Semua Bab Pesugihan Kandang Bubrah: Bab 81 - Bab 90

147 Bab

81. Rahasia yang Hampir Terbongkar  

Sepanjang hari, Arif mencoba melanjutkan rutinitasnya seperti biasa. Tetapi pikirannya terus dihantui oleh pesan itu. Malamnya, ketika ia berbaring di tempat tidur, suara-suara aneh mulai terdengar. Langkah-langkah berat di luar rumah, suara bisikan di udara dan bau dupa yang tiba-tiba memenuhi kamarnya. “Tidak... ini tidak mungkin terjadi lagi,” bisik Arif pada dirinya sendiri. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa Kandang Bubrah masih menunggunya. Ritual itu adalah harga yang harus dia bayar dan waktunya semakin dekat. Pagi itu, suasana di rumah Arif terasa lebih sibuk dari biasanya. Pekerja-pekerjanya sibuk menata karung-karung jengkol untuk diangkut ke pasar. Hasan, seperti biasa, mengawasi pekerjaan dengan cekatan, sementara Arif berdiri di teras sambil memantau segala sesuatunya. Meskipun dia tampak tenang, pikirannya terus dihantui oleh pesan yang dia terima kemarin. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

 82.Gibran dalam Perangkap  

Arif duduk di beranda rumahnya, tatapannya menerawang ke arah kebun kecil di depan. Kepalanya dipenuhi berbagai pikiran yang membebani. Nama Gibran terus muncul dalam benaknya, membuat emosi yang bercampur aduk. Awalnya, Arif  merasa kasihan pada sepupunya itu. Bagaimana tidak? Gibran selalu tampak terganggu, terutama sejak sosok almarhum Mira, adiknya, mulai menghantui hidupnya. Namun, rasa kasihan itu tidak bertahan lama. Gibran telah menjadi duri dalam daging, terus-menerus memprovokasi Lila dan mencoba mengorek rahasia hidup Arif. Arif menggertakkan giginya. “Kau benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti, Gibran,” gumamnya. Arif menatap tanah di bawah kakinya, mengingat malam ketika dia melakukan ritual untuk mengorbankan Mira. Gadis muda itu, adik Gibran, adalah tumbal yang telah memberi Arif kekayaan dan kejayaan. Sebelumnya, ayah Gibran juga mengalami nasib serupa. Ayahnya y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

83. Kedekatan yang Mengundang Tanya

Hari-hari berikutnya berjalan sesuai rencana Arif. Kedekatan Gibran dan Wina mulai menjadi perbincangan hangat di desa. Wina yang biasanya sombong kini tampak lebih ramah, sementara Gibran terlihat sering menghabiskan waktu di rumah gadis itu. Arif tersenyum puas setiap kali mendengar kabar tersebut. Santet yang dia gunakan telah berhasil mengubah pandangan Gibran, membuatnya tergila-gila pada Wina. Namun, tidak semua orang menyambut kabar ini dengan senang. Lila, yang menyaksikan perubahan Gibran, merasa ada sesuatu yang tidak wajar. Suatu malam, saat mereka sedang bersiap makan malam, Lila memanggil Arif dengan nada serius. “Arif, aku ingin bicara,” katanya sambil menatap suaminya. Arif yang sedang menuangkan teh berhenti sejenak, lalu meletakkan teko di atas meja. “Ada apa, Lila?” tanyanya dengan nada tenang. Lila duduk di kursi di depannya, wajahnya penuh dengan keraguan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

84. Malam dengan Dentuman Kematian  

Arif duduk di ruang tengah bersama Lila, keduanya tampak santai setelah makan malam. Dengan hati-hati, Arif mencoba menyampaikan kabar terbaru tentang Gibran. Wajahnya tenang, tetapi pikirannya penuh perhitungan. Dia tahu bahwa informasi ini harus disampaikan dengan cara yang tepat agar Lila tidak curiga. “Lila, aku ingin memberitahumu sesuatu,” katanya dengan nada lembut. Lila yang sedang merapikan piring di meja menoleh. “Apa itu, Arif?” “Gibran... sepertinya dia benar-benar serius dengan Wina,” jawab Arif sambil tersenyum kecil. “Dia bilang ingin melamar Wina.” Lila terdiam sejenak, matanya membesar mendengar itu. “Melamar Wina?” tanyanya, nyaris tidak percaya. “Kamu serius, Arif?” Arif mengangguk sambil tertawa pelan. “Ya, dia bilang Wina adalah takdirnya. Aku pikir ini kabar baik. Setidaknya dia ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

85. Kesaksian yang Menggetarkan  

Lila terduduk lemas di sudut ruangan, wajahnya basah oleh air mata. Isaknya memenuhi udara malam yang mencekam, sementara tubuhnya bergetar tanpa henti. Kejadian di jalan utama tadi masih terbayang jelas di matanya, dan perasaan takut bercampur sedih menyelimuti seluruh dirinya. “Ayah... di mana ayah?” isaknya, sambil menggenggam lututnya erat-erat. Arif berdiri tidak jauh darinya, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menenangkan istrinya. Namun, sebelum Arif sempat mendekat, sebuah tangan menyentuh bahu Lila. Lila menoleh dengan terkejut dan di hadapannya berdiri Suryanto, ayahnya. Pria itu terlihat pucat, wajahnya seperti kehilangan darah, dan matanya merah seolah-olah ia habis menangis. Namun, ada sesuatu yang lebih menyeramkan, ekspresinya penuh dengan ketakutan. “Ayah!” seru Lila histeris, langsung memeluk pria itu. “Ayah baik-baik saja? Kenapa tadi semua oran
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

86. Desas-Desus di Pasar

Pagi itu, pasar desa penuh dengan hiruk-pikuk seperti biasanya. Para pedagang sibuk menjajakan dagangan mereka, sementara para pembeli berdesak-desakan memilih barang kebutuhan sehari-hari. Namun, di balik keramaian tersebut, ada bisikan yang tidak biasa. Desas-desus tentang kecelakaan di jalan utama mulai menyebar dari mulut ke mulut, mengubah suasana pasar yang biasanya riuh menjadi penuh dengan rasa takut dan penasaran. “Katanya tubuh pria itu menghilang, ya?” bisik seorang wanita tua kepada temannya. “Iya, hanya darah yang tertinggal. Seram sekali,” jawab temannya sambil melirik sekeliling, seolah-olah takut ada yang mendengar pembicaraan mereka. “Dan motor bututnya masih ada di sana. Tapi siapa sebenarnya pria itu? Dan kenapa tubuhnya bisa menghilang begitu saja?” Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus terdengar di sepanjang lorong pasar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

87. Isu tentang Danyang Desa Misahan.

Desas-desus tentang kecelakaan yang menimpa mertua Arif semakin tersebar cepat di pasar. Setiap pelanggan yang datang, baik yang sedang berbelanja atau sekadar bertanya-tanya, tak henti-hentinya bertanya tentang kondisi mertua Arif. Beberapa dari mereka bahkan penasaran, mengapa korban kecelakaan itu tidak pernah muncul lagi di tengah-tengah mereka. Hanya ada kabar burung yang beredar tentang kejadian tersebut, dan ini membuat banyak orang merasa gelisah. Di warung kopi yang terletak di pinggir jalan, dua orang pria tengah duduk sambil meminum kopi hangat. Mereka berbicara pelan, namun cukup untuk didengar oleh warga yang duduk tidak jauh dari mereka. "Jadi, kata orang, Arif itu tahu sesuatu soal kecelakaan itu, ya?" tanya salah seorang pria. "Entahlah, tapi Aku dengar dari orang-orang, katanya ada yang melihat Arif kemarin malam di dekat kecelakaan itu. Malah ada yang bilang, dia ngeliat sesuatu yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

88.Teror Malam yang Tak Terhentikan

Malam pertama setelah ritual larung sesaji seharusnya membawa rasa lega bagi warga desa. Namun, kenyataan berkata lain. Ketenangan itu hanya ilusi singkat, sebuah jeda sebelum badai besar menghantam. Ketika senja tiba, dan matahari perlahan tenggelam di balik cakrawala, desa kembali diselimuti ketegangan yang tak terjelaskan. Seperti ada sesuatu yang bergerak di antara bayang-bayang malam, sesuatu yang tak terlihat namun keberadaannya terasa sangat nyata. Warga mulai merasakan keanehan yang sulit dijelaskan. Suara tawa nyaring terdengar dari kejauhan, menggema di udara seperti permainan kejam yang tak seorang pun tahu asalnya. Kegelapan malam terasa lebih pekat dari biasanya, seolah-olah menyembunyikan rahasia mengerikan yang siap menerkam. Angin dingin berhembus, membawa aroma busuk yang menusuk hidung, memaksa semua orang berlindung di balik pintu-pintu yang terkunci rapat. "Ini belum selesai," pikir seorang warga dalam ketakutan, sambil m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

89. Suara Tawa Kuntilanak

Di pasar yang terletak tak jauh dari rumah Arif, beberapa orang berkumpul di warung kopi yang sederhana. Mereka berbicara pelan, saling bertukar cerita tentang kejadian-kejadian aneh yang terjadi setelah ritual di sungai. Salah satunya adalah Pak Darto, seorang pedagang yang sudah cukup lama tinggal di desa tersebut. "Jadi, Arif," Pak Darto memulai percakapan, "Apakah kamu juga dengar suara tawa itu? Suara kuntilanak, kan?" Arif yang sedang sibuk melayani pembeli hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Ah, itu hanya bayangan kalian saja. Jangan terlalu percaya pada hal-hal seperti itu," jawabnya dengan suara tenang. "Malam memang terasa sedikit menakutkan, tapi kita harus tetap tenang. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja." Namun, kata-kata Arif tak mampu meredakan rasa takut yang telah mencengkeram hati warga. Ketakutan itu semakin dalam, seperti racun yang merayap perlahan. Warga saling berbisik di sudut-sudut r
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

90. Mencari Sebab Teror

  Bayang-Bayang di Balik Pernikahan.  Arif terjaga malam itu, matanya terbuka lebar menatap langit-langit kamar yang gelap. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, menyatu dengan rasa cemas yang terus membebani pikirannya. "Kenapa semua ini tidak berakhir?" gumamnya lirih, suara yang nyaris tak terdengar di tengah keheningan malam. Teror yang mendera desa semakin hari semakin parah, meski ritual larung sesaji telah dilakukan. Seharusnya, ritual itu membawa ketenangan, namun nyatanya hanya menyisakan kekosongan dan ketegangan yang lebih pekat. Arif mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menghapus lelah yang terasa tidak hanya di tubuh, tetapi juga di jiwa. Suasana desa yang dulunya damai kini berubah menjadi mencekam. Setiap langkah warga penuh dengan kehati-hatian, setiap bisikan malam membawa rasa takut yang tidak terjelaskan. A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status