Share

Bab 18A

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 15:37:50

Ameera duduk dalam bus jemputan. Duduk termenung di kursi paling tepi dan paling belakang. Beruntung mendapat tempat duduk, jadi tak harus berdiri dan berdesak-desakkan.

Bus bergerak meninggalkan hijaunya lapangan golf dan fasilitas yang berderet-deret. Terus menjau, meninggalkan gerbang dan berbaur dengan ramainya kendaraan di jalan raya.

Ameera mende-sah. Ketiadaan Sasha dan tak berkomunikasi dengannya, membuat pikirannya yang semrawut, tambah kusut. Ameera tak mudah bercerita pada orang lain, kecuali orang yang dirasanya paling dekat. Jadi, selama saling tak berhubungan dengan Sasha, Ameera sibuk mencari pelarian.

Dipijitnya pelipis yang terasa berdenyut, lalu dia kembali membuang pandang melewati kaca jendela bus jempuo. Ditatapnya deretan ruko-ruko yang belarian, gedung-gedung perhotelan yang tinggi menjulang, pepohonan tepi jalan, beberapa petak sawah yang tersisa … tetapi sesibuk apapun matanya memandang semua itu, tetap saja hatinya gundah gulana.

Kalimat-kalimat yang Sasha
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 18B

    “Iya, Mbak! Tanggung jawab, dong! Kalau gak punya duit, ya gak usah masuk rak-rak barang antik!” oceh pramuniaga lainnya lagi, menimpali.Lutut Ameera terasa lepas. Dia sudah kehabisan kata-kata. Ketiga orang itu, hanya menyudutkannya dan memintanya untuk mengganti barang-barang yang pecah. Mereka sama sekali tak mendengarkan penjelasan Ameera. “Mbak! Saya gak bohong! Ini bukan salah saya! Tadi itu ada seseorang yang mendorong saya!” Ameera tetap berusaha membela diri. “Dia benar! Lihatlah CCTV! Jangan asal sembarang nuduh tanpa verifikasi!” Ameera terhenyak ketika suara seseorang terdengar. Tampak lelaki dengan pakaian casual, berdiri tak jauh dari tempatnya. Kaos putih pas badan mencetak tubuh atletisnya yang paripurna. Celana jeans dan sepatu kets putih membuatnya terlihat trendy. “Dia yang salah kok, Mas!” Seorang pramuniaga masih tetap bersikeras. “Kalian gak usah bersikeras! Saya kenal baik Pak Wirahadi!” tutur lelaki tersebut dengan muka tak bersahabat. Ketiga pramuniaga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 19A

    Aksa menyetir dengan kecepatan sedang. Pembawaaannya terlihat tenang. Bahkan sejak tadi, tak ada satu percakapanpun terjadi di antara mereka. Ameera sibuk menunduk sambil memainkan jari-jemarinya. Otaknya tengah memutar-mutar mencari cara. Bagaimana menjelaskan terkait Sasha pada kakaknya itu. Hanya saja, hingga mobil berwarna putih itu tiba di depan kontrakan Sasha, Ameera belum menemukan sepatah kata pun untuk memulai berbicara. Hanya penunjuk arah yang dia sebutkan sejak tadi, itu saja.“Belok kanan, kontrakannya yang dua lantai cat orange!” tutur Ameera. Aksa menatap deretan kontrakan yang terlihat rapi itu. Tempatnya bersih, pekarangannya saja terlihat sempit. Seolah, Sasha sengaja mencari kontrakan yang tak ada parkiran mobilnya. Mungkin biar orang tua atau abangnya tak sering-sering datang.“Sudah sampai! Saya permisi!” Ameera hendak membuka pintu mobil, tetapi suara Aksa membuatnya menghentikkan gerakannya.“Saya antar! Sudah malam!” tuturnya seraya melihat jam tangan.“Nggak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 19B

    “Ayo masuk, Bang!” Suara Ameera membuat Aksa menoleh. Beberapa detik, pandangan mereka bertemu. Namun, wajah Ameera lekas membuang muka. Wajahnya memerah dan terasa panas karena malu, ingat lagi kejadian yang tadi. Sementara itu, Aksa yang tak kalah kikuk, hanya saja dia berusaha bersikap biasa. Dia lekas masuk dan duduk pada karpet beludru yang sudah Ameera gelar. Beberapa detik suasana hening. Hingga akhirnya Aksa angkat bicara.*** Sementara itu, di kediaman Tuan Rivaldo. Safiyya mendengus sebal. Beberapa kali usahanya untuk menjebak Sasha, selalu mental. Aneh sekali, gadis itu seperti memiliki Indra ke enam.“Aneh, kenapa dia selalu tahu, ya, Ma?” Tanya Safiyya pada Anesya. “Tahu apa?” Anesya yang sedang merapikan rambut menoleh pada anak perempuannya. “Kemarin aku kasih minumannya obat pencuci perut, tapi airnya malah tumpah! Dikasih lagi ceceran sabun di kamar mandi, tapi gak jatuh juga, ditaburi serbuk gatal di handuknya, tapi gak kena!” gerutu Safiyya. “Lagian, kenapa gak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 20A

    “Ahm, Ameera! Boleh minta waktu sebentar! Aku mau bicara!” Safiyya memasang wajah bersahabat. Dia berjalan mendekat membuat Sasha menghentikkan aktivitas olah raganya. “Apa?” Sasha mengangkat dagu, menaikkan satu alis ke atas dan memicing waspada. Safiyya tersenyum. “Gila, dia natap aku kayak mau ngajak gelud,” batin Safiyya. Namun, raut wajahnya disetting agar terlihat setenang mungkin. “Aku, aku … m—mau minta maaf, Ra.” Safiyya menunduk menyembunyikan raut wajah. Dia takut, Sasha bisa melihat ketidak tulusannya. Sasha terkekeh sambil mengibaskan tangan. Lalu dia menelengkan kepala ke arah pintu, “Gak perlu buang-buang waktu dengan pura-pura baik di depanku!”Safiyya mendengus, tetapi lekas dia kembali ke mode tersenyum. Berharap Sasha tak menangkap perubahan raut wajahnya. “Aku serius, Ameera. Aku minta maaf. Aku sudah bisa nerima kamu kok di rumah ini dan kita bisa jadi saudara,” tutur Safiyya dengan senyum yang dimanis-maniskan.Sasha mengabaikan Safiyya. Dia memulai lagi la

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 20B

    “Mas, ini diminum dulu!” Suara Safiyya membuat Ardi terhenyak. Rupanya istrinya sudah berdiri di dekatnya dan menyodorkan gelas berisi teh hangat itu. Karena tak mau berlama-lama berinteraksi dengan Safiyya, Ardi mengambil gelas itu, lalu meneguk habis isinya. Setelah itu, dia menyodorkan gelas itu pada Safiyya agar di bawa keluar. Safiyya tersenyum senang, ketika Ardi masuk ke kamar mandi. Safiyya lekas mengunci pintu kamar dan segera mengganti pakaian dengan lingerie seksi miliknya. “Sebelum kita berpisah, sebaiknya kita bersenang-senang dulu, Mas! Biar aku beneran jadi janda gara-gara kamu,” kekeh Safiyya sambil naik ke atas ranjang dan duduk dengan fose menggoda, menuggu Ardi keluar dari kamar mandi. Agak lama, suaminya itu membersihkan diri. Hingga akhirnya penantian Safiyya terbayar. Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Ardi keluar dengan lilitan handuk saja. Dada bidangnya terlihat menggoda bagi Safiyya yang haus belaian. Ardi cukup terkejut melihat Safiyya yang sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 21

    Ardi menggeliat menatap cahaya samar yang masuk melalui celah jendela. Kepalanya masih terasa pusing. Dia memijit pelipisnya. Semalam, dia bermimpi. Mimpi melakukan hal indah itu dengan Ameera. Hanya saja, Ardi terkejut ketika mendapati tubuhnya yang tanpa sehelai pakaianpun. Lalu di sampingnya terdengar dengkuran halus dari Safiyya. Mereka berada dalam selimut yang sama.“Astaghfirulloh!” Ardi menyipitkan mata memperhatikan pakaian mereka yang bertebaran dan bantal-bantal yang berjatuhan. Lalu diliriknya lagi Safiyya yang masih terlelap dengan kondisi yang sama dengannya, tanpa busana.“Jadi, semalam itu bukan mimpi? A—Aku melakukannya … tapi bukan dengan Ameera, tetapi dengan dia?” batin Ardi. Ada rasa jijik tiba-tiba menyeruak. Bukan hal indah yang terbayang. Tetapi adegan demi adegan yang dipertontonkan Johanes padanya membuat harga diri Ardi, terasa semakin direndahkan. “Ra, sudah semakin jauh jarak yang kubentangkan …,” batin Ardi sambil menggeser tubuhnya pelan. Namun, Safi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 22A

    “Ada apa ini?” Tuan Rivaldo menatap Anesya dan Safiyya. “Papa!” Safiyya terisak. Tentunya air mata pura-pura saja yang keluar. Dia memburu Tuan Rivaldo sambil mengadu. “Tega sekali mereka, Pa! Mas Ardi dan putri Papa,” tutur Safiyya sambil mengeraskan isaknya. Gavin menatap Sasha yang terlihat berantakan. Bajunya basah dan rambutnya tak karuan, wajahnya terlihat merah. Lalu tak jauh dari Sasha, Ardi tampak menunduk sambil mengeratkan kepal. “Sudah Mama bilang, Pa! Dia itu Cuma anak jalanan yang ngaku-ngaku saja sebagai anak kamu. Lihat kelakuannya! Berani-beraninya dia bermain serong sama suaminya Fiyya! Gak mungkin seorang turunan ningrat punya akhlak minus kayak gitu, Pa!” Anesya menimpali.Para tetangga yang tadi dipanggilnya saling sibuk berbisik-bisik. “Meera! Apa yang terjadi?” Tuan Rivaldo menatap Sasha. “Perempuan ular itu menjebak kami. Dia menaruh obat dalam minumanku. Lalu, mengumpankan menantunya sendiri agar seolah-olah kami berbuat zina,” tukas Sasha dengan suara m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 22B

    Tuan Rivaldo membuang muka. Kejadian tak terduga ini membuatnya tak bisa berpikir jernih. Jika Safiyya sudah menjadi janda, apakah dia masih tega untuk menceraikan Anesya? Ingat betul ketika dulu dia membicarakan perceraian, bahkan Safiyya sampai jatuh sakit karena tak mau kehilangan mama dan papanya. Sekali lagi, meskipun Safiyya bukan anak kandungnya. Namun, belasan tahun bersama. Sejak kecil dia manjakan, tentu saja perasaan sayang itu pun sudah tumbuh perlahan di hatinya. “Saya mau istirahat! Keputusan saya tetap! Antar saya ke kamar, Gavin!” Tuan Rivaldo meminta Gavin mengantar ke kamarnya. Gavin hanya mengangguk dan lekas mendorong kursi roda itu. Keduanya mengabaikan Anesya dan Safiyya yang masih merengek-rengek agar keputusan Tuan Rivaldo diubah. Dia pun membantu Tuan Rivaldo untuk berpindah ke tempat tidur dan duduk di tepi ranjang sambil termenung. “Panggilkan Sasha!” tutur Tuan Rivaldo.“Baik, Tuan!” Gavin mengangguk. Lekas dia berjalan menuju keluar kamar. Sedikit terke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09

Bab terbaru

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60B-END

    “Saya harus extra kuat sekarang, Ra. Ada dua perempuan rapuh di rumah. Beruntung Mbak Maria sudah pindah rumah, Marina juga sudah menikah dan ikut suaminya. Seenggaknya, saya dan Papa berbagi tugas untuk mengawasi dua orang itu saja.” Ameera mengangguk-angguk paham. Pantas saja, Ardi tampak jauh cepat lebih tua. Rupanya beban hidup yang dialaminya cukup membuat Ameera turut prihatin.“Salam buat keluarga, ya, Mas! Maaf gak bisa ngobrol lama, ada acara lagi setelah ini.” “Iya, Ra. Sukses terus, ya! Seenggaknya saya bangga pernah menjadi orang yang berarti dalam hidup kamu, meski itu dulu.” Ardi tersenyum kecut dan bicara lirih. Sorot matanya tetap menatap Ameera dengan pandangan yang masih sama, seperti dulu.“Ya, Mas!” Ameera tersenyum, lalu berpamitan dan meninggalkan Ardi yang mengusap rambutnya yang sudah ramai ditumbuhi uban.***Setelah kegiatan perusahaan banyak diambil alih kembali oleh Ameera. Perlahan kesibukkan Gavin mulai terbagi lagi. Kini, dia memiliki sedikit waktu lon

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60A

    Tuan Rivaldo langsung terdiam ketika mendengar persyaratan yang disampaikan Arsyla. Bahunya melorot, lalu dia meminta Parjo mendorong kursi rodanya kembali ke teras menemani Ameera. Selera makannya mendadak menguap begitu saja.“Mama kamu itu, Ra. Apa gak kasihan sama Papa? Masa iya ngasih syarat diluar nalar kayak gitu.” “Hah, syarat apa, Pa?” Ameera yang baru selesai membalas email bertanya tanpa menoleh pada sang Papa. “Masa iya, dia bilang … Papa jangan pernah menemui dia lagi selama setahun kalau mau dipertimbangkan balikan lagi. Mana mungkin bisa gak ketemu, Papa ‘kan pasti ke sini tiap hari.” Ameera terkekeh, lalu dia berbisik ke telingan Tuan Rivaldo. Lelaki paruh baya itu tampak menautkan alis. Lalu setelahnya menatap Ameera sambil tersenyum sumringah.“Oke, Papa temuin mama kamu dulu! Papa sanggupin saja, ya! Kamu pinter sih, Ra. Papa ‘kan bisa temuin kamu di kantor, jadi gak akan ketemu Mama kamu, walau berat, sih! Setahun, Ra,” tutur Tuan Rivaldo dan segera beranjak ke

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 59

    Kabar kehamilan Ameera diterima dengan suka cita. Arsyla memeluk haru putri semata wayangnya dengan buncah bahagia. Bahkan, demi memastikan Ameera cukup istirahat dan terjaga pola makannya. Arsyla memutuskan untuk tinggal sementara waktu di kediaman putrinya itu. Aksa merasa senang, setidaknya ditengah kesibukannya, sang istri ada yang memberi ekstra perhatian. Hanya saja, mau tak mau, Gavin yang kini menjadi tumbal. Karena kehamilan Ameera, rencana bulan madunya yang awalnya akan ke Bali dalam beberapa pekan, harus dibatalkan. Aksa meminta Tuan Rivaldo agar Ameera tak terlalu menerima beratnya beban pikiran. Alhasil, Gavin pun bisa memakluminya. Beruntung, Sasha bukan perempuan dengan tipe manja. “Gak apa, kok, Mas! Bulan madu bisa di mana saja! Di kantor juga bisa,” tukas Sasha sambil mengerling jahil. Dia sedang mengeringkan rambut basahnya. Semalam baru saja keduanya berpetualang hebat. Gavin yang baru selesai mandi, menoleh pada sang istri dengan ekor matanya. “Bulan madu? D

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58B

    Tuan Rivaldo hanya tersenyum kaku. Dia seperti kehabisan kata-kata. Seorang asisten yang menggantikan Gavin, duduk juga di sampingnya. Sementara itu, kedua orang tua Gavin dan Sasha duduk membersamai pengantin di depan sana.“Arsyla … sepertinya jarak yang kamu bentangkan semakin hari, semakin lebar saja … apa tak ada kesempatan untukku menebus segalanya?” batin Tuan Rivaldo. Perempuan yang sudah melahirkan buah hatinya itu tampak begitu ceria mengobrol dengan anak menantunya. Sesekali perempuan paruh baya itu tertawa. “Bodohnya aku,Syla … bodohnya aku yang menyia-nyiakanmu dulu,” batin Tuan Rivaldo dipenuhi sesal. Seorang panitia datang dan mengantarkan pesanan makanan. “Wah, bakso, ya!” Sumringah Bu Uti ketika mencium wangi yang menguar. Rupanya Aksa tadi yang memesan. Hanya saja, Ameera tiba-tiba menutup hidung dan terlihat tak nyaman. “Duh, bau banget, sih, Bang!” rengeknya sambil menjauhkan mangkuk bakso dari depannya.Aksa mengernyit. Pasalnya, biasanya Ameera adalah orang y

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58A

    Suara deheman Gavin, membuat Sasha mencubit perut Johanes. Lelaki yang dicubitnya itu mengaduh. Lalu, mau tak mau melepas pelukannya.“Masih saja galak! Kuwalat lo sama abang sendiri!” ejek Johanes. Wajahnya tampak datar lagi dan kini dia beralih menyalami Gavin. Sepasang mata elang Gavin seolah tengah melayangkan protes atas kelakuannya tadi.“Biasa aja lihatinnya, Dek! Lo sekarang adek gue juga!” kekeh Johanes tersenyum masam. Dia menepuk pundak Gavin dua kali. “Gue gak perlu nitipin dia ke elo! Gue yakin, elo bakal jagain dia jauh lebih baik dari gue!” Johanes melepas jabatan tangannya dengan Gavin. Lalu menoleh pada perempuan yang berjalan dengan pelan karena perut yang sudah membesar. “Pasti, Bang!” Gavin menjawab singkat. “Berasa tua gue dipanggil Abang,” kekeh Johanes. Tak ada sedikitpun raut bahagia di wajahnya. Dia pun meraih jemari perempuan yang sejak tadi seperti tak diacuhkannya itu. Entah perempuan mana lagi yang dihamilinya. Perut yang besar dengan high heel yang ag

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 57B

    Hanya saja, pesan Sasha pun tetap diabaikan juga. Karena penasaran, Sasha pun mencoba melakukan panggilan. Namun, tak ada satu pun panggilan darinya diterima Johanes.“Ngambeknya kayak anak kecil,” oceh Sasha. *** Resepsi pernikahan, akan diadakan besar-besaran. Apalagi Antoni pun tak mau ketinggalan. Dia tetap tebal muka dengan penolakan Sasha. Bahkan dia sudah mendeklarasikn kepada rekan bisnisnya tentang keberadaan putri kandungnya. Karena itu, pernikahan Sasha terbilang dirancang dengan cukup megah. Di mana ada tiga pendonor utama yaitu dokter Subarkah, Anotni dan juga Tuan Rivaldo. Waktu bergerak merangkak. Persiapan pernikahan yang dilakukan sudah hampir rampung. Johanes, belum memberikan kabar keberadaan hingga sekarang. Hanya saja, ada sedikit kemajuan. Jika Ibunya mengirim pesan, setidaknya dibalas. Dia selalu bilang, kalau sekarang dia berada di tempat yang aman. Butuh waktu untuk lelaki itu mengobati luka yang menganga cukup besar. Hanya dua orang yang pesannya dibalas.

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 57A

    Sasha menatap langit-langit kamar yang polos. Rasa lelah seharian, tak serta merta membuatnya bisa tidur cepat. Hari ini terlalu penuh kejutan untuknya. Malam yang mulai larut, putaran jam dinding yang terus menggulir waktu, tak bisa membuat Sasha dengan mudah memejamkan mata. Bayangan wajah Gavin yang hari ini memberi kejutan luar biasa untuknya. Terus-menerus bergelayut di kelopak mata. Sudah sejak tadi dia bolak-balik membuka sosial medianya. Beberapa postingan yang memuat kebersamaannya dengan Gavin, sudah memenuhi wall-nya. Sengaja Sasha postingkan untuk mengabadikan momen yang sangat langka dan berharga ini. Sontak banyak sekali komentar dari link pertemanan yang menyatakan kaget luar biasa. [Lo sama Jo, udahan?] [Secepat itu kamu berubah haluan, Sha?] [Wah? Dilamar? Jadi, Jo kalah gercep?] [So sweet banget, sih! Kelihatan banget dia ngasih kejutan dadakan, sampe cicinnya kebesaran.] Dan banyak lagi komentar yang menyangkut pautkannya dengan hubungan Sasha dengan Johanes

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 56C

    Sepasang netra Sasha kembali besinar. Dia bergegas menghampiri Bu Uti dan ikut membaca sederet tulisan lama yang menuliskan alamat Sasti. Sasha pun mengambil gambar dengan ponselnya lekas menoleh ke arah Gavin, Ameera dan Aksa.“Aku mau ke sana! Aku ingin mencari Mama!” Ketiganya mengangguk. Tak menunggu waktu, hari itu juga mereka bergerak menuju lokasi yang disebutkan. Mereka menggunakan satu mobil saja, sedangkan yang satunya dititip di panti. Setelah menempuh waktu sekitar empat jam, akhirnya mereka tiba di sebuah perkampungan. Asing, itulah yang Sasha rasakan. Setelah berputar-putar mencari nama tersebut dan di arahkan ke sana sini. Banyak yang bernama Sasti, tapi rata-rata usianya masih muda, ada juga yang masih bayi. Hingga akhirnya mereka diarahkan ke sebuah rumah, katanya dulunya milik almarhumah Bu Sasti. Hanya saja ternyata rumah itu sedang kosong. Beruntung, ada seorang perempuan berjilbab lebar yang kebetulan keluar dari rumah megah yang berseberangan menanyai mereka.“

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 56B

    Sasha meninggalkan rooftop rumah sakit dengan mood yang sudah membaik. Ide Ameera menelpon Gavin sepertinya adalah ide paling tepat. Kini, wajah Sasha yang tadi terlihat begitu muram, perlahan terlihat cerah. Meranti, Subarkah, Merisa dan Antoni ternyata menunggu mereka di lantai satu. Aksa sudah membocorkan kondisi Sasha. Semua turut senang, kesedihan itu tak bertahan lama.Bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Empat pasang mata itu menatap kedatangan dua pasang muda-mudi itu. Jemari mereka saling bertaut. Hanya saja, Sasha yang tak biasa, lekas melepas gamitan jemari Gavin ketika melihat ada empat orang tua yang tengah menunggunya. “Sha … anak kesayangan mama.” Meranti langsung memburu Sasha, memeluk erat dan menangis tersedu. Dia merasa begitu bersalah karena selalu mengulur waktu untuk memberitahu pada Sasha hal yang sebenarnya. Dia selalu merasa tak siap menghadapi reaksi Sasha. Hingga akhirnya itu hanya menjadi bom waktu yang pada hari ini harus meledak diluar kendali mer

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status