Share

Bab 22A

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 05:35:28

“Ada apa ini?” Tuan Rivaldo menatap Anesya dan Safiyya.

“Papa!” Safiyya terisak. Tentunya air mata pura-pura saja yang keluar. Dia memburu Tuan Rivaldo sambil mengadu.

“Tega sekali mereka, Pa! Mas Ardi dan putri Papa,” tutur Safiyya sambil mengeraskan isaknya.

Gavin menatap Sasha yang terlihat berantakan. Bajunya basah dan rambutnya tak karuan, wajahnya terlihat merah. Lalu tak jauh dari Sasha, Ardi tampak menunduk sambil mengeratkan kepal.

“Sudah Mama bilang, Pa! Dia itu Cuma anak jalanan yang ngaku-ngaku saja sebagai anak kamu. Lihat kelakuannya! Berani-beraninya dia bermain serong sama suaminya Fiyya! Gak mungkin seorang turunan ningrat punya akhlak minus kayak gitu, Pa!” Anesya menimpali.

Para tetangga yang tadi dipanggilnya saling sibuk berbisik-bisik.

“Meera! Apa yang terjadi?” Tuan Rivaldo menatap Sasha.

“Perempuan ular itu menjebak kami. Dia menaruh obat dalam minumanku. Lalu, mengumpankan menantunya sendiri agar seolah-olah kami berbuat zina,” tukas Sasha dengan suara m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 22B

    Tuan Rivaldo membuang muka. Kejadian tak terduga ini membuatnya tak bisa berpikir jernih. Jika Safiyya sudah menjadi janda, apakah dia masih tega untuk menceraikan Anesya? Ingat betul ketika dulu dia membicarakan perceraian, bahkan Safiyya sampai jatuh sakit karena tak mau kehilangan mama dan papanya. Sekali lagi, meskipun Safiyya bukan anak kandungnya. Namun, belasan tahun bersama. Sejak kecil dia manjakan, tentu saja perasaan sayang itu pun sudah tumbuh perlahan di hatinya. “Saya mau istirahat! Keputusan saya tetap! Antar saya ke kamar, Gavin!” Tuan Rivaldo meminta Gavin mengantar ke kamarnya. Gavin hanya mengangguk dan lekas mendorong kursi roda itu. Keduanya mengabaikan Anesya dan Safiyya yang masih merengek-rengek agar keputusan Tuan Rivaldo diubah. Dia pun membantu Tuan Rivaldo untuk berpindah ke tempat tidur dan duduk di tepi ranjang sambil termenung. “Panggilkan Sasha!” tutur Tuan Rivaldo.“Baik, Tuan!” Gavin mengangguk. Lekas dia berjalan menuju keluar kamar. Sedikit terke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 23A

    “Aksa! Papa! Coba lihat ini!” Meranti berjalan panic menuju ruang keluarga. Tangannya gemetar ketika melihat berita yang mendadak trending di salah satu thread.Aksa dan Subarkah yang sedang sarapan, menoleh. Ditatapnya wajah panic meranti. Namun, keduanya seolah kompak, bertanya hanya dengan tatapan. “Ini, Papa! Aksa!” Meranti menunjukkan berita yang tengah viral tersebut.“Astaghfirulloh! Anak itu bener-bener, ya! Aksa, bukannya kemarin kamu berhasil menemukan Sasha!”Aksa mendengus.“Tidak.” “Kamu itu kalau ada apa-apa, ngomong dong, Aksa. Lihat ini, adek kamu … Ya Allah … masa jadi pelakor.” Meranti menatao selembar foto yang dipegangnya.“Jemput Sasha pulang sekarang!” Pak Subarkah menoleh pada Aksa. “Sasha tuh pengennya apa, sih? Kenapa selalu bikin Mama malu,” keluh Meranti sambil duduk dan memijit pelipisnya. Aksa terpegun. Baru saja esok dia akan menjemput adiknya itu, hari ini sudah keburu muncul kejadian seperti ini. Dia meminta Ameera mengantarnya ke kediaman Tuan Riva

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 23B

    Glek!Ameera menelan saliva. Bagaimana tidak, lelaki dengan kaos putih pas badan, rambut potongan pendek rapi dan kaca mata hitam itu, membuat beberapa detik kewarasannya tergadai. Aksa terlihat sangat mempesona dan tampan. “Ehmmm!” Suara Aksa membuat Ameera terperanjat. Lekas dia memutar tubuh dan masuk ke sisi sebelah kiri, lalu membuka pintu mobil dan lekas masuk.“T—tapi, Bang. Saya nggak tahu loh alamat rumahnya Tuan Rivaldo,” tutur Ameera. “Kamu duduk saja. Saya tahu.” Aksa menjawab tanpa menoleh. Sepasang iris hitam pekat itu tampak memindai jalanan diiringi gerakan tangan yang memutar stir. Mobil pun berputar arah dengan mulus, lalu setelah itu Aksa menginjak gas, fortuner putih meluncur cepat. “Pakai seat beltnya! Saya gak mau tambah masalah!” tutur Aksa. “Iya, Bang!” Ameera menurut saja. Kali ini pikirannya turut cemas. Bagaimana tidak, headline konten yang fyp itu kembali terbayang dalam pelupuk mata dan membuatnya lemas. Ameera tahu betul, siapa Sasha. Dia tak mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 24A

    Sepasang mata tua milik Tuan Rivaldo menghangat ketika melihat sosok yang datang. Gadis yang begitu mirip dengan mantan istrinya tengah berdiri sambil menunduk di samping seorang pria muda. “Ameera! I—Ini p—papa,” lirih, bahkan hampir tak terdengar. Ameera membuang napas kasar. “Saya ke sini mau jemput Sasha, Pak!” Ameera melirik Aksa. Seperti kesepakatannya, Ameera yang bertugas membujuk Sasha pulang.“Sasha akan tetap tinggal di sini, sampai kamu betah, Nak. Papa minta dia temani kamu. Iya ‘kan, Sha?” Tuan Rivaldo menoleh pada Sasha. “Ya, aku bakal tinggal di sini, Ra. Sampai bisa membongkar persekongkolan mereka.” Sasha bersedekap.“Berhentilah ikut campur urusan orang lain, Sha! Mama minta kamu pulang!” Aksa menatap dingin pada wajah adik perempuannya. Sudah bisa ditebak, tak akan bisa semudah itu membawa Sasha pulang. Sejak kecil, Sasha selalu sulit diatur. “Ameera bukan orang lain, Bang! Dia sahabatku!” decih Sasha sambil melirik sebal pada Aksa. “Pulanglah, Sha. Demi aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 24B

    “Terima kasih, Tuan! Saya sudah lama jadi anak yatim piatu. Saya tak membutuhkan semua itu,” tutur Ameera dengan suara tercekat. Ingin sekali dia menangis mendengar seseorang yang tiba-tiba mengaku, papa. Seseorang yang tiba-tiba datang setelah belasan tahun dia pontang-panting sendirian dalam perasaan sunyi, terasing, dan terbuang.“Atau kamu ingin Papa belikan rumah, tidak apa-apa tinggal terpisah. Papa ingin, kamu hidup lebih dari layak, Nak. Papa ingin, kamu merasakan jika kamu memiliki seorang, Papa.” Ameera menelan saliva. Matanya mengembun dan dia menunduk dalam. “Tidak, terima kasih. Saya saat ini sudah bahagia.” Suaranya terdengar bergetar.“Ameera, ini Papa, Nak! Saya benar-benar Papa kamu.” Tuan Rivaldo menyeka setitik air matanya yang jatuh.“Jika Anda papa saya? Ke mana saja Anda selama ini? Ke mana ketika saya merasa sunyi dan terasing sendiri?” Ameera menjawab dengan suara bergetar. Baginya, bisa menghidupi diri sendiri dan memiliki banyak teman, itu sudah lebih dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 25A

    Sasha tiba di rumah sakit dan langsung masuk ke IGD. Aksa yang super panik, langsung menelpon Meranti, Mamanya. Dia mengabarkan kalau Sasha terjatuh di tangga. Sementara itu, Ameera menemani Sasha. Beberapa suster datang memeriksa, tapi Sasha berusaha mengulur-ulur waktu, dia minta di antar ke toilet pada Ameera. Aneh. Itu yang terbersit dalam pikiran para perawat itu. Namun, karena banyak pasien lain berdatangan juga. Akhirnya, mereka memprioritaskan yang lain dulu. Di toilet, Sasha lekas mengirim pesan kepada kakak pertamanya yang praktek sebagai dokter umum di rumah sakit tersebut.[Bang, mau cepet lihat Bang Aksa married gak? Kita harus kerja sama.] Pesan diterima Harsa. Lelaki dengan jas putih yang baru saja datang itu mengernyit. “Adek bontot ini mau buat ulah apa lagi, ya?” gerutu Harsa sambil mengusap wajah. [Woyyy, Bang! Gak jawab, dosa.] Harsa terkekeh sendiri, lalu membalas pesan dari Sasha. [Yang maksa suruh jawab, lebih dosa. Emang sejak kapak Aksa mau married? Eman

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 25B

    “Ck! Sama orang tua nyuruh-nyuruh, dosa! Mana nyuruh bohong!” omel Harsa sambil menjewer kuping Sasha. Namun, Sasha menepisnya.“Dih Abang! Pokoknya Abang cukup bantu gitu saja! Abang mau cepet-cepet punya ponakan ‘gak? Aku ada banyak rencana tahu!” omel Sasha sambil mendelik.“Rencana apa?” Harsa menatap wajah Sasha.“Yang pertama, kalau aku sakit, Mama biasanya ngabulin permintaan aku dengan mudah! Aku bakal maksa Mama buat jodohin adeknya Bang Harsa yang nyebelin itu sama temen aku yang tadi. Serasi ‘kan mereka?” Sasha menaik turunkan alisnya.“Hmmm!” Harsa hanya bergumam. Kali ini mereka sudah berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Pastinya setelah Harsa berkomunikasi dengan salah satu suster yang tadi menangani Sasha ketika baru datang. “Yang kedua, aku mau ngenalin seseorang ke Mama. Jadi, biar mama bisa tahu kalau dia tak perlu repot-repot mencarikan jodoh buat aku.” Sasha mengedik santai.“Oh ya? Sudah dapat? Kayak gimana orangnya? Kerjaannya apa? Punya masa depan gak?” Harsa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 26A

    “Menikahlah denganku, Ameera! Aku akan menjadikanmu ratu dalam duniaku!” Ardi duduk bersimpuh di depan Ameera. Dia mengeluarkan kotak beludru dari sakunya. Lalu, kotak berisi cincin itu dibuka tepat di hadapan Ameera. Ardi menatap seraut wajah yang terlihat kaget. Ameera terpegun. Dia menatap kosong ke arah Ardi yang duduk bersimpuh. “Maaf, Mas. Kita sudah selesai.” Suara itu, seketika memporak-porandakan hati Ardi. Harapannya yang sudah melambung tinggi, terhempas sudah. “Tapi, bisa ‘kan kita mulai semuanya lagi dari awal?” Ardi menatap lekat seraut wajah cantik yang terlihat penuh beban itu. Dia masih mempertahankan posisinya yang berjongkok di depan Ameera.“Sudahlah, Mas! Aku capek! Sebaiknya kamu pulang!” Ameera melengos dan membuang napas kasar. “Ra, Mas serius sama kamu!” tukas Ardi sambil bangkit dan menahan lengan Ameera yang hendak melengos pergi.“Aku juga tidak bercanda, Mas. Aku sudah capek. Tolong, Mas. Tolong biarkan aku hidup tenang.” Ameera bicara sambil menunduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60B-END

    “Saya harus extra kuat sekarang, Ra. Ada dua perempuan rapuh di rumah. Beruntung Mbak Maria sudah pindah rumah, Marina juga sudah menikah dan ikut suaminya. Seenggaknya, saya dan Papa berbagi tugas untuk mengawasi dua orang itu saja.” Ameera mengangguk-angguk paham. Pantas saja, Ardi tampak jauh cepat lebih tua. Rupanya beban hidup yang dialaminya cukup membuat Ameera turut prihatin.“Salam buat keluarga, ya, Mas! Maaf gak bisa ngobrol lama, ada acara lagi setelah ini.” “Iya, Ra. Sukses terus, ya! Seenggaknya saya bangga pernah menjadi orang yang berarti dalam hidup kamu, meski itu dulu.” Ardi tersenyum kecut dan bicara lirih. Sorot matanya tetap menatap Ameera dengan pandangan yang masih sama, seperti dulu.“Ya, Mas!” Ameera tersenyum, lalu berpamitan dan meninggalkan Ardi yang mengusap rambutnya yang sudah ramai ditumbuhi uban.***Setelah kegiatan perusahaan banyak diambil alih kembali oleh Ameera. Perlahan kesibukkan Gavin mulai terbagi lagi. Kini, dia memiliki sedikit waktu lon

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60A

    Tuan Rivaldo langsung terdiam ketika mendengar persyaratan yang disampaikan Arsyla. Bahunya melorot, lalu dia meminta Parjo mendorong kursi rodanya kembali ke teras menemani Ameera. Selera makannya mendadak menguap begitu saja.“Mama kamu itu, Ra. Apa gak kasihan sama Papa? Masa iya ngasih syarat diluar nalar kayak gitu.” “Hah, syarat apa, Pa?” Ameera yang baru selesai membalas email bertanya tanpa menoleh pada sang Papa. “Masa iya, dia bilang … Papa jangan pernah menemui dia lagi selama setahun kalau mau dipertimbangkan balikan lagi. Mana mungkin bisa gak ketemu, Papa ‘kan pasti ke sini tiap hari.” Ameera terkekeh, lalu dia berbisik ke telingan Tuan Rivaldo. Lelaki paruh baya itu tampak menautkan alis. Lalu setelahnya menatap Ameera sambil tersenyum sumringah.“Oke, Papa temuin mama kamu dulu! Papa sanggupin saja, ya! Kamu pinter sih, Ra. Papa ‘kan bisa temuin kamu di kantor, jadi gak akan ketemu Mama kamu, walau berat, sih! Setahun, Ra,” tutur Tuan Rivaldo dan segera beranjak ke

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 59

    Kabar kehamilan Ameera diterima dengan suka cita. Arsyla memeluk haru putri semata wayangnya dengan buncah bahagia. Bahkan, demi memastikan Ameera cukup istirahat dan terjaga pola makannya. Arsyla memutuskan untuk tinggal sementara waktu di kediaman putrinya itu. Aksa merasa senang, setidaknya ditengah kesibukannya, sang istri ada yang memberi ekstra perhatian. Hanya saja, mau tak mau, Gavin yang kini menjadi tumbal. Karena kehamilan Ameera, rencana bulan madunya yang awalnya akan ke Bali dalam beberapa pekan, harus dibatalkan. Aksa meminta Tuan Rivaldo agar Ameera tak terlalu menerima beratnya beban pikiran. Alhasil, Gavin pun bisa memakluminya. Beruntung, Sasha bukan perempuan dengan tipe manja. “Gak apa, kok, Mas! Bulan madu bisa di mana saja! Di kantor juga bisa,” tukas Sasha sambil mengerling jahil. Dia sedang mengeringkan rambut basahnya. Semalam baru saja keduanya berpetualang hebat. Gavin yang baru selesai mandi, menoleh pada sang istri dengan ekor matanya. “Bulan madu? D

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58B

    Tuan Rivaldo hanya tersenyum kaku. Dia seperti kehabisan kata-kata. Seorang asisten yang menggantikan Gavin, duduk juga di sampingnya. Sementara itu, kedua orang tua Gavin dan Sasha duduk membersamai pengantin di depan sana.“Arsyla … sepertinya jarak yang kamu bentangkan semakin hari, semakin lebar saja … apa tak ada kesempatan untukku menebus segalanya?” batin Tuan Rivaldo. Perempuan yang sudah melahirkan buah hatinya itu tampak begitu ceria mengobrol dengan anak menantunya. Sesekali perempuan paruh baya itu tertawa. “Bodohnya aku,Syla … bodohnya aku yang menyia-nyiakanmu dulu,” batin Tuan Rivaldo dipenuhi sesal. Seorang panitia datang dan mengantarkan pesanan makanan. “Wah, bakso, ya!” Sumringah Bu Uti ketika mencium wangi yang menguar. Rupanya Aksa tadi yang memesan. Hanya saja, Ameera tiba-tiba menutup hidung dan terlihat tak nyaman. “Duh, bau banget, sih, Bang!” rengeknya sambil menjauhkan mangkuk bakso dari depannya.Aksa mengernyit. Pasalnya, biasanya Ameera adalah orang y

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58A

    Suara deheman Gavin, membuat Sasha mencubit perut Johanes. Lelaki yang dicubitnya itu mengaduh. Lalu, mau tak mau melepas pelukannya.“Masih saja galak! Kuwalat lo sama abang sendiri!” ejek Johanes. Wajahnya tampak datar lagi dan kini dia beralih menyalami Gavin. Sepasang mata elang Gavin seolah tengah melayangkan protes atas kelakuannya tadi.“Biasa aja lihatinnya, Dek! Lo sekarang adek gue juga!” kekeh Johanes tersenyum masam. Dia menepuk pundak Gavin dua kali. “Gue gak perlu nitipin dia ke elo! Gue yakin, elo bakal jagain dia jauh lebih baik dari gue!” Johanes melepas jabatan tangannya dengan Gavin. Lalu menoleh pada perempuan yang berjalan dengan pelan karena perut yang sudah membesar. “Pasti, Bang!” Gavin menjawab singkat. “Berasa tua gue dipanggil Abang,” kekeh Johanes. Tak ada sedikitpun raut bahagia di wajahnya. Dia pun meraih jemari perempuan yang sejak tadi seperti tak diacuhkannya itu. Entah perempuan mana lagi yang dihamilinya. Perut yang besar dengan high heel yang ag

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 57B

    Hanya saja, pesan Sasha pun tetap diabaikan juga. Karena penasaran, Sasha pun mencoba melakukan panggilan. Namun, tak ada satu pun panggilan darinya diterima Johanes.“Ngambeknya kayak anak kecil,” oceh Sasha. *** Resepsi pernikahan, akan diadakan besar-besaran. Apalagi Antoni pun tak mau ketinggalan. Dia tetap tebal muka dengan penolakan Sasha. Bahkan dia sudah mendeklarasikn kepada rekan bisnisnya tentang keberadaan putri kandungnya. Karena itu, pernikahan Sasha terbilang dirancang dengan cukup megah. Di mana ada tiga pendonor utama yaitu dokter Subarkah, Anotni dan juga Tuan Rivaldo. Waktu bergerak merangkak. Persiapan pernikahan yang dilakukan sudah hampir rampung. Johanes, belum memberikan kabar keberadaan hingga sekarang. Hanya saja, ada sedikit kemajuan. Jika Ibunya mengirim pesan, setidaknya dibalas. Dia selalu bilang, kalau sekarang dia berada di tempat yang aman. Butuh waktu untuk lelaki itu mengobati luka yang menganga cukup besar. Hanya dua orang yang pesannya dibalas.

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 57A

    Sasha menatap langit-langit kamar yang polos. Rasa lelah seharian, tak serta merta membuatnya bisa tidur cepat. Hari ini terlalu penuh kejutan untuknya. Malam yang mulai larut, putaran jam dinding yang terus menggulir waktu, tak bisa membuat Sasha dengan mudah memejamkan mata. Bayangan wajah Gavin yang hari ini memberi kejutan luar biasa untuknya. Terus-menerus bergelayut di kelopak mata. Sudah sejak tadi dia bolak-balik membuka sosial medianya. Beberapa postingan yang memuat kebersamaannya dengan Gavin, sudah memenuhi wall-nya. Sengaja Sasha postingkan untuk mengabadikan momen yang sangat langka dan berharga ini. Sontak banyak sekali komentar dari link pertemanan yang menyatakan kaget luar biasa. [Lo sama Jo, udahan?] [Secepat itu kamu berubah haluan, Sha?] [Wah? Dilamar? Jadi, Jo kalah gercep?] [So sweet banget, sih! Kelihatan banget dia ngasih kejutan dadakan, sampe cicinnya kebesaran.] Dan banyak lagi komentar yang menyangkut pautkannya dengan hubungan Sasha dengan Johanes

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 56C

    Sepasang netra Sasha kembali besinar. Dia bergegas menghampiri Bu Uti dan ikut membaca sederet tulisan lama yang menuliskan alamat Sasti. Sasha pun mengambil gambar dengan ponselnya lekas menoleh ke arah Gavin, Ameera dan Aksa.“Aku mau ke sana! Aku ingin mencari Mama!” Ketiganya mengangguk. Tak menunggu waktu, hari itu juga mereka bergerak menuju lokasi yang disebutkan. Mereka menggunakan satu mobil saja, sedangkan yang satunya dititip di panti. Setelah menempuh waktu sekitar empat jam, akhirnya mereka tiba di sebuah perkampungan. Asing, itulah yang Sasha rasakan. Setelah berputar-putar mencari nama tersebut dan di arahkan ke sana sini. Banyak yang bernama Sasti, tapi rata-rata usianya masih muda, ada juga yang masih bayi. Hingga akhirnya mereka diarahkan ke sebuah rumah, katanya dulunya milik almarhumah Bu Sasti. Hanya saja ternyata rumah itu sedang kosong. Beruntung, ada seorang perempuan berjilbab lebar yang kebetulan keluar dari rumah megah yang berseberangan menanyai mereka.“

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 56B

    Sasha meninggalkan rooftop rumah sakit dengan mood yang sudah membaik. Ide Ameera menelpon Gavin sepertinya adalah ide paling tepat. Kini, wajah Sasha yang tadi terlihat begitu muram, perlahan terlihat cerah. Meranti, Subarkah, Merisa dan Antoni ternyata menunggu mereka di lantai satu. Aksa sudah membocorkan kondisi Sasha. Semua turut senang, kesedihan itu tak bertahan lama.Bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Empat pasang mata itu menatap kedatangan dua pasang muda-mudi itu. Jemari mereka saling bertaut. Hanya saja, Sasha yang tak biasa, lekas melepas gamitan jemari Gavin ketika melihat ada empat orang tua yang tengah menunggunya. “Sha … anak kesayangan mama.” Meranti langsung memburu Sasha, memeluk erat dan menangis tersedu. Dia merasa begitu bersalah karena selalu mengulur waktu untuk memberitahu pada Sasha hal yang sebenarnya. Dia selalu merasa tak siap menghadapi reaksi Sasha. Hingga akhirnya itu hanya menjadi bom waktu yang pada hari ini harus meledak diluar kendali mer

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status