Accueil / Horor / Pesugihan Kandang Bubrah / Chapitre 91 - Chapitre 100

Tous les chapitres de : Chapitre 91 - Chapitre 100

147

91. Gadis Danyang Desa

Mbah Mijan mengernyitkan dahinya. "Aku baru sadar, Arif. Semua ini berkaitan dengan rencana pernikahan Gibran. Wanita yang akan dia nikahi, gadis itu… dia bukan sembarangan. Dia adalah gadis perawan yang tidak boleh dinikahi oleh sembarang orang. Dia adalah milik Danyang Desa. Mungkin kamu tidak tahu, tapi pernikahan itu tidak bisa terjadi begitu saja." Arif terdiam, mulutnya terasa kering. "Apa maksudnya, Mbah? Gibran… dia akan menikahi gadis itu, kan? Apa yang salah dengan itu?" Mbah Mijan mengangkat tangannya, memberikan tanda agar Arif diam. "Kamu harus mengerti, Arif. Danyang Desa tidak bisa begitu saja menyerahkan gadis itu untuk dinikahi. Gadis itu adalah titipan, bukan hanya dari keluarga, tetapi dari kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang mengikat desa Misahan. Buakn untuk menikah, jika dia dinikahi oleh orang, terutama oleh Gibran, itu bisa memicu kemarahan yang tak terbayangkan dari Danyang Desa." 
last updateDernière mise à jour : 2024-12-23
Read More

92. Tanah larangan

Pagi-pagi sekali, Arif menuju lokasi pembangunan gudang yang terletak di tepi hutan. Suasana di sekitar tempat itu terasa aneh. Udara di sana lebih dingin daripada biasanya dan meski matahari sudah mulai meninggi, bayangan-bayangan pepohonan di sekitar hutan tampak lebih gelap, seperti enggan untuk diterangi. “Pak Arif?” suara seseorang memanggilnya dari belakang. Arif berbalik dan melihat Pak Karsa, mandor proyek pembangunan gudang itu. “Pak Karya, apa yang sebenarnya terjadi di sini?” tanya Arif tanpa basa-basi. Pak Karya menggaruk-garuk kepala, raut wajahnya tampak gugup. "Jujur saja, Pak Arif, sejak proyek ini dimulai, kami sudah merasa ada yang tidak beres. Beberapa pekerja mengaku melihat bayangan besar di malam hari. Ada juga yang mendengar suara aneh dari arah hutan. Tapi kami pikir itu hanya cerita untuk menakut-nakuti saja." "Kenapa kalian tetap melanjutkan proyek in
last updateDernière mise à jour : 2024-12-23
Read More

93. Pernikahan yang Gagal, Teror yang Datang.  

Namun, di tengah ritual yang khusyuk itu, pikiran Arif tiba-tiba terganggu oleh ingatan tentang Gibran dan Wina. Rencana yang telah dia susun untuk menjebak Gibran dengan Wina ternyata gagal total. ’Kalau aku melanjutkan ini, semua akan berantakan ? Tapi kalau aku berhenti sekarang , Aku yang akan mati,’  batinnya panik. Tapi Arif meneruskan ritual itu, dia tidak akan tahu apa yang akan terjadi sebelum menyelesaikannya. Pada awalnya, segala sesuatunya berjalan dengan mulus. Gibran benar-benar tergila-gila pada Wina, bahkan sudah mulai berbicara tentang rencana pernikahan mereka. Arif merasa yakin bahwa jika Gibran menikahi Wina, dia akan mendapatkan kekuatan dan pengaruh yang lebih besar dalam desa. Dengan begitu, Arif bisa mengendalikan situasi dan memastikan Wina menjadi bagian dari rencananya. Namun, seperti sebuah sandiwara yang mendekati klimaksnya, semuanya mulai berantakan.
last updateDernière mise à jour : 2024-12-24
Read More

94. Amukan Gibran

Arif menghela napas panjang, lalu mengajak Gibran duduk. “Dengarkan aku, Gibran. Ini bukan salahku. Wina adalah gadis milik Danyang desa Misahan.” Gibran mengernyit, jelas tidak mengerti. “Apa maksudmu, Arif? Danyang? Apa hubungannya Wina dengan itu?” Arif menatapnya dengan serius. “Wina bukan gadis biasa. Dia adalah milik Danyang yang menjaga desa Misahan. Jika kau terus memaksakan pernikahan dengan Wina, itu berarti kau menentang kehendak Danyang. Dan akibatnya, desa ini akan terus mengalami teror.” Wajah Gibran memucat. “Kau bercanda, kan? Kau benar-benar percaya dengan hal-hal semacam itu?”Tangan Gibran mengepal tidak terima, semua yang di katakan Arif tidak masuk di akal sama sekali. "Bagaimana bisa, dia manusia biasa. Wina menapak tanah, bahkan dia makan - makanan yang sama seperti kita. Dimana letak dia milik Danyang Arif? Kamu bercandanya kelewatan,"  p
last updateDernière mise à jour : 2024-12-24
Read More

95. Dilematis Antara Takdir dan Ketakutan

Desas-desus yang semakin menyebar di desa membuat Gibran semakin gelisah. Nama Wina kini menjadi perbincangan di setiap sudut pasar, warung, bahkan balai desa. Di tengah aktivitas harian mereka, warga tidak bisa berhenti membicarakan tentang gadis itu, apalagi setelah serangkaian peristiwa aneh yang terjadi belakangan ini. "Siapa sangka, Wina itu bisa jadi sumber semua kekacauan ini," kata Pak Joko, seorang pedagang tua yang sering duduk di warung kopi. "Aku dengar, malam-malam ada suara tawa yang aneh, datangnya dari arah rumahnya. Sudah banyak yang mendengar, tapi siapa yang berani bicara?" "Iya, aku juga dengar! Suara tawa itu bahkan sampai bikin bulu kudukku berdiri," timpal Bu Sari, pemilik warung nasi. "Katanya, itu bukan suara manusia biasa, bisa jadi suara roh halus. Mereka bilang Wina dilindungi oleh danyang desa Misahan, jadi kita tidak bisa sembarangan." Di balik desas-desus itu, beberapa warga lainnya mulai m
last updateDernière mise à jour : 2024-12-24
Read More

96. Meyakinkan Wina

Sore itu, Gibran berdiri di depan pintu rumah Wina. Tangannya mengetuk dengan keras, membuat daun pintu bergetar. Tidak lama kemudian, Wina membuka pintu dengan wajah cemas. Matanya menunjukkan kelelahan, seolah-olah dia sudah terlalu sering mendengar gosip dan tuduhan dari warga desa. “Gibran? Kenapa kau di sini lagi?” tanyanya dengan suara pelan. Gibran melangkah masuk tanpa menunggu undangan. “Kita perlu bicara, Wina. Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan. Aku ingin tahu kenapa kau membatalkan rencana pernikahan kita.” Wina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Aku sudah bilang, Gibran. Aku merasa ada yang salah. Aku tidak bisa menjelaskan, tapi ada sesuatu yang membuatku tidak nyaman.” “Apa ini tentang danyang desa?” potong Gibran, nadanya penuh frustrasi. “Kau percaya dengan semua omong kosong itu? Wina, ini h
last updateDernière mise à jour : 2024-12-25
Read More

97. Pengungkapan Wina di Ritual Bersih Desa

Hari itu, suasana di desa terasa berbeda. Ritual bersih desa, yang diadakan setiap tahun, selalu menjadi momen penting bagi warga. Balai desa yang biasanya sepi kini dipenuhi dengan penduduk yang datang membawa persembahan sederhana: nasi tumpeng, buah-buahan, bunga, dan kain putih. Asap dupa melayang di udara, menciptakan aroma khas yang bercampur dengan udara pagi. Suara doa-doa yang dipanjatkan oleh tokoh adat dan Bu Narti, dukun desa yang dihormati, memenuhi ruang dengan getaran spiritual yang mendalam. Ritual ini diyakini sebagai cara untuk menenangkan danyang desa, penjaga gaib yang dipercaya melindungi mereka. Namun, tahun ini, ritual tersebut terasa lebih mendesak, terutama setelah serangkaian kejadian aneh yang membuat semua orang gelisah. Di antara kerumunan, Wina hadir dengan sikap yang tak seperti biasanya. Wajahnya tampak tenang, tanpa ekspresi, seolah-olah perasaan khawatir yang biasanya menghantuinya telah
last updateDernière mise à jour : 2024-12-25
Read More

98. Aku adalah Pelindung Desa ini.

Namun, sebelum ada yang bisa menghentikannya, Wina tiba-tiba berjalan menuju altar. Langkahnya perlahan tetapi pasti, seperti ada kekuatan yang membimbingnya. Bu Narti yang sedang memimpin doa berhenti sejenak, menatap Wina dengan ekspresi bingung. “Wina, apa yang kau lakukan?” tanya Bu Narti, suaranya tegas tetapi tidak marah. Wina tidak menjawab. Dia mengangkat tangannya ke arah dupa yang menyala dan tiba-tiba nyala api di altar, menjadi lebih besar. Semua warga terkejut, beberapa mundur dengan ketakutan. Asap tebal membentuk bayangan-bayangan yang bergerak di udara, menciptakan suasana mencekam. Kemudian, suara Wina terdengar. Namun, itu bukan suara lembutnya yang biasa. Suaranya terdengar lebih dalam, lebih berat, seperti suara yang datang dari entitas lain. “Aku adalah pelindung desa ini,” katanya, suaranya menggema di seluruh balai desa. “Aku telah lama berada di s
last updateDernière mise à jour : 2024-12-25
Read More

99. Siapa yang Berbicara ?

Kata-kata Bu Narti memang berhasil membuat Wina sedikit tenang. Namun, di dalam hati kecilnya, dia tahu bahwa ini baru permulaan. Perjalanan ke depan tidak akan mudah. Kini, dia harus menyeimbangkan dirinya antara menjalani kehidupan sebagai gadis desa biasa dengan beban ekspektasi yang semakin besar dari warga desa. Mereka kini melihatnya sebagai sosok pelindung, seseorang yang diberkahi kekuatan gaib untuk menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia yang tak kasat mata. Wina sering merasa canggung dengan perhatian yang tiba-tiba mengarah padanya. Setiap kali ia melangkah keluar rumah, ada saja warga yang menyapa dengan hormat, bahkan meminta berkat darinya. Ada yang datang dengan membawa bayi mereka, memintanya untuk mendoakan kesehatan si kecil. Ada juga yang membawa air dalam kendi, berharap Wina bersedia "memberkatinya" agar bisa digunakan sebagai obat. Meskipun Wina selalu mencoba menolak dengan halus, tatapa
last updateDernière mise à jour : 2024-12-26
Read More

100. Malam yang Menjawab Pertanyaan

Wina tidak bisa tidur malam itu. Mimpi tentang sosok di hutan yang misterius terus membayang di pikirannya, seolah-olah memanggilnya untuk mencari jawaban. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya bunga tidur, namun hatinya berkata lain. Ada sesuatu yang nyata dalam mimpi itu, sesuatu yang terasa lebih dari sekadar khayalan. Wina duduk di beranda rumah, memeluk lutut sambil memandangi langit malam yang cerah. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dari hujan sore tadi. Di kejauhan, suara jangkrik terdengar mengiringi pikirannya yang berkecamuk. “Kalau memang ini semua adalah tugas yang harus aku jalani, kenapa semuanya terasa seperti teka-teki?” Wina berbicara kepada dirinya sendiri, mencoba mencari keberanian di tengah kebingungannya. Suara langkah kaki lembut terdengar mendekat. Bu Narti muncul dari balik pintu dengan selendang melingkar di bahunya. Wajahnya tampak khawatir, namun ada ketenangan d
last updateDernière mise à jour : 2024-12-26
Read More
Dernier
1
...
89101112
...
15
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status