Share

Bab 25B

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 01:16:58

“Ck! Sama orang tua nyuruh-nyuruh, dosa! Mana nyuruh bohong!” omel Harsa sambil menjewer kuping Sasha. Namun, Sasha menepisnya.

“Dih Abang! Pokoknya Abang cukup bantu gitu saja! Abang mau cepet-cepet punya ponakan ‘gak? Aku ada banyak rencana tahu!” omel Sasha sambil mendelik.

“Rencana apa?” Harsa menatap wajah Sasha.

“Yang pertama, kalau aku sakit, Mama biasanya ngabulin permintaan aku dengan mudah! Aku bakal maksa Mama buat jodohin adeknya Bang Harsa yang nyebelin itu sama temen aku yang tadi. Serasi ‘kan mereka?” Sasha menaik turunkan alisnya.

“Hmmm!” Harsa hanya bergumam. Kali ini mereka sudah berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Pastinya setelah Harsa berkomunikasi dengan salah satu suster yang tadi menangani Sasha ketika baru datang.

“Yang kedua, aku mau ngenalin seseorang ke Mama. Jadi, biar mama bisa tahu kalau dia tak perlu repot-repot mencarikan jodoh buat aku.” Sasha mengedik santai.

“Oh ya? Sudah dapat? Kayak gimana orangnya? Kerjaannya apa? Punya masa depan gak?” Harsa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 26A

    “Menikahlah denganku, Ameera! Aku akan menjadikanmu ratu dalam duniaku!” Ardi duduk bersimpuh di depan Ameera. Dia mengeluarkan kotak beludru dari sakunya. Lalu, kotak berisi cincin itu dibuka tepat di hadapan Ameera. Ardi menatap seraut wajah yang terlihat kaget. Ameera terpegun. Dia menatap kosong ke arah Ardi yang duduk bersimpuh. “Maaf, Mas. Kita sudah selesai.” Suara itu, seketika memporak-porandakan hati Ardi. Harapannya yang sudah melambung tinggi, terhempas sudah. “Tapi, bisa ‘kan kita mulai semuanya lagi dari awal?” Ardi menatap lekat seraut wajah cantik yang terlihat penuh beban itu. Dia masih mempertahankan posisinya yang berjongkok di depan Ameera.“Sudahlah, Mas! Aku capek! Sebaiknya kamu pulang!” Ameera melengos dan membuang napas kasar. “Ra, Mas serius sama kamu!” tukas Ardi sambil bangkit dan menahan lengan Ameera yang hendak melengos pergi.“Aku juga tidak bercanda, Mas. Aku sudah capek. Tolong, Mas. Tolong biarkan aku hidup tenang.” Ameera bicara sambil menunduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 26B

    “Innalilahi wa inna ilaihi rojiun, Din! Sekarang keadaannya gimana?” “Sudah dibawa ke rumah sakit terdekat katanya, Mbak. Cuma kan kalau kecelakaan lalin, gak dikover BPJS katanya, Mbak. Ini mau minta sumbangan dari yang pada sudah kerja, Mbak. Mau urus ke jasamarga pada ribet katanya, Mbak. Soalnya ternyata pengemudinya, gak punya SIM."“Oh ya sudah, Din! Mbak ke sana nanti! Share saja alamat rumah sakitnya." Ameera lemas. Dia memang ada tabungan. Hanya saja, karena posisinya sekarang sudah gak kerja. Jadi, harusnya tabungannya itu bisa untuk bertahan hidup selama dia mencari pekerjaan baru. Namun, kini akan dia ambil buat Bu Uti. “Iya, Mbak!” Ameera terduduk lemas. Di dekat loker miliknya. Ruangan sudah agak sepi, beberapa caddy sudah turun ke lapangan. Hanya menyisakkan satu dua orang saja yang tengah tiduran karena waktu sudah beranjak siang.Rasa sesak, kesal dan kecewa membuat pertahanan Ameera jebol. Dia menuju kamar mandi karyawan dan menangis sepuas-puasnya di sana. Hingga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 27A

    “Sayang, ayo masuk ke mobil! Mama sudah nunggu kamu!” ucapan Aksa hampir membuat Ameera pingsan. Dia melirik ke arah mobil yang terparkir. Namun, sekilas dia melihat kaca mobil bergerak turun dan jari Sasha muncul. Cincin perak yang melingkar pada jari tengah Sasha, membuat Ameera tahu, siapa pemilik jari itu. “Iy—Iya, Bang.” Ameera tahu, pasti ada Sasha di dalam mobil itu. Dia pun tak berpikir panjang. Yang penting, dia terbebas dari Ardi sekarang.“Ra!” Suara Ardi menggeram kesal ketika Ameera melangkah begitu saja hendak meninggalkannya. Tangannya secepat kilat meraih pergelangan tangan Ameera, tetapi Aksa dengan sigap menepisnya. Sepasang netra elangnya menatap tajam.“Berhenti ganggu dia. Paham?” hardik Aksa. Dibetulkannya kaca mata yang bertengger pada hidungnya. Ardi mengepal. Dia menatap wajah Aksa nyalang.“Brengs*k! Gak boleh ada yang miliki dia selain aku!” hardik Ardi. Aksa mengedik, lalu ngeloyor hendak meninggalkan Ardi. Namun, sigap tangan Ardi menarik kerah baju Aks

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 27B

    Sasha hanya mengedik. Lekas dia duduk sambil bertumpang kaki. Diliriknya Aksa yang sejak tadi duduk terpisah dan tampak mulai meringis. Sepertinya luka lebamnya sudah mulai terasa sakit. [Mas Gavin, thanks, ya! Gak usah muncul sekarang. Nanti jika Bu Uti sudah selamat, Mas Gavin bisa pakai tangan Bu Uti buat bisa narik Ameera pulang. Kalian berpura-pura saja tak ingin Ameera tahu, biar Sasha yang selesaikan sisanya!] Sasha mengetik pesan dan dikirim pada Gavin. [Thanks, Sha.] Pesan cepat dari Gavin, membuat sekilas senyum pada bibir Sasha terbit. Tiba-tiba terbayang lagi bagaimana sikap Gavin yang kikuk ketika mengantarkan koper miliknya yang tertinggal beberapa waktu lalu. “Saya Gavin, Tante, Om! Antar koper Sasha.” “Kamu pacarnya Sasha?” “Saya, t—teman. Iy—Iya, temannya, Tante!” Wajah Gavin yang biasa tenang dan tegas, terlihat sekali grogi malam itu. Dia datang sendirian setelah Sasha mengirimi pesan dan meminta kopernya di antar. Dengan dalih, ada barang-barang berharga. Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   Bab 28A

    Ardi meringis mengusap luka-luka yang cukup parah. Dia baru saja tiba di rumahnya dalam keadaan babak belur. Hanya saja, Ardi menyipitkan mata ketika menatap seseorang yang tengah duduk bercengkrama bersama Ibu dan Kakaknya. “S-Safiyya? Ngapain dia ke sini?” Ardi menggumamkan nama itu pelan. Hanya saja, mobilnya yang berhenti di pekarangan membuat perhatian ketiga orang yang tengah mengobrol itu teralihkan. “Ardi, muka kamu kenapa?” Mita berdiri kaget dan memburu Ardi. Begitupun Maria dan Safiyya ikut mengekorinya.“Insiden saja, Ma. Gak apa-apa, kok.” Ardi menjawab datar. Dia langsung berjalan lurus tanpa menegur Safiyya. "Berantem, Di! Uji nyali?" kelakar Maria malah terlihat senang melihat wajah Ardi yang babak belur. Ardi hanya mengedik, malas menjawab pertanyaan Maria. “Di, ini Safiyya nyariin kamu.” Mita bicara dengan nada lembut. Sudah tak membahas lagi wajah Ardi yang babak belur. Baginya kedatangan Safiyya jauh lebih penting untuk ddibahas. Ardi menghentikan langkahnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 28B

    *** Ameera turun dari mobil fortuner milik Aksa. Aksa, berjalan tergesa. Sasha bilang, memang setelah ini ada acara. Punggung lebarnya langsung menghilang setelah melewati titian tangga.Sasha mengajak Ameera masuk. Di rumah terlihat sepi. Seorang pembantu saja sibuk menanyai mereka mau apa. “Bibi, siapin minuman capucino hangat dua, ya! Camilan juga! Bawa ke balkon atas!” “Asiaaap, Non!” Keduanya berjalan beriringan meniti tangga satu per satu. Baru saja menyelesaikan pijakan tangga. Aksa terlihat buru-buru keluar dari kamar. Dia mengenakan pakaian formal. “Hati-hati, Abang!” Sasha mengedip usil sambil menahan tawa. Wajah Aksa semakin terlihat bengkak sekarang. “Hmmm.” Aksa hanya menggumam. Dia terus menuruni anak tangga lagi dengan cepat. Sementara itu, Ameera hanya meringis sambil menangkupkan tangan di depan dada ketika tak sengaja netranya bersitatap dengan Aksa. Namun, lelaki itu tampak tak acuh. Sasha dan Ameera duduk di balkon belakang. Di bawahnya langsung bisa melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 29A

    Malam sudah larut ketika Aksa memarkirkan mobilnya di garasi. Ada dua mobil lainnya milik ayah dan ibunya yang sudah terparkir lebih dulu. Ditutupnya kembali garasi tersebut. Lekas dia menggeliatkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Urusan hari ini cukup melelahkan.Aksa berencana membangun sebuah klinik bersama satu orang rekan dokter lainnya. Bagaimanapun, sudah cukup lama dia bekerja di rumah sakit dan ingin juga memiliki klinik sendiri seperti kedua orang tuanya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika dia membuka daun pintu. Aksa berjalan tergesa menaiki anak tangga. Rasa lelah dan nyeri pada wajahnya semakin terasa, nyut-nyutan luar biasa. Ketika dia membuka pintu, Aksa sedikit terkejut ketika melihat satu set makan malam yang masih rapi diwraping, juga minuman jahe yang tertata rapi di meja kerjanya. Tak biasanya si Bibi menyiapkan makan malamnya di kamar seperti sekarang. Namun, tak banyak yang Aksa pikiran, perutnya yang memang terasa lapar, sudah minta diisi. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 29B

    “Dih, Non Sasha! Bibi Desi Ratna Sari mah, cuma bercanda atuh, Non! Permisi ….” Bi Icih melirik ke arah Sasha dan menggaruk pelipis tak gatal. Lekas dia beranjak ke belakang dan membawa sebakul cucian. “Ra, Siang nanti kita ke Bu Uti, yuk! Katanya sudah selesai operasinya, sudah siuman juga.” Sasha mengambil segelas air bening hangat dan meneguknya.“Bukannya kamu lagi dipingit, Sha?” Ameera menaikkan satu alisnya ke atas.“Berangkatnya dianter Papa! Tar pulangnya dijemput dia tuh!” Sasha menunjuk ke arah Aksa yang tengah membawa piring kosong ke arah wastafel.“Ngerepotin aja emang!” Aksa dengan usil mengusap wajah Sasha setelah menyimpan piring dan mencuci tangannya.“Ish, basah, Abang!” omel Sasha sambil memukul punggung Aksa. “Pagi-pagi tuh mandi! Jadi cewek kok pemalas!” oceh Aksa ngedumel sambil berlalu. Sementara itu, Sasha hanya memonyongkan bibirnya saja sambil mengumpat tanpa suara dan menggoyang-goyangkan kepalanya.Ameera tersenyum masam. Ada setitik iri di hatinya. Meli

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60B-END

    “Saya harus extra kuat sekarang, Ra. Ada dua perempuan rapuh di rumah. Beruntung Mbak Maria sudah pindah rumah, Marina juga sudah menikah dan ikut suaminya. Seenggaknya, saya dan Papa berbagi tugas untuk mengawasi dua orang itu saja.” Ameera mengangguk-angguk paham. Pantas saja, Ardi tampak jauh cepat lebih tua. Rupanya beban hidup yang dialaminya cukup membuat Ameera turut prihatin.“Salam buat keluarga, ya, Mas! Maaf gak bisa ngobrol lama, ada acara lagi setelah ini.” “Iya, Ra. Sukses terus, ya! Seenggaknya saya bangga pernah menjadi orang yang berarti dalam hidup kamu, meski itu dulu.” Ardi tersenyum kecut dan bicara lirih. Sorot matanya tetap menatap Ameera dengan pandangan yang masih sama, seperti dulu.“Ya, Mas!” Ameera tersenyum, lalu berpamitan dan meninggalkan Ardi yang mengusap rambutnya yang sudah ramai ditumbuhi uban.***Setelah kegiatan perusahaan banyak diambil alih kembali oleh Ameera. Perlahan kesibukkan Gavin mulai terbagi lagi. Kini, dia memiliki sedikit waktu lon

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60A

    Tuan Rivaldo langsung terdiam ketika mendengar persyaratan yang disampaikan Arsyla. Bahunya melorot, lalu dia meminta Parjo mendorong kursi rodanya kembali ke teras menemani Ameera. Selera makannya mendadak menguap begitu saja.“Mama kamu itu, Ra. Apa gak kasihan sama Papa? Masa iya ngasih syarat diluar nalar kayak gitu.” “Hah, syarat apa, Pa?” Ameera yang baru selesai membalas email bertanya tanpa menoleh pada sang Papa. “Masa iya, dia bilang … Papa jangan pernah menemui dia lagi selama setahun kalau mau dipertimbangkan balikan lagi. Mana mungkin bisa gak ketemu, Papa ‘kan pasti ke sini tiap hari.” Ameera terkekeh, lalu dia berbisik ke telingan Tuan Rivaldo. Lelaki paruh baya itu tampak menautkan alis. Lalu setelahnya menatap Ameera sambil tersenyum sumringah.“Oke, Papa temuin mama kamu dulu! Papa sanggupin saja, ya! Kamu pinter sih, Ra. Papa ‘kan bisa temuin kamu di kantor, jadi gak akan ketemu Mama kamu, walau berat, sih! Setahun, Ra,” tutur Tuan Rivaldo dan segera beranjak ke

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 59

    Kabar kehamilan Ameera diterima dengan suka cita. Arsyla memeluk haru putri semata wayangnya dengan buncah bahagia. Bahkan, demi memastikan Ameera cukup istirahat dan terjaga pola makannya. Arsyla memutuskan untuk tinggal sementara waktu di kediaman putrinya itu. Aksa merasa senang, setidaknya ditengah kesibukannya, sang istri ada yang memberi ekstra perhatian. Hanya saja, mau tak mau, Gavin yang kini menjadi tumbal. Karena kehamilan Ameera, rencana bulan madunya yang awalnya akan ke Bali dalam beberapa pekan, harus dibatalkan. Aksa meminta Tuan Rivaldo agar Ameera tak terlalu menerima beratnya beban pikiran. Alhasil, Gavin pun bisa memakluminya. Beruntung, Sasha bukan perempuan dengan tipe manja. “Gak apa, kok, Mas! Bulan madu bisa di mana saja! Di kantor juga bisa,” tukas Sasha sambil mengerling jahil. Dia sedang mengeringkan rambut basahnya. Semalam baru saja keduanya berpetualang hebat. Gavin yang baru selesai mandi, menoleh pada sang istri dengan ekor matanya. “Bulan madu? D

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58B

    Tuan Rivaldo hanya tersenyum kaku. Dia seperti kehabisan kata-kata. Seorang asisten yang menggantikan Gavin, duduk juga di sampingnya. Sementara itu, kedua orang tua Gavin dan Sasha duduk membersamai pengantin di depan sana.“Arsyla … sepertinya jarak yang kamu bentangkan semakin hari, semakin lebar saja … apa tak ada kesempatan untukku menebus segalanya?” batin Tuan Rivaldo. Perempuan yang sudah melahirkan buah hatinya itu tampak begitu ceria mengobrol dengan anak menantunya. Sesekali perempuan paruh baya itu tertawa. “Bodohnya aku,Syla … bodohnya aku yang menyia-nyiakanmu dulu,” batin Tuan Rivaldo dipenuhi sesal. Seorang panitia datang dan mengantarkan pesanan makanan. “Wah, bakso, ya!” Sumringah Bu Uti ketika mencium wangi yang menguar. Rupanya Aksa tadi yang memesan. Hanya saja, Ameera tiba-tiba menutup hidung dan terlihat tak nyaman. “Duh, bau banget, sih, Bang!” rengeknya sambil menjauhkan mangkuk bakso dari depannya.Aksa mengernyit. Pasalnya, biasanya Ameera adalah orang y

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58A

    Suara deheman Gavin, membuat Sasha mencubit perut Johanes. Lelaki yang dicubitnya itu mengaduh. Lalu, mau tak mau melepas pelukannya.“Masih saja galak! Kuwalat lo sama abang sendiri!” ejek Johanes. Wajahnya tampak datar lagi dan kini dia beralih menyalami Gavin. Sepasang mata elang Gavin seolah tengah melayangkan protes atas kelakuannya tadi.“Biasa aja lihatinnya, Dek! Lo sekarang adek gue juga!” kekeh Johanes tersenyum masam. Dia menepuk pundak Gavin dua kali. “Gue gak perlu nitipin dia ke elo! Gue yakin, elo bakal jagain dia jauh lebih baik dari gue!” Johanes melepas jabatan tangannya dengan Gavin. Lalu menoleh pada perempuan yang berjalan dengan pelan karena perut yang sudah membesar. “Pasti, Bang!” Gavin menjawab singkat. “Berasa tua gue dipanggil Abang,” kekeh Johanes. Tak ada sedikitpun raut bahagia di wajahnya. Dia pun meraih jemari perempuan yang sejak tadi seperti tak diacuhkannya itu. Entah perempuan mana lagi yang dihamilinya. Perut yang besar dengan high heel yang ag

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 57B

    Hanya saja, pesan Sasha pun tetap diabaikan juga. Karena penasaran, Sasha pun mencoba melakukan panggilan. Namun, tak ada satu pun panggilan darinya diterima Johanes.“Ngambeknya kayak anak kecil,” oceh Sasha. *** Resepsi pernikahan, akan diadakan besar-besaran. Apalagi Antoni pun tak mau ketinggalan. Dia tetap tebal muka dengan penolakan Sasha. Bahkan dia sudah mendeklarasikn kepada rekan bisnisnya tentang keberadaan putri kandungnya. Karena itu, pernikahan Sasha terbilang dirancang dengan cukup megah. Di mana ada tiga pendonor utama yaitu dokter Subarkah, Anotni dan juga Tuan Rivaldo. Waktu bergerak merangkak. Persiapan pernikahan yang dilakukan sudah hampir rampung. Johanes, belum memberikan kabar keberadaan hingga sekarang. Hanya saja, ada sedikit kemajuan. Jika Ibunya mengirim pesan, setidaknya dibalas. Dia selalu bilang, kalau sekarang dia berada di tempat yang aman. Butuh waktu untuk lelaki itu mengobati luka yang menganga cukup besar. Hanya dua orang yang pesannya dibalas.

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 57A

    Sasha menatap langit-langit kamar yang polos. Rasa lelah seharian, tak serta merta membuatnya bisa tidur cepat. Hari ini terlalu penuh kejutan untuknya. Malam yang mulai larut, putaran jam dinding yang terus menggulir waktu, tak bisa membuat Sasha dengan mudah memejamkan mata. Bayangan wajah Gavin yang hari ini memberi kejutan luar biasa untuknya. Terus-menerus bergelayut di kelopak mata. Sudah sejak tadi dia bolak-balik membuka sosial medianya. Beberapa postingan yang memuat kebersamaannya dengan Gavin, sudah memenuhi wall-nya. Sengaja Sasha postingkan untuk mengabadikan momen yang sangat langka dan berharga ini. Sontak banyak sekali komentar dari link pertemanan yang menyatakan kaget luar biasa. [Lo sama Jo, udahan?] [Secepat itu kamu berubah haluan, Sha?] [Wah? Dilamar? Jadi, Jo kalah gercep?] [So sweet banget, sih! Kelihatan banget dia ngasih kejutan dadakan, sampe cicinnya kebesaran.] Dan banyak lagi komentar yang menyangkut pautkannya dengan hubungan Sasha dengan Johanes

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 56C

    Sepasang netra Sasha kembali besinar. Dia bergegas menghampiri Bu Uti dan ikut membaca sederet tulisan lama yang menuliskan alamat Sasti. Sasha pun mengambil gambar dengan ponselnya lekas menoleh ke arah Gavin, Ameera dan Aksa.“Aku mau ke sana! Aku ingin mencari Mama!” Ketiganya mengangguk. Tak menunggu waktu, hari itu juga mereka bergerak menuju lokasi yang disebutkan. Mereka menggunakan satu mobil saja, sedangkan yang satunya dititip di panti. Setelah menempuh waktu sekitar empat jam, akhirnya mereka tiba di sebuah perkampungan. Asing, itulah yang Sasha rasakan. Setelah berputar-putar mencari nama tersebut dan di arahkan ke sana sini. Banyak yang bernama Sasti, tapi rata-rata usianya masih muda, ada juga yang masih bayi. Hingga akhirnya mereka diarahkan ke sebuah rumah, katanya dulunya milik almarhumah Bu Sasti. Hanya saja ternyata rumah itu sedang kosong. Beruntung, ada seorang perempuan berjilbab lebar yang kebetulan keluar dari rumah megah yang berseberangan menanyai mereka.“

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 56B

    Sasha meninggalkan rooftop rumah sakit dengan mood yang sudah membaik. Ide Ameera menelpon Gavin sepertinya adalah ide paling tepat. Kini, wajah Sasha yang tadi terlihat begitu muram, perlahan terlihat cerah. Meranti, Subarkah, Merisa dan Antoni ternyata menunggu mereka di lantai satu. Aksa sudah membocorkan kondisi Sasha. Semua turut senang, kesedihan itu tak bertahan lama.Bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Empat pasang mata itu menatap kedatangan dua pasang muda-mudi itu. Jemari mereka saling bertaut. Hanya saja, Sasha yang tak biasa, lekas melepas gamitan jemari Gavin ketika melihat ada empat orang tua yang tengah menunggunya. “Sha … anak kesayangan mama.” Meranti langsung memburu Sasha, memeluk erat dan menangis tersedu. Dia merasa begitu bersalah karena selalu mengulur waktu untuk memberitahu pada Sasha hal yang sebenarnya. Dia selalu merasa tak siap menghadapi reaksi Sasha. Hingga akhirnya itu hanya menjadi bom waktu yang pada hari ini harus meledak diluar kendali mer

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status