“Ayo masuk, Bang!” Suara Ameera membuat Aksa menoleh. Beberapa detik, pandangan mereka bertemu. Namun, wajah Ameera lekas membuang muka. Wajahnya memerah dan terasa panas karena malu, ingat lagi kejadian yang tadi. Sementara itu, Aksa yang tak kalah kikuk, hanya saja dia berusaha bersikap biasa. Dia lekas masuk dan duduk pada karpet beludru yang sudah Ameera gelar. Beberapa detik suasana hening. Hingga akhirnya Aksa angkat bicara.*** Sementara itu, di kediaman Tuan Rivaldo. Safiyya mendengus sebal. Beberapa kali usahanya untuk menjebak Sasha, selalu mental. Aneh sekali, gadis itu seperti memiliki Indra ke enam.“Aneh, kenapa dia selalu tahu, ya, Ma?” Tanya Safiyya pada Anesya. “Tahu apa?” Anesya yang sedang merapikan rambut menoleh pada anak perempuannya. “Kemarin aku kasih minumannya obat pencuci perut, tapi airnya malah tumpah! Dikasih lagi ceceran sabun di kamar mandi, tapi gak jatuh juga, ditaburi serbuk gatal di handuknya, tapi gak kena!” gerutu Safiyya. “Lagian, kenapa gak
Terakhir Diperbarui : 2024-12-07 Baca selengkapnya