirnya terbuka, Ibu Bram perlahan menaruh gelas anggurnya di atas meja kaca, menatap Bram yang langkahnya berat, memasuki rumah. Jas yang sudah tak lagi teratur menandai hari yang panjang telah ia jalani. "Ibu," sapa Bram dengan nada lelah, melepas dasi yang segera ia lempar ke atas sofa.Kita perlu bicara," ucap Ibu Bram, langsung ke pokok pembicaraan. Suaranya tenang, tetapi matanya tidak menyembunyikan urgensi. Bram menghela napas, matanya sejenak bertemu dengan tatapan ibunya, "Ada apa lagi kali ini, Bu? Tubuhku lelah.""Ini tentang Ayla dan Adrian." Kata-kata itu cukup untuk membuat Br
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 66: Perlindungan Adrian

Dengan getaran emosional yang jelas dalam suaranya, Bram memulai percakapan yang penuh ketegangan itu. "Aku menunggu, Adrian," ucapnya, suara bergetar tidak hanya karena marah tetapi juga karena kekecewaan yang mendalam.Adrian menghela napas berat, mencoba meredam api amarah yang mulai berkobar di dalam dada. Ia berusaha keras untuk menjernihkan pikiran sebelum menjawab dengan nada yang berusaha mengusahakan kedamaian."Bram, ini tidak seperti yang kau pikir. Ada lebih banyak yang terjadi di balik semua ini."Tawa yang penuh sindiran terlontar dari Bram, menambah ketegangan yang sudah terasa menyengat. "Oh, tidak seperti yang kupikir? Kau kira aku tidak tahu? Kau kira aku buta terhadap permainanmu, Adrian?" ketusnya, suaranya penuh tuduhan.Adrian, menatap Bram dengan pandangan yang tetap dan teguh, jawabannya tegas namun diucapkan dengan kelembutan. "Jika ada yang harus kau salahkan atau marahi, biarlah itu aku. Jangan tarik Ayla ke dalam ini. Dia tidak
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 67: Cinta yang Tak Akan Mundur

Keesokan harinya, suasana hati Adrian terasa seperti mendung yang menggelayut di langit, saat ia mengantar Ayla kembali ke pelukan rumahnya yang sunyi.Mobilnya berhenti lembut, beberapa langkah dari gerbang utama—tempat yang biasanya Ayla lalui tanpa sorot mata yang mempertanyakan. Namun pagi itu, ragu menyelimuti langkahnya."Kamu yakin kamu siap menghadapi ini sendiri?" tanya Adrian, tangannya masih berteman dengan setir, matanya tak lepas dari wajah Ayla yang termenung.Ayla mengangguk pelan, suaranya bergetar tipis, "Aku harus. Kalau tidak, mereka akan mulai bertanya-tanya."Dengan tatapan yang berat, Adrian meraih tangan Ayla, menyentuhnya lembut, "Jika ada apa-apa, langsung hubungi aku. Apa pun masalahnya, aku akan datang membantumu."Senyum kecil mengambang di bibir Ayla, senyum yang tercampur dengan kekhawatiran, "Terima kasih, Adrian. Atas segalanya."Dengan hati yang berat, ia akhirnya melangkah turun, menghampiri gerbang ya
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 68: Pertarungan yang Baru Dimulai

Tapi di balik hangatnya hari itu, ada rasa gelisah yang tak kunjung pergi. Setiap tawa dan senyum yang terbagi, seolah adalah perjuangan melawan gelombang besar yang tak pernah surut.Ayla sering terbangun tengah malam, pikirannya kalut mempertanyakan nasib yang mungkin menimpa mereka jika Bram memutuskan untuk bertindak.Sementara Adrian, walau terlihat tenang, sesungguhnya ia berada dalam belenggu pikiran sendiri, mengatur strategi demi melindungi Ayla dari segala ancaman yang mungkin menghadang.Suatu pagi, dengan tekad yang membara, Ayla mengunjungi Rita. Dia merasa perlu bertukar pikiran dengan seseorang yang bisa memberikan pandangan yang lebih jernih.Ketika tiba di kafe favorit mereka, Rita telah menunggu di sudut ruangan, wajahnya berseri-seri seperti mentari pagi. Namun, ketika Ayla duduk, senyuman Rita perlahan memudar, digantikan oleh raut khawatir.“Kau terlihat lelah sekali. Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Rita deng
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 69: Pengungkapan Tak Terelakkan

Ayla membuka pintu rumah dengan hati yang berat. Langkah kakinya terasa lamban, seolah seluruh beban hari itu masih mengikutinya. Percakapan terakhir dengan Adrian terus terngiang di telinganya, seperti gema yang tak kunjung hilang.Saat ia melangkah masuk, ada sesuatu yang langsung terasa ganjil—udara di rumah itu seperti berbeda, tidak seperti biasanya. Lampu ruang tamu menyala terang, menciptakan kontras dengan suasana yang selalu sepi setiap ia pulang. Lebih aneh lagi, suara tawa lembut terdengar dari arah dalam.Ayla berhenti di ambang pintu, mengerutkan kening. Siapa yang tertawa? Ia melangkah pelan, berhati-hati seolah mendekati sesuatu yang asing. Ketika tiba di ruang tamu, pandangannya langsung tertuju pada sosok Bram yang duduk di sofa.Namun, ia tidak sendirian. Di sebelahnya, seorang wanita dengan rambut panjang yang tergerai rapi duduk, mengenakan gaun merah yang terlalu mencolok untuk disebut kebetulan.Tawa wanita itu terdengar lagi,
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 70: Menghadapi Keluarga Secara Langsung

Pagi itu, Ayla duduk di tepi ranjang penginapan, memandangi tirai yang setengah terbuka. Sinar matahari mengintip malu-malu di sela-sela lipatan kain, seolah-olah terlalu ragu untuk benar-benar menembus ruang itu.Namun, kehangatannya tidak cukup untuk mengusir dingin yang mengendap di dalam hatinya. Napas Ayla terdengar pendek-pendek, pikirannya terus berputar pada satu hal yang sama: pertemuan dengan keluarga Bram.Di sudut ruangan, Adrian duduk di kursi dekat meja kecil, wajahnya dipenuhi guratan khawatir. Setelah beberapa saat keheningan yang terasa begitu panjang, ia akhirnya angkat bicara, suaranya rendah tapi tegas.“Kau tidak perlu menghadapi ini sendirian,” katanya, menatap Ayla dengan mata yang sarat tekad. “Aku akan ada di sisimu.”Ayla menoleh, menatapnya dengan mata yang sembab namun menyimpan kilatan rasa syukur. “Adrian,” katanya lirih, suaranya hampir pecah. “Ini bukan hanya tentang aku. Keluargamu
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status