Semua Bab FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT: Bab 21 - Bab 27

27 Bab

21 Berharap Hal yang Sama, Kepergianku

Evan membuka laptopnya, menunggu e-mail masuk dari Ndaru yang akan mengirimkan file apk yang harus di-install-nya untuk bisa mengakses data di laptop milik Hana.E-mail dari Ndaru datang tidak lama kemudian. Ia menginstall file apk itu dengan langkah-langkah yang sudah disertakan Ndaru dalam e-mail-nya.Finished.Evan bernapas lega setelah mengklik sebuah kotak bertuliskan 'finished' yang menandakan aplikasinya siap ia gunakan. Ia hanya perlu menunggu Hana untuk menyalakan laptopnya.Ia berdiam diri di depan layar laptopnya selama sepuluh menit. Karena sepertinya Hana belum juga menyalakan laptopnya, Evan memilih mandi untuk menyegarkan badannya.Evan tidak bisa menikmati prosesi mandinya. Ia terlalu penasaran dengan apa yang akan ia temukan di dalam data yang ada di laptop Hana. Karena itu, dalam waktu sepuluh menit, ia sudah kembali mematung di depan layar laptopnya.-Access opened-Evan hampir saja berteriak saat mendapatkan notifikasi itu di layar laptopnya.Segera ia membuka fold
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

22 Ayo Kita Mulai Pendekatan!

Hana berjalan keluar dari kamarnya sambil mengusap mata saat bel apartemennya berbunyi nyaring. Dengan malas ia membuka pintu apartemennya, bahkan lupa bertanya siapa yang ada di depan pintu dan mengusik tidurnya.“Baru bangun?”Hana membelalakkan mata saat menatap Evan yang sudah rapi berdiri santai di depan pintu unit apartemennya. Oh, ralat, apartemen Ares, ayahnya Evan sendiri.“Kamu ngapain ke sini pagi-pagi?”“Disuruh Mama nganterin sarapan buat kamu sekalian sarapan bareng.”Hana masih berbicara dengan Evan dari sela pintu, belum memberikan akses lebih agar Evan bisa masuk. “Jangan ngada-ngada ah.”Evan lantas mengangkat tote bag berisi beberapa kotak makan yang memang tadi disiapkan mamanya. “Telepon Mama aja kalo nggak percaya.”Melihat raut wajah Evan yang sepertinya tidak berbohong, Hana membuka pintu lebih lebar, memberikan ruang agar Evan bisa masuk ke dalam apartemen.Hana tidak mengacuhkan keberadaan Evan dan memilih duduk di sofa. Sepertinya nyawanya belum benar-benar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

23 Cinta Masa Lalu

“Han!” Tanpa pikir panjang, Evan membuka pintu kamar Hana yang tidak terkunci.Mata Evan membelalak saat melihat pecahan kaca dari beberapa botol yang berserakan di lantai, diiringi dengan aroma wangi yang menguar. Di dekat pecahan itu, Hana sedang berjongkok meringkuk memeluk lututnya.Melihat reaksi Hana, Evan bisa melihat kalau Hana sedang berjuang melawan PTSD-nya yang sedang muncul, walaupun tidak separah saat ia melihat kecelakaan dari dalam mobil. Evan berjalan sambil menghindari pecahan kaca di lantai, sampai ia bisa menjangkau Hana dan membawanya ke dalam pelukannya."Nggak apa-apa, Han. Nggak apa-apa," ucap Evan sambil mengusapi punggung Hana dengan pelan. "Ada aku, Han. Tenang ya."Berangsur, Evan merasakan tubuh Hana yang mulai melemas, tidak sekaku saat pertama ia memeluknya. Dengan berhati-hati ia menggendong Hana ke atas kasurnya yang hanya berjarak beberapa meter. "Aku bersihin dulu ya. Kamu di situ dulu." Evan kembali berjalan hati-hati keluar dari kamar Hana setelah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

24 Beda Cemburu dan Tidak Suka

Evan masih berada di dalam ruangannya meski jarum jam sudah menunjuk angka enam. Hana sudah pulang sejak tadi. Sebenarnya ia merasa bersalah menolak ajakan Hana, tapi telepon dari Kevin benar-benar mengganggu pikirannya. Dan entah mengapa dia langsung berkata kepada Hana kalau ia memiliki janji. Padahal ia sendiri masih belum yakin untuk bertemu dengan Melinda.Pukul 19.15, Evan tidak lagi sanggup untuk membagi pikirannya antara Melinda yang sedang menunggunya, berkas yang menggunung di mejanya, dan proposal tempat wisata baru yang akan digarap oleh travel agent-nya.“Damn it!” Evan mengacak rambutnya, lalu mengambil kunci mobilnya yang ia simpan di laci meja.Mungkin ia terlambat. Mungkin saja Melinda sudah pergi. Tapi dia kenal siapa Melinda. Wanita itu pasti masih menunggunya. Itu lah yang membuatnya resah. Melinda bisa saja tetap menunggunya sampai café itu tutup.“Ok, dengerin aja dulu dia mau ngomong apa. Ini yang terakhir kalinya,” gumamnya sambil melajukan mobilnya menuju caf
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

25 Tamu di Pagi Hari

"Astagaaa!" Hana yang sedang membuat coklat panas di dapur, menggeram kesal saat bel apartemennya berbunyi nyaring.Walau tidak terlalu yakin, ia bisa mengerucutkan beberapa kemungkinan. Pertama, Vio. Kedua, siapa lagi kalau bukan Evan. Langkah malasnya menjadi tanda betapa dia enggan membukakan pintu untuk seseorang yang mengganggu pagi harinya dan memencet bel unitnya dengan ribut."Pagi, Han," sapa Evan tanpa merasa bersalah.Hana membiarkan pintunya agar Evan bisa masuk. "Bukannya udah kubilang kalo aku mau bawa mobil sendiri?""Tapi kan kamu nggak bilang kalo aku nggak boleh ke sini pagi-pagi."'Evan dan egonya,' batin Hana. Ia memijat pelipisnya, pening mendengar bantahan Evan di saat matahari baru saja terbit.Evan meletakkan paper bag yang tadi dibawakan mamanya di atas kabinet dapur. "Masakan Mama belum mateng tadi. Jadi Mama cuma bawain bahan-bahan buat bikin french toast di sini.""Ya ini memang masih kepagian, Van. Wajar lah kalo masakan Tante belum mateng. Jangan ngerepot
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

26 Bagaimana Kalau Aku Jadi Sayang?

"Ribka, Hana ke mana?"Melinda baru saja pergi dari ruangannya dan entah mengapa rasanya Evan ingin menjelaskan pada Hana agar wanita itu tidak salah paham.Tapi saat Evan melewati meja kerja Hana, tidak tampak keberadaan Hana. Justru Ribka yang terlihat menempati meja kerja Hana.Ribka mengulum senyumnya, mengingat bagaimana ia memergoki Evan mengecup kening Hana beberapa saat lalu. "Ke ruangan Pak Ares, Pak," jawab Ribka."Ngapain?""Kurang tau, Pak. Hana cuma minta tolong saya buat gantiin sebentar."Evan mengernyit bingung, ingin menyusul Hana ke ruangan ayahnya, tapi masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.***Hana mengetuk pintu ruangan Ares beberapa kali sebelum lelaki paruh baya itu memerintahkannya untuk masuk."Pagi, Om.""Eh, Han. Kamu bukan ke sini pagi-pagi karena mau ngadu tentang tingkahnya Evan kan?"Hana tersenyum. Sudut matanya yang ikut terangkat saat tersenyum membuat Ares teringat akan mendiang sahabatnya. "Nggak kok, Om.""Itu, si Evan beneran ke aparteme
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

27 Dijaga Tiga Orang Srikandi

"Mas Evan beneran deketin Hana?" tanya Elaksi yang sedang bersantai di gazebo yang ada di samping rumah bersama Evan dan Elga."Kenapa? Kamu nggak suka ya?"Evan bukannya tidak tahu kalau Elaksi memiliki rasa tidak suka pada Hana. Umur Elaksi dan Hana yang hanya selisih beberapa bulan harusnya bisa membuat hubungan mereka dekat, tetapi kenyataannya mereka berdua terlihat selalu menjaga jarak.Bukan tanpa alasan. Karena kondisi Hana yang berbeda—akibat PTSD yang dideritanya—saat itu Ares dan Letta terkesan lebih memperhatikan Hana dibanding Elaksi. Meski orang tuanya berusaha memberikan pengertian pada Elaksi, tetap saja saat itu usia Elaksi bukan lah usia yang bisa memahami dengan bijak keadaan yang terjadi.Dan kini, luka itu masih terpatri di hati Elaksi. Ingatannya saat semua orang lebih memperhatikan Hana dibanding dirinya, bahkan Evan juga saat itu lebih sering mengajak Hana bermain dibanding dengannya. Wajar kan kalau sekarang ia semakin merasa terancam dengan keinginan kakaknya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status