Semua Bab IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI: Bab 21 - Bab 30

106 Bab

Bab 16B

“Dia sedang sakit, Ra.”“Terus saja kamu bela dia, Sha! Bella! Kamu bahkan gak pernah tahu rasanya jadi aku.”“Ra,”“Tinggalin aku sendiri, Sha!”“Tapi, Ra?” “Pergi, Sha! Please!” Ameera menunduk dan mengatupkan tangan di depan dada. Sasha membuang napas kasar. Dia pun keluar dengan langkah lunglai dan menemui Gavin yang menunggu di teras. “Maaf, Mas! Ameera ….” “Saya sudah mendengarnya!”“Mungkin dia butuh waktu.”“Kita pergi sekarang kalau gitu.” “Hah, pergi ke mana, Mas?” “Tuan Rivaldo belum tahu cerita yang sebenarnya! Saya tak ingin dia sedih. Ikutlah dulu. Berpura-puralah jadi anaknya sementara waktu. Yang dia tahu, nama kamu adalah Ameera dan merupakan peserta dengan hasil test DNA yang cocok pertama kali.” Sasha bergeming. Tawaran macam apa ini? Bahkan dia tak pernah berpikir untuk menipu orang lain. Hanya saja, melihat tatapan Gavin, tentu saja hati Sasha luluh. Sejauh ini, Gavin juga alasannya bersemangat mengunjungi undangan Tuan Rivaldo. Sasha pun mengangguk. Semen
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 17A

Mobil yang dikendarai Gavin pun tiba. Sasha turun sambil menenteng koper miliknya. Dia mengedarkan pandangan pada sekeliling pekarangan. Halaman luas itu didominasi tanaman sepatu lili dengan bunga putih berderet di sekeliling taman. Beberapa pot bakung merah membuat suasana menjadi cerah. Serta tanaman hias baby blue eyes. Halaman rumah menjadi terlihat segar dan semarak. Juga ada dua pohon mangga madukeraton yang tumbuh rindang berjejer menaungi sebuah bangku taman. Secara keseluruhan, halaman rumah tersebut terkesan asri, segar, ceria dan menyenangkan. Sasha pun berdecak kagum melihat desain depan rumah milik konglomerat ternama itu. Rumah bergaya eropa terlihat artistik dengan padu padan cat berwarna magoni, jendela-jendela bermotif kotak, juga tepi-tepi sudut bangunan terlihat nyentrik dengan sentuhan aksen warna putih. Perhatian Sasha teralihkan ketika Gavin membuka daun pintu dari kayu itu dan menimbulkan suara. “Ayo, masuk! Tuan Rivaldo sudah menunggu!” tutur Gavin tanpa me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 17B

“Mulai hari ini, kita akan sering banget ketemu! Biar ajalah dicoret dari kerjaan, yang penting selalu bisa lihat muka kamu,” tukas Sasha sambil tetap tersenyum mengembang.Hanya saja, rasa nyaman itu tak bertahan lama. Tiba-tiba saja pintu kamar yang Sasha tempati terbuka. Lalu muncul dua orang perempuan dengan wajah tak bersahabat. Salah satu dari mereka, langsung menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Keduanya mendekat dan menatap Sasha dengan pandangan penuh ketidak sukaan.“Oh, jadi kamu penipu itu, heh? Berani-beraninya ngaku-ngaku jadi anak kandung Papaku! Katakan, siapa kamu sebenarnya!” cecar gadis yang terlihat masih muda itu. Wajahnya terlihat cantik dan berpoles make up lengkap.Sasha duduk dan menatap kedua perempuan itu dengan pandangan menilai.“Siapa yang penipu? Kalian siapa?” Tanya Sasha santai. “Kenalin, aku Safiyya! Satu-satunya pewaris keluarga Rivaldo! Karena anak Papaku yang asli sudah meninggal! Kami yakin, kamu cuma ngaku-ngaku! Sebelum kami laporkan kepol
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 18A

Ameera duduk dalam bus jemputan. Duduk termenung di kursi paling tepi dan paling belakang. Beruntung mendapat tempat duduk, jadi tak harus berdiri dan berdesak-desakkan.Bus bergerak meninggalkan hijaunya lapangan golf dan fasilitas yang berderet-deret. Terus menjau, meninggalkan gerbang dan berbaur dengan ramainya kendaraan di jalan raya. Ameera mende-sah. Ketiadaan Sasha dan tak berkomunikasi dengannya, membuat pikirannya yang semrawut, tambah kusut. Ameera tak mudah bercerita pada orang lain, kecuali orang yang dirasanya paling dekat. Jadi, selama saling tak berhubungan dengan Sasha, Ameera sibuk mencari pelarian. Dipijitnya pelipis yang terasa berdenyut, lalu dia kembali membuang pandang melewati kaca jendela bus jempuo. Ditatapnya deretan ruko-ruko yang belarian, gedung-gedung perhotelan yang tinggi menjulang, pepohonan tepi jalan, beberapa petak sawah yang tersisa … tetapi sesibuk apapun matanya memandang semua itu, tetap saja hatinya gundah gulana. Kalimat-kalimat yang Sasha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 18B

“Iya, Mbak! Tanggung jawab, dong! Kalau gak punya duit, ya gak usah masuk rak-rak barang antik!” oceh pramuniaga lainnya lagi, menimpali.Lutut Ameera terasa lepas. Dia sudah kehabisan kata-kata. Ketiga orang itu, hanya menyudutkannya dan memintanya untuk mengganti barang-barang yang pecah. Mereka sama sekali tak mendengarkan penjelasan Ameera. “Mbak! Saya gak bohong! Ini bukan salah saya! Tadi itu ada seseorang yang mendorong saya!” Ameera tetap berusaha membela diri. “Dia benar! Lihatlah CCTV! Jangan asal sembarang nuduh tanpa verifikasi!” Ameera terhenyak ketika suara seseorang terdengar. Tampak lelaki dengan pakaian casual, berdiri tak jauh dari tempatnya. Kaos putih pas badan mencetak tubuh atletisnya yang paripurna. Celana jeans dan sepatu kets putih membuatnya terlihat trendy. “Dia yang salah kok, Mas!” Seorang pramuniaga masih tetap bersikeras. “Kalian gak usah bersikeras! Saya kenal baik Pak Wirahadi!” tutur lelaki tersebut dengan muka tak bersahabat. Ketiga pramuniaga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 19A

Aksa menyetir dengan kecepatan sedang. Pembawaaannya terlihat tenang. Bahkan sejak tadi, tak ada satu percakapanpun terjadi di antara mereka. Ameera sibuk menunduk sambil memainkan jari-jemarinya. Otaknya tengah memutar-mutar mencari cara. Bagaimana menjelaskan terkait Sasha pada kakaknya itu. Hanya saja, hingga mobil berwarna putih itu tiba di depan kontrakan Sasha, Ameera belum menemukan sepatah kata pun untuk memulai berbicara. Hanya penunjuk arah yang dia sebutkan sejak tadi, itu saja.“Belok kanan, kontrakannya yang dua lantai cat orange!” tutur Ameera. Aksa menatap deretan kontrakan yang terlihat rapi itu. Tempatnya bersih, pekarangannya saja terlihat sempit. Seolah, Sasha sengaja mencari kontrakan yang tak ada parkiran mobilnya. Mungkin biar orang tua atau abangnya tak sering-sering datang.“Sudah sampai! Saya permisi!” Ameera hendak membuka pintu mobil, tetapi suara Aksa membuatnya menghentikkan gerakannya.“Saya antar! Sudah malam!” tuturnya seraya melihat jam tangan.“Nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 19B

“Ayo masuk, Bang!” Suara Ameera membuat Aksa menoleh. Beberapa detik, pandangan mereka bertemu. Namun, wajah Ameera lekas membuang muka. Wajahnya memerah dan terasa panas karena malu, ingat lagi kejadian yang tadi. Sementara itu, Aksa yang tak kalah kikuk, hanya saja dia berusaha bersikap biasa. Dia lekas masuk dan duduk pada karpet beludru yang sudah Ameera gelar. Beberapa detik suasana hening. Hingga akhirnya Aksa angkat bicara.*** Sementara itu, di kediaman Tuan Rivaldo. Safiyya mendengus sebal. Beberapa kali usahanya untuk menjebak Sasha, selalu mental. Aneh sekali, gadis itu seperti memiliki Indra ke enam.“Aneh, kenapa dia selalu tahu, ya, Ma?” Tanya Safiyya pada Anesya. “Tahu apa?” Anesya yang sedang merapikan rambut menoleh pada anak perempuannya. “Kemarin aku kasih minumannya obat pencuci perut, tapi airnya malah tumpah! Dikasih lagi ceceran sabun di kamar mandi, tapi gak jatuh juga, ditaburi serbuk gatal di handuknya, tapi gak kena!” gerutu Safiyya. “Lagian, kenapa gak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 20A

“Ahm, Ameera! Boleh minta waktu sebentar! Aku mau bicara!” Safiyya memasang wajah bersahabat. Dia berjalan mendekat membuat Sasha menghentikkan aktivitas olah raganya. “Apa?” Sasha mengangkat dagu, menaikkan satu alis ke atas dan memicing waspada. Safiyya tersenyum. “Gila, dia natap aku kayak mau ngajak gelud,” batin Safiyya. Namun, raut wajahnya disetting agar terlihat setenang mungkin. “Aku, aku … m—mau minta maaf, Ra.” Safiyya menunduk menyembunyikan raut wajah. Dia takut, Sasha bisa melihat ketidak tulusannya. Sasha terkekeh sambil mengibaskan tangan. Lalu dia menelengkan kepala ke arah pintu, “Gak perlu buang-buang waktu dengan pura-pura baik di depanku!”Safiyya mendengus, tetapi lekas dia kembali ke mode tersenyum. Berharap Sasha tak menangkap perubahan raut wajahnya. “Aku serius, Ameera. Aku minta maaf. Aku sudah bisa nerima kamu kok di rumah ini dan kita bisa jadi saudara,” tutur Safiyya dengan senyum yang dimanis-maniskan.Sasha mengabaikan Safiyya. Dia memulai lagi la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Bab 20B

“Mas, ini diminum dulu!” Suara Safiyya membuat Ardi terhenyak. Rupanya istrinya sudah berdiri di dekatnya dan menyodorkan gelas berisi teh hangat itu. Karena tak mau berlama-lama berinteraksi dengan Safiyya, Ardi mengambil gelas itu, lalu meneguk habis isinya. Setelah itu, dia menyodorkan gelas itu pada Safiyya agar di bawa keluar. Safiyya tersenyum senang, ketika Ardi masuk ke kamar mandi. Safiyya lekas mengunci pintu kamar dan segera mengganti pakaian dengan lingerie seksi miliknya. “Sebelum kita berpisah, sebaiknya kita bersenang-senang dulu, Mas! Biar aku beneran jadi janda gara-gara kamu,” kekeh Safiyya sambil naik ke atas ranjang dan duduk dengan fose menggoda, menuggu Ardi keluar dari kamar mandi. Agak lama, suaminya itu membersihkan diri. Hingga akhirnya penantian Safiyya terbayar. Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Ardi keluar dengan lilitan handuk saja. Dada bidangnya terlihat menggoda bagi Safiyya yang haus belaian. Ardi cukup terkejut melihat Safiyya yang sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Bab 21

Ardi menggeliat menatap cahaya samar yang masuk melalui celah jendela. Kepalanya masih terasa pusing. Dia memijit pelipisnya. Semalam, dia bermimpi. Mimpi melakukan hal indah itu dengan Ameera. Hanya saja, Ardi terkejut ketika mendapati tubuhnya yang tanpa sehelai pakaianpun. Lalu di sampingnya terdengar dengkuran halus dari Safiyya. Mereka berada dalam selimut yang sama.“Astaghfirulloh!” Ardi menyipitkan mata memperhatikan pakaian mereka yang bertebaran dan bantal-bantal yang berjatuhan. Lalu diliriknya lagi Safiyya yang masih terlelap dengan kondisi yang sama dengannya, tanpa busana.“Jadi, semalam itu bukan mimpi? A—Aku melakukannya … tapi bukan dengan Ameera, tetapi dengan dia?” batin Ardi. Ada rasa jijik tiba-tiba menyeruak. Bukan hal indah yang terbayang. Tetapi adegan demi adegan yang dipertontonkan Johanes padanya membuat harga diri Ardi, terasa semakin direndahkan. “Ra, sudah semakin jauh jarak yang kubentangkan …,” batin Ardi sambil menggeser tubuhnya pelan. Namun, Safi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status