Arif duduk di beranda rumahnya, tatapannya menerawang ke arah kebun kecil di depan. Kepalanya dipenuhi berbagai pikiran yang membebani. Nama Gibran terus muncul dalam benaknya, membuat emosi yang bercampur aduk. Awalnya, Arif merasa kasihan pada sepupunya itu. Bagaimana tidak? Gibran selalu tampak terganggu, terutama sejak sosok almarhum Mira, adiknya, mulai menghantui hidupnya. Namun, rasa kasihan itu tidak bertahan lama. Gibran telah menjadi duri dalam daging, terus-menerus memprovokasi Lila dan mencoba mengorek rahasia hidup Arif. Arif menggertakkan giginya. “Kau benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti, Gibran,” gumamnya. Arif menatap tanah di bawah kakinya, mengingat malam ketika dia melakukan ritual untuk mengorbankan Mira. Gadis muda itu, adik Gibran, adalah tumbal yang telah memberi Arif kekayaan dan kejayaan. Sebelumnya, ayah Gibran juga mengalami nasib serupa. Ayahnya y
Terakhir Diperbarui : 2024-12-19 Baca selengkapnya