Home / Romansa / FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT: Chapter 41 - Chapter 50

147 Chapters

41 Bahu untuk Bersandar

“Memangnya nyium calon istri sendiri itu sebuah kesalahan?” Evan dengan gemasnya mengetuk-ngetukkan tangannya di helm yang dikenakan Hana. “Lagian juga kamu ngebales kan.”Hana mencubit lengan Evan dengan keras saking kesalnya dengan ucapan Evan. Untung saja suara teriakan Evan masih kalah dengan suara air terjun. “Kok aku kayak pernah diceritain seseorang ya, yang katanya dapet gelang dari pasangannya pake bandul yang punya arti namanya, siapa ya, Vio?”“Mama,” jawab Evan. “Dulu Ayah ngasih Mama gelang yang make bandul elang sama bintang, simbol nama mereka berdua.”“Oh, iya, Tante Letta. Jadi kamu niru ayahmu?”“Nggak. Kan aku nggak ngasih bandul di gelang itu, soalnya aku bingung.”Ucapan polos dari Evan membuat Hana terkekeh. “Makasih ya, Van.”***Mereka baru keluar dari mulut gua setelah jarum jam menunjuk angka empat. Perjalanan kembali tidak sesulit saat berangkat. Mereka lebih sering diminta untuk terlentang di atas air, kemudian guide akan menarik mereka.Hanya dua atau tiga
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

42 Di Mana Posisiku Saat Ada Dirinya?

"Hey, calon istriku marah?"Hana membuka pintu kamarnya dengan key card yang tadi diberikan resepsionis. "Nggak, Van," jawab Hana singkat dengan tangan yang terulur hendak mengambil tas ranselnya yang digendong Evan.Evan tidak membiarkan Hana mengambil tasnya, ia malah mendorong pintu kamar Hana sampai terbuka dan masuk ke dalamnya."Beneran nggak marah? Tadi dia cuma mau ngasih operational plan aja." Evan menjelaskan setelah meletakkan tas Hana di atas meja."Aku nggak marah. Belum juga kita tunangan, apa hakku buat marah?"Evan menghembuskan napas lega yang hanya bertahan beberapa detik karena Hana melanjutkan ucapannya."Tapi kamu nyadar dong kalo ada maksud lain di balik telepon dia barusan? Siapa juga yang ngomongin kerjaan di malam minggu kalo kerjaan itu nggak urgent banget?" Otak cerdas Hana sudah terbiasa menelaah segala permasalahan mulai dari latar belakang hingga langkah-langkah yang diambil lawannya.Lawan? Apakah Melinda lawannya? Jelas-jelas kalau Melinda kini adalah p
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

43 Memukul Mundur Melinda

"Pagi, Mbak Hana, ada yang mau ketemu Pak Evan dari pihak Wijaya, tapi belum buat janji."Ucapan resepsionis melalui sambungan telepon internal itu membuat Hana menghela napas. Ia tidak perlu bertanya siapa nama tamu yang dimaksud karena ia bisa dengan mudah menebaknya."Wait! Saya tanya ke Pak Evan dulu apa beliau berkenan bertemu."Hana menekan tombol yang langsung menghubungkannya ke telepon yang ada di ruangan Evan."Ya?" jawab Evan di seberang sambungan."Ada yang mau bertemu Pak Evan, perwakilan dari Wijaya.""Siapa, Han? Melinda?""Maaf saya lupa tanya ke resepsionis, tapi saya hampir yakin Bu Melinda yang ingin bertemu Pak Evan."Evan mengulum senyumnya mendengar nada bicara Hana."Ok, suruh naik aja.""Baik, Pak." Hana mendengkus kesal. "Cih!""Apa, Han?"Mata Hana terbelalak saat menyadari kalau ia belum memutus sambungan teleponnya dengan Evan. Dengan panik ia menekan tombol lain yang menghubungkannya ke meja resepsionis."Persilakan tamunya masuk."Hana kembali menekuri ko
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

44 Ada Apa Sebenarnya?

"Han. kenapa deh kamu kayak kurang tidur?"Hana mengusap matanya berkali-kali dan hal itu membuat Evan menggeram kesal."Udah ih, cuci muka sana, itu mata, bukan baju. Nanti matamu merah kalo dikucek terus."Hana mengabaikan omelan pagi hari dari Evan. Ia memilih merebahkan diri di sofa sambil memandang kosong ke arah jendela apartemennya."Ada yang lagi kamu pikirin ya?" tebak Evan."Hmm.""Apa? Acara tunangan kita? Atau yang lain? Mau cerita ke aku? Siapa tau bebanmu sedikit berkurang."Hana belum siap menceritakan semuanya, di saat ia sama sekali belum mendapat kepastian tentang apa yang dihadapinya. Ia memilih menjawab pertanyaan Evan dengan gelengan. "Aku cuma nggak bisa tidur aja semalem."Evan tiba-tiba berdiri di sampingnya. Satu tangannya ditelusupkannya ke bawah tengkuk Hana dan satu tangannya yang lain meraih kaki Hana. Dengan mudahnya ia mengangkat Hana.“Van!”“Tidur di kamar, makin pegel semua badanmu kalo tidur di sofa. Masih ada waktu buat kamu tidur lagi bentar.”“Bis
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

45 Di Balik Kecelakaan

Evan lantas meletakkan gelas kopinya agar tidak membahayakan, sebelum ia duduk di samping Hana dengan bersandar pada pintu.Tanpa bicara, Evan kembali merengkuh Hana ke dalam pelukannya. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ketika dia mencoba menyambungkan semua kejadian hari itu, kemungkinan besar apa yang terjadi pada Hana berhubungan dengan Vio.“Semuanya akan baik-baik aja, Han.”Evan menunggu sampai tangisan Hana reda kemudian menuntunnya ke kamar. Ia benar-benar tidak tahu apakah emosi Hana ini akan mendorong PTSD yang diderita Hana muncul.“Mau dibikinin teh?” tanya Evan yang masih dalam mode bingungnya.Hana menggeleng, memilih bergelung di dalam selimut sambil meredakan tangisnya.“Aku ambilin air putih aja ya kalo gitu?” Evan lantas keluar dan mengambil segelas air putih untuk Hana.Evan meminta Hana meminum air putih yang dibawakannya sembari ia mengusapi punggung Hana dengan sayang. Biarlah kalau Hana belum ingin menyampaikan apa pun padanya. Sekarang ia hanya
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

46 Kebohongan Dua Bersaudara

“Laki-laki tua bagka itu orang yang jahat, Han. Dia bisa melakukan apa aja buat nuntasin dendamnya. Andai nenekku tau dulu kelakuan dia kayak apa.” Ibra menahan geraman kesalnya.“Dendam? Aku nggak ngerti, Bang. Bisa nggak jelasin pelan-pelan?”Cerita mulai bergulir dari mulut Ibra. Sebenarnya ia ingin menutupi cerita ini sampai kapan pun, siapa sangka Hana menyadarinya, dan ia tidak punya alasan lagi untuk membiarkan Hana dalam kegelapan.Semua bermula dari dendam bisnis, saat itu kakek Evan (generasi kedua Cakrawangsa) memang bersaing dengan Reza. Sampai ketika kakek Evan jatuh sakit dan Ares terpaksa mengambil alih operasional perusahaan, Reza berpikir kalau ia akan mudah mengalahkan Cakrawangsa. Tapi Reza salah. Ares menggandeng sahabat dekatnya yang bertangan dingin dan memiliki otak bisnis, Arya, ayah dari Hana.Kehabisan ide karena Arya layaknya filter pertama sebelum sebuah proposal proyek sampai ke tangan Ares, membuat Reza gelap mata.“Jadi, kecelakaan orang tuaku itu hasil
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

47 Memulai Sesuatu Tanpa Kebohongan

"Han. Bangun." Evan mengusap pelan lengan Hana yang masih terlelap. "Ada yang mau ketemu.""Siapa?" tanyanya masih dengan tetap memejamkan mata."Tantemu."Ucapan Evan berhasil membuat Hana membuka mata. "Tante? Tante siapa? Tante Letta? Tante Rimbi?""Bukan, Tante Dian."Kini Hana membuka matanya dengan sempurna dan bergegas turun dari ranjang untuk memastikan pendengarannya tidak salah.Seorang wanita paruh baya tengah menunggunya di sofa ruang tamu sambil bersedekap, menunjukkan kekesalannya."Tante ...." Hana memeluk tubuh wanita itu dengan erat. Dia lah satu-satunya anggota keluarga terdekat yang memiliki hubungan darah dengannya. Dian adalah sepupu dari mamanya dan juga sahabat ayahnya.Dian mengusapi punggung keponakannya itu, berusaha menyalurkan kerinduan yang selama ini terpendam. Andai saja Hana mau diajaknya ke Eropa, tentu ia bisa merawat Hana hingga Hana dewasa.Ada rasa bersalah yang sangat besar bercokol di hatinya saat harus meninggalkan Hana di bawah pengawasan Ares
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

48 Makan Malam Keluarga

“Udah siap?”Pertanyaan itu menyapa Hana saat ia baru saja membukakan pintu apartemennya untuk seseorang yang sejak tadi memencet bel.Evan membeku di tempat saat melihat penampilan Hana yang mengenakan wrap dress berwarna beige yang kebetulan selaras dengan warna kemeja batik lengan panjang yang dikenakannya.Atas usul dari Letta, meskipun acara makan malam hanya akan melibatkan dua keluarga, tapi suasananya akan sedikit resmi (untuk menghargai keluarga Hana), walaupun Letta juga tidak berharap banyak. Biasanya juga kalau mereka sudah berkumpul, tidak ada lagi yang namanya keseriusan.“Kupikir kamu nggak jemput aku,” ucap Hana.“Ayo berangkat, keluargaku juga udah berangkat. Keluargamu lagi dijemput supir.”“Bentar, aku ambil tas dulu.” Hana melangkah, masuk ke kamar, membiarkan Evan menunggunya di depan pintu.Berulang kali Hana melirik Evan yang menyetir dalam diamnya. Hana yakin kalau Evan masih marah padanya. Ia tidak ingin suasana makan malam keluarga mereka terganggu karena kec
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

49 Who's Worth the Effort and Who's Not

"Aku nggak nawarin masuk." Hana berusaha menahan pintu apartemennya agar Evan tidak bisa masuk. Bisikan Evan padanya di acara makan malam tadi membuatnya was-was dengan apa yang akan dilakukan Evan."Hana. Buka pintunya, nggak?" Evan menatap Hana serius dari balik pintu, tapi Hana masih bergeming."Nggak." Hana menggeleng-gelengkan kepala masih dengan badannya menahan pintu.Dari sisi luar, Evan juga menahan pintu agar tidak tertutup sempurna ketika Hana mendorongnya."Lagian kan kata Tante Letta kamu harus langsung pulang abis nganterin aku.""Tapi kan Mama nggak bilang nganterin sampe mana? Nganterin sampe parkiran, nganterin sampe lobby, nganterin sampe depan pintu apartemen, nganterin sampe kamar, atau ... nganterin sampe ke alam mimpi."“Dih, ngeles aja kayak bajaj.”Sudah sekitar lima menit mereka saling menahan pintu. Hana akhirnya menyerah, membiarkan Evan masuk ke dalam unit apartemennya.Evan mengangkat satu sudut bibirnya saat melihat Hana mengalah. Ia lantas menggiring Han
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

50 Hai, Tunanganku!

"Hana, kamu cuti aja dulu."Hari masih pagi, Evan sedang berbaring di sofa ruang tamu apartemen Hana, selagi Hana menerima telepon dari Letta."Buat apa cuti, Tante?""Ya buat ngurus acara tunangan kamu. Meskipun udah diurusin sama Elaksi, tapi kan banyak yang mesti kamu lakuin, ke salon, perawatan, trus itu tantemu udah mencak-mencak karena kamu kerja terus, nggak nemenin dia jalan-jalan."Hana tersenyum mendengar ucapan wanita paruh baya yang akan menjadi mertuanya itu. "Iya, Tante. Nanti aku bilang ke Evan, aku boleh cuti apa nggak.""Bilang ke Tante kalo Evan nggak ngijinin kamu cuti. Bibit bucin dari ayahnya soalnya, pasti nggak mau jauh-jauhan."Kedua wanita itu sibuk membicarakan Evan, sementara yang digosipkan tertidur pulas di atas sofa.Hana mengusap pelan lengan Evan untuk membangunkannya. "Van. Bangun, sarapan dulu.""Ngg ...." Evan hanya menggeram pelan, tapi kelopak matanya sama sekali belum membuka."Vaaan. Sarapan. Ada meeting jam sembilan."Evan langsung membuka matan
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status