Semua Bab IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI: Bab 31 - Bab 40

106 Bab

Bab 22A

“Ada apa ini?” Tuan Rivaldo menatap Anesya dan Safiyya. “Papa!” Safiyya terisak. Tentunya air mata pura-pura saja yang keluar. Dia memburu Tuan Rivaldo sambil mengadu. “Tega sekali mereka, Pa! Mas Ardi dan putri Papa,” tutur Safiyya sambil mengeraskan isaknya. Gavin menatap Sasha yang terlihat berantakan. Bajunya basah dan rambutnya tak karuan, wajahnya terlihat merah. Lalu tak jauh dari Sasha, Ardi tampak menunduk sambil mengeratkan kepal. “Sudah Mama bilang, Pa! Dia itu Cuma anak jalanan yang ngaku-ngaku saja sebagai anak kamu. Lihat kelakuannya! Berani-beraninya dia bermain serong sama suaminya Fiyya! Gak mungkin seorang turunan ningrat punya akhlak minus kayak gitu, Pa!” Anesya menimpali.Para tetangga yang tadi dipanggilnya saling sibuk berbisik-bisik. “Meera! Apa yang terjadi?” Tuan Rivaldo menatap Sasha. “Perempuan ular itu menjebak kami. Dia menaruh obat dalam minumanku. Lalu, mengumpankan menantunya sendiri agar seolah-olah kami berbuat zina,” tukas Sasha dengan suara m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 22B

Tuan Rivaldo membuang muka. Kejadian tak terduga ini membuatnya tak bisa berpikir jernih. Jika Safiyya sudah menjadi janda, apakah dia masih tega untuk menceraikan Anesya? Ingat betul ketika dulu dia membicarakan perceraian, bahkan Safiyya sampai jatuh sakit karena tak mau kehilangan mama dan papanya. Sekali lagi, meskipun Safiyya bukan anak kandungnya. Namun, belasan tahun bersama. Sejak kecil dia manjakan, tentu saja perasaan sayang itu pun sudah tumbuh perlahan di hatinya. “Saya mau istirahat! Keputusan saya tetap! Antar saya ke kamar, Gavin!” Tuan Rivaldo meminta Gavin mengantar ke kamarnya. Gavin hanya mengangguk dan lekas mendorong kursi roda itu. Keduanya mengabaikan Anesya dan Safiyya yang masih merengek-rengek agar keputusan Tuan Rivaldo diubah. Dia pun membantu Tuan Rivaldo untuk berpindah ke tempat tidur dan duduk di tepi ranjang sambil termenung. “Panggilkan Sasha!” tutur Tuan Rivaldo.“Baik, Tuan!” Gavin mengangguk. Lekas dia berjalan menuju keluar kamar. Sedikit terke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 23A

“Aksa! Papa! Coba lihat ini!” Meranti berjalan panic menuju ruang keluarga. Tangannya gemetar ketika melihat berita yang mendadak trending di salah satu thread.Aksa dan Subarkah yang sedang sarapan, menoleh. Ditatapnya wajah panic meranti. Namun, keduanya seolah kompak, bertanya hanya dengan tatapan. “Ini, Papa! Aksa!” Meranti menunjukkan berita yang tengah viral tersebut.“Astaghfirulloh! Anak itu bener-bener, ya! Aksa, bukannya kemarin kamu berhasil menemukan Sasha!”Aksa mendengus.“Tidak.” “Kamu itu kalau ada apa-apa, ngomong dong, Aksa. Lihat ini, adek kamu … Ya Allah … masa jadi pelakor.” Meranti menatao selembar foto yang dipegangnya.“Jemput Sasha pulang sekarang!” Pak Subarkah menoleh pada Aksa. “Sasha tuh pengennya apa, sih? Kenapa selalu bikin Mama malu,” keluh Meranti sambil duduk dan memijit pelipisnya. Aksa terpegun. Baru saja esok dia akan menjemput adiknya itu, hari ini sudah keburu muncul kejadian seperti ini. Dia meminta Ameera mengantarnya ke kediaman Tuan Riva
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 23B

Glek!Ameera menelan saliva. Bagaimana tidak, lelaki dengan kaos putih pas badan, rambut potongan pendek rapi dan kaca mata hitam itu, membuat beberapa detik kewarasannya tergadai. Aksa terlihat sangat mempesona dan tampan. “Ehmmm!” Suara Aksa membuat Ameera terperanjat. Lekas dia memutar tubuh dan masuk ke sisi sebelah kiri, lalu membuka pintu mobil dan lekas masuk.“T—tapi, Bang. Saya nggak tahu loh alamat rumahnya Tuan Rivaldo,” tutur Ameera. “Kamu duduk saja. Saya tahu.” Aksa menjawab tanpa menoleh. Sepasang iris hitam pekat itu tampak memindai jalanan diiringi gerakan tangan yang memutar stir. Mobil pun berputar arah dengan mulus, lalu setelah itu Aksa menginjak gas, fortuner putih meluncur cepat. “Pakai seat beltnya! Saya gak mau tambah masalah!” tutur Aksa. “Iya, Bang!” Ameera menurut saja. Kali ini pikirannya turut cemas. Bagaimana tidak, headline konten yang fyp itu kembali terbayang dalam pelupuk mata dan membuatnya lemas. Ameera tahu betul, siapa Sasha. Dia tak mungkin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 24A

Sepasang mata tua milik Tuan Rivaldo menghangat ketika melihat sosok yang datang. Gadis yang begitu mirip dengan mantan istrinya tengah berdiri sambil menunduk di samping seorang pria muda. “Ameera! I—Ini p—papa,” lirih, bahkan hampir tak terdengar. Ameera membuang napas kasar. “Saya ke sini mau jemput Sasha, Pak!” Ameera melirik Aksa. Seperti kesepakatannya, Ameera yang bertugas membujuk Sasha pulang.“Sasha akan tetap tinggal di sini, sampai kamu betah, Nak. Papa minta dia temani kamu. Iya ‘kan, Sha?” Tuan Rivaldo menoleh pada Sasha. “Ya, aku bakal tinggal di sini, Ra. Sampai bisa membongkar persekongkolan mereka.” Sasha bersedekap.“Berhentilah ikut campur urusan orang lain, Sha! Mama minta kamu pulang!” Aksa menatap dingin pada wajah adik perempuannya. Sudah bisa ditebak, tak akan bisa semudah itu membawa Sasha pulang. Sejak kecil, Sasha selalu sulit diatur. “Ameera bukan orang lain, Bang! Dia sahabatku!” decih Sasha sambil melirik sebal pada Aksa. “Pulanglah, Sha. Demi aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 24B

“Terima kasih, Tuan! Saya sudah lama jadi anak yatim piatu. Saya tak membutuhkan semua itu,” tutur Ameera dengan suara tercekat. Ingin sekali dia menangis mendengar seseorang yang tiba-tiba mengaku, papa. Seseorang yang tiba-tiba datang setelah belasan tahun dia pontang-panting sendirian dalam perasaan sunyi, terasing, dan terbuang.“Atau kamu ingin Papa belikan rumah, tidak apa-apa tinggal terpisah. Papa ingin, kamu hidup lebih dari layak, Nak. Papa ingin, kamu merasakan jika kamu memiliki seorang, Papa.” Ameera menelan saliva. Matanya mengembun dan dia menunduk dalam. “Tidak, terima kasih. Saya saat ini sudah bahagia.” Suaranya terdengar bergetar.“Ameera, ini Papa, Nak! Saya benar-benar Papa kamu.” Tuan Rivaldo menyeka setitik air matanya yang jatuh.“Jika Anda papa saya? Ke mana saja Anda selama ini? Ke mana ketika saya merasa sunyi dan terasing sendiri?” Ameera menjawab dengan suara bergetar. Baginya, bisa menghidupi diri sendiri dan memiliki banyak teman, itu sudah lebih dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 25A

Sasha tiba di rumah sakit dan langsung masuk ke IGD. Aksa yang super panik, langsung menelpon Meranti, Mamanya. Dia mengabarkan kalau Sasha terjatuh di tangga. Sementara itu, Ameera menemani Sasha. Beberapa suster datang memeriksa, tapi Sasha berusaha mengulur-ulur waktu, dia minta di antar ke toilet pada Ameera. Aneh. Itu yang terbersit dalam pikiran para perawat itu. Namun, karena banyak pasien lain berdatangan juga. Akhirnya, mereka memprioritaskan yang lain dulu. Di toilet, Sasha lekas mengirim pesan kepada kakak pertamanya yang praktek sebagai dokter umum di rumah sakit tersebut.[Bang, mau cepet lihat Bang Aksa married gak? Kita harus kerja sama.] Pesan diterima Harsa. Lelaki dengan jas putih yang baru saja datang itu mengernyit. “Adek bontot ini mau buat ulah apa lagi, ya?” gerutu Harsa sambil mengusap wajah. [Woyyy, Bang! Gak jawab, dosa.] Harsa terkekeh sendiri, lalu membalas pesan dari Sasha. [Yang maksa suruh jawab, lebih dosa. Emang sejak kapak Aksa mau married? Eman
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 25B

“Ck! Sama orang tua nyuruh-nyuruh, dosa! Mana nyuruh bohong!” omel Harsa sambil menjewer kuping Sasha. Namun, Sasha menepisnya.“Dih Abang! Pokoknya Abang cukup bantu gitu saja! Abang mau cepet-cepet punya ponakan ‘gak? Aku ada banyak rencana tahu!” omel Sasha sambil mendelik.“Rencana apa?” Harsa menatap wajah Sasha.“Yang pertama, kalau aku sakit, Mama biasanya ngabulin permintaan aku dengan mudah! Aku bakal maksa Mama buat jodohin adeknya Bang Harsa yang nyebelin itu sama temen aku yang tadi. Serasi ‘kan mereka?” Sasha menaik turunkan alisnya.“Hmmm!” Harsa hanya bergumam. Kali ini mereka sudah berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Pastinya setelah Harsa berkomunikasi dengan salah satu suster yang tadi menangani Sasha ketika baru datang. “Yang kedua, aku mau ngenalin seseorang ke Mama. Jadi, biar mama bisa tahu kalau dia tak perlu repot-repot mencarikan jodoh buat aku.” Sasha mengedik santai.“Oh ya? Sudah dapat? Kayak gimana orangnya? Kerjaannya apa? Punya masa depan gak?” Harsa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 26A

“Menikahlah denganku, Ameera! Aku akan menjadikanmu ratu dalam duniaku!” Ardi duduk bersimpuh di depan Ameera. Dia mengeluarkan kotak beludru dari sakunya. Lalu, kotak berisi cincin itu dibuka tepat di hadapan Ameera. Ardi menatap seraut wajah yang terlihat kaget. Ameera terpegun. Dia menatap kosong ke arah Ardi yang duduk bersimpuh. “Maaf, Mas. Kita sudah selesai.” Suara itu, seketika memporak-porandakan hati Ardi. Harapannya yang sudah melambung tinggi, terhempas sudah. “Tapi, bisa ‘kan kita mulai semuanya lagi dari awal?” Ardi menatap lekat seraut wajah cantik yang terlihat penuh beban itu. Dia masih mempertahankan posisinya yang berjongkok di depan Ameera.“Sudahlah, Mas! Aku capek! Sebaiknya kamu pulang!” Ameera melengos dan membuang napas kasar. “Ra, Mas serius sama kamu!” tukas Ardi sambil bangkit dan menahan lengan Ameera yang hendak melengos pergi.“Aku juga tidak bercanda, Mas. Aku sudah capek. Tolong, Mas. Tolong biarkan aku hidup tenang.” Ameera bicara sambil menunduk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

Bab 26B

“Innalilahi wa inna ilaihi rojiun, Din! Sekarang keadaannya gimana?” “Sudah dibawa ke rumah sakit terdekat katanya, Mbak. Cuma kan kalau kecelakaan lalin, gak dikover BPJS katanya, Mbak. Ini mau minta sumbangan dari yang pada sudah kerja, Mbak. Mau urus ke jasamarga pada ribet katanya, Mbak. Soalnya ternyata pengemudinya, gak punya SIM."“Oh ya sudah, Din! Mbak ke sana nanti! Share saja alamat rumah sakitnya." Ameera lemas. Dia memang ada tabungan. Hanya saja, karena posisinya sekarang sudah gak kerja. Jadi, harusnya tabungannya itu bisa untuk bertahan hidup selama dia mencari pekerjaan baru. Namun, kini akan dia ambil buat Bu Uti. “Iya, Mbak!” Ameera terduduk lemas. Di dekat loker miliknya. Ruangan sudah agak sepi, beberapa caddy sudah turun ke lapangan. Hanya menyisakkan satu dua orang saja yang tengah tiduran karena waktu sudah beranjak siang.Rasa sesak, kesal dan kecewa membuat pertahanan Ameera jebol. Dia menuju kamar mandi karyawan dan menangis sepuas-puasnya di sana. Hingga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status