Home / Fantasi / Tukang Pijat Super / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tukang Pijat Super: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

Bab 71

Namun ketika pagi harinya semua tampak normal saja, Vivi adalah orang pertama yang terbangun ketika matahari mulai mengintip dari balik jendela, menciptakan bayangan lembut di dinding ruang tengah. Vivi duduk perlahan, membenahi rambutnya yang sedikit berantakan, lalu melirik Juned yang tidur di sebelahnya. Vivi perlahan bangkit dan mengenakan pakaiannya tak lupa dia menutupi tubuh Lastri dan Juned dengan selimut, berusaha tidak membuat suara yang bisa membangunkan yang lain. “Kamu sudah bangun, Vi?” tanya Juned, suaranya serak khas pagi.Ternyata yang dilakukan Vivi justru membuat Juned terbangun.Vivi menoleh dan tersenyum kecil. “Iya, Jun. Sudah pagi. Kamu gimana? Apakah tidurmu nyenyak?”“Ya, lumayan,” jawab Juned sambil duduk dan merenggangkan badannya. Ia melirik Lastri yang masih tertidur pulas. “Lastri masih nyenyak banget, ya.”Vivi tersenyum geli. “Iya, kayaknya dia mimpi indah bersamamu.”Juned mengangguk kecil, lalu mengingat pembicaraan mereka semalam. “Oh ya, apakah ki
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 72

Juned yang baru saja akan melangkah langsung menatap Lastri dengan ekspresi canggung. "Eh, Lastri. Maaf, kita mau ke kota sebentar, Vivi mau beli baju.”Lastri langsung memasang wajah kecewa. "Jadi kalian mau pergi tanpa aku? Kok nggak bilang-bilang?"“Motornya enggak bisa bonceng bertiga, Las." Kata Juned dengan wajah bingung.Vivi yang berdiri di samping Juned justru menahan tawa melihat ekspresi Lastri. "Las, kamu mau ikut? Tapi lihat dulu deh, kamu baru bangun tidur, rambut masih kayak singa. Kalau mau ikut, pakai baju terlebih dahulu. Gunung kamu menyembul tuh," ledek Vivi sambil tertawa kecil.Lastri langsung menutupi bagian tubuhnya yang terbuka dengan selimut, sadar kalau penampilannya memang jauh dari kata rapi. Tapi bukannya membalas Vivi, ia malah menatap Juned penuh harap. "Juned, aku juga mau ikut."Juned menghela napas panjang sambil mencoba menjelaskan. "Las, motor aku cuma kuat bonceng dua orang. Kalau bertiga, takutnya malah ditilang sama polisi. Tapi tenang, nanti ma
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 73

Setelah insiden dengan Sugeng, Juned dan Vivi melanjutkan perjalanan menuju kota. Vivi, yang tadinya penuh dengan celoteh ceria, kali ini diam, tampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Juned, meski fokus mengendarai motor, sesekali melirik Vivi melalui spion, mencoba membaca ekspresinya.Ketika mereka mendekati kota, jalanan mulai ramai dengan kendaraan dan aktivitas warga. Vivi akhirnya membuka suara, memecah keheningan.“Tadi itu harusnya kita enggak perlu menanggapi Sugeng terlalu serius, ya. Dia itu selalu iri sama hidup orang lain,” kata Vivi dengan nada ringan, meskipun ada sedikit kekesalan yang masih tersisa.Juned mengangguk pelan. “Aku tahu, Vivi. Tadi kamu sendiri kan yang terprovokasi padahal sudah tahu kalau Sugeng itu senang memperkeruh suasana. Kamu jangan sampai ikut terseret.”“Terseret gimana? Aku enggak peduli sama dia atau omongan orang lain,” jawab Vivi tegas. “Yang penting hidup ini kita yang jalani, enggak usah dipikirin juga si Sugeng. Fokus aja sama h
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 74

Juned hanya menghela napas panjang, berharap situasi canggung ini cepat berakhir. Begitu mereka keluar dari toko, ia langsung berseru, “Vivi, seriusan, ini terakhir kalinya aku nemenin kamu ke toko kayak gini!”Vivi hanya tertawa kecil. “Ah, Juned, kamu tuh lucu banget kalau malu-malu gitu. Oke, sebagai gantinya, nanti aku traktir makan. Gimana?”“Traktir makanan biasa doang enggak cukup. Harus traktir makanan enak,” balas Juned, masih dengan wajah yang kesal bercampur malu.Setelah keluar dari toko pakaian dalam, Vivi dan Juned berjalan menyusuri koridor mall yang dipenuhi oleh berbagai toko dan restoran. Vivi tampak antusias, sementara Juned lebih banyak melihat ke sekeliling dengan kagum bercampur bingung.“Juned,” panggil Vivi sambil meliriknya. “Kamu pernah ke kafe enggak?”Juned mengerutkan dahi. “Kafe? Maksudnya tempat nongkrong gitu?”“Iya, tempat nongkrong sambil minum kopi.” Ucap Vivi sambil menganggukkan kepala. “Enggak pernah. Ke warung kopi aja jarang apalagi kafe, mendi
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 75

Pertanyaan itu langsung membuat Juned tersedak. Ia buru-buru mengambil minumannya dan meminumnya dengan tergesa-gesa, sementara Vivi tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya.“Vivi!” protes Juned setelah berhasil menelan makanannya. “Pertanyaan apaan itu? Gila kamu, ya!”Vivi masih tertawa sampai air matanya hampir keluar. “Kenapa sih? Aku cuma tanya. Kan semalam aku lihat kamu main sama Lastri juga. Aku penasaran aja mana yang lebih enak.”Juned menunduk, wajahnya memerah. “Kamu ini, Vivi... jangan ngomong sembarangan! Kenapa bahas seperti itu di tempat ramai?”“Ya terus, jawab dong. Aku serius, nih,” desak Vivi sambil tersenyum jahil.Juned menggeleng keras. “Enggak ada yang lebih enak! Kalau menurutku semuanya enak kok. Kamu jangan terlalu kepo begitu dong.”Vivi tertawa lagi. “Jawaban aman banget, Juned. Tapi enggak apa-apa, aku tahu kok sebenarnya jawabannya.”Juned memandang Vivi dengan bingung. “Jawaban apa?”Vivi menunjuk dirinya sendiri sambil tersenyum lebar. “Ya jelas punya
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 76

Vivi mematuhi perintah Juned, meskipun rasa cemasnya semakin besar. Dari kejauhan, kedua penjambret itu tampak berbicara singkat sebelum salah satu dari mereka menunjuk ke arah rumah Juned. Setelah beberapa saat, mereka memutar motor dan pergi meninggalkan desa.Juned menghela napas, lega karena tidak terjadi konfrontasi di depan rumahnya. Tapi, firasat buruk tetap menghinggapinya. “Apa yang akan mereka inginkan sebenarnya?,” gumamnya pelan.Vivi keluar dari dalam rumah, wajahnya masih tegang. “Apakah mereka sudah pergi, Jun? Aku takut kalau mereka bakal balik lagi?”Juned mengangguk, meskipun ia tahu itu tak sepenuhnya benar. “Mereka pergi, tapi sepertinya ini belum selesai. Aku yakin mereka pasti sedang merencanakan sesuatu.”Vivi terdiam sejenak, lalu berkata, “Kalau mereka balik dengan lebih banyak orang, gimana, Juned?”Juned menatap Vivi, mencoba menenangkan meskipun pikirannya masih berkecamuk. “Kita lihat nanti, Vivi. Kalau sampai mereka balik, aku sudah pasti siap untuk mengh
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 77

Suasana semakin tegang mengundang beberapa tetangga untuk datang ke sana termasuk Pak Samijo, ketua RT dan Kepala Desa bernama Pak Slamet."Ada apa ini? Kenapa klinik milik Juned disegel?" tanya Pak Samijo."Enggak tahu, Pak. Mereka tiba-tiba datang dan menyegel klinik saya tanpa alasan yang jelas. Padahal saya punya izin lengkap buat klinik ini. Mereka bilang juga sudah dapat izin dari kepala desa." Mata Juned masih menunjukkan kebingungan.Pak Slamet mendengus, lalu menatap Juned dengan dingin. "Juned, aku harus memberi tahu kamu bahwa penyegelan ini berdasarkan laporan resmi. Ada dugaan bahwa klinikmu tidak memenuhi syarat izin operasional dan tanahnya bermasalah.”Juned terkejut mendengar ucapan itu. "Pak Slamet, siapa yang melapor? Klinik ini sudah beroperasi lebih dari 25 tahun oleh kakek saya dan saya punya dokumen lengkap. Kenapa baru sekarang ada masalah?"Pak Slamet mengangkat alis. "Juned, kamu harus tahu, ini bukan soal siapa yang melapor. Ini soal aturan. Kalau memang izi
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 78

“Juned, sebenarnya apa yang sedang terjadi sih? Kok tadi di depan klinik sangat ramai? tanya Lastri dengan nada cemas.Sebelum Juned menjawab, Vivi langsung menyelanya, “Tadi ada beberapa orang yang mau menyegel klinik Juned, Las.”“kenapa disegel? Apa orang-orang itu sengaja mau menghancurkan Juned?”Juned menghela napas panjang sambil duduk di kursi. “Aku juga enggak tahu pasti, Las. Tapi yang jelas, mereka mencari alasan untuk menjatuhkan aku. Padahal aku tidak mengenal mereka. Mereka bilang sudah mendapatkan izin dari kepala desa dan dinas terkait.”Lastri bicara dengan nada sinis. “Jadi Pak Slamet ada di sana? Aku yakin dia ada di balik semua ini. Dia itu orangnya licik, Juned. Apalagi dia memakai berbagai macam cara agar bisa memperkuat posisinya.”Juned menatap Lastri dengan ragu. “Tapi kenapa dia harus melakukan ini? Aku enggak pernah punya masalah langsung sama dia.”Lastri mendengus kecil. “Memang kamu enggak, tapi kamu enggak lupa kan sedang bermasalah dengan Sugeng anaknya
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 79

Lastri tersenyum semakin lebar, lalu dengan cepat menepuk bahu Juned. “Gampang, kamu tinggal senangin aku aja! Kalau aku senang, kamu juga pasti lebih lega. Yuk, jalan-jalan. Sekali aja. Hitung-hitung cari angin biar otakmu enggak terlalu berat.”Juned mendengus sambil tersenyum tipis. “Las, ini bukan soal angin atau senang-senang. Ini soal masalah serius. Aku harus mikirin gimana cara menghadapi Jaya dan kelompoknya.”“Tapi justru karena itu,” balas Lastri cepat, “kamu butuh waktu buat nenangin diri. Kalau terus-terusan kepikiran, otakmu bisa meledak. Ayo, Juned. Anggap aja ini cara buat mengisi ulang energimu.”Juned menggeleng pelan, meskipun senyuman kecil terselip di wajahnya. “Kamu emang paling jago kalau soal merayu, ya.”Lastri tertawa pelan sambil menyenggol lengan Juned. “Secara tidak langsung aku belajar karenamu.”Melihat Lastri begitu antusias, Juned tak bisa menahan senyumnya. Meski awalnya ia ragu untuk mengajaknya jalan-jalan, namun melihat kegembiraan Lastri membuat h
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 80

Saat motor melaju menjauh dari rumah, Juned menoleh sedikit ke arah Lastri yang duduk di belakangnya. “Jadi, kita mau ke mana ini? Kamu yang milih tempat,” tanyanya sambil tetap fokus pada jalan.Lastri tersenyum di balik cadarnya, suaranya terdengar santai. “Ke alun-alun aja, Juned. Aku pengen makan jagung bakar. Sudah lama enggak merasakan suasana alun-alun malam-malam.”Juned tertawa kecil mendengar permintaannya. “Hah, Cuma jagung bakar? Kamu ini, aku pikir hidupmu bakal penuh kemewahan karena anak juragan pasir.”“Eh, jangan salah,” jawab Lastri, sedikit mencubit pundak Juned pelan. “Buat aku, jagung bakar di alun-alun itu punya kenangan sendiri. Sudah lama aku enggak jalan-jalan kayak gini. Jadi, anggap aja ini nostalgia.”“Oke, kalau itu maumu. Tapi jangan salahkan aku kalau nanti alun-alun rame banget. Besok tanggal merah, biasanya penuh sama pasangan pacaran,” ujar Juned dengan nada menggoda.Lastri tertawa kecil, suaranya terdengar ceria. “Biar saja. Enggak masalah rame. Yan
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status