Beranda / Fantasi / Tukang Pijat Super / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Tukang Pijat Super: Bab 81 - Bab 90

146 Bab

Bab 81

Juned menghela napas, menatap Lastri dengan pandangan serius. “Las, hidup itu enggak perlu terlalu dibebani sama pikiran orang lain. Yang penting kita tahu apa yang kita mau, dan kita jalani itu dengan cara kita. Enggak ada yang salah dengan jadi diri sendiri.”Lastri menoleh, menatap Juned dengan tatapan lembut. “Makasih, Juned. Kamu selalu tahu cara bikin aku merasa lebih baik.”Juned menggaruk kepalanya yang basah, sedikit salah tingkah. “Ah, sudah lah. Jangan kebanyakan drama. Fokus aja nunggu hujan reda.”Keduanya kembali terdiam, menikmati suara hujan yang jatuh ke tanah, Lastri tiba-tiba teringat sesuatu. Dengan nada setengah menggerutu, dia berkata, “Tadi kamu bilang bawa jas hujan, kan, Juned? Coba cek di jok motor.”Juned langsung mengernyit, lalu teringat ucapan itu. “Oh iya, iya! Aku tadi bawa, kok. Tunggu sebentar, aku cek dulu,” katanya sambil bangkit dan membuka jok motor.Namun, begitu jok terbuka, Juned hanya menemukan kain lap tua, sebuah obeng kecil, dan... tak ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 82

Setelah membayar biaya sewa, mereka diantar ke sebuah kamar sederhana. Di dalamnya hanya ada satu kasur kecil, meja kecil, dan kamar mandi. Lastri langsung melepas cadarnya, memperlihatkan wajahnya yang agak pucat.“Aku mandi dulu, ya,” kata Lastri sambil melangkah kamar mandi.Juned hanya mengangguk. Dia duduk di tepi kasur, mencoba mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang diberikan penjaga tadi. Sesekali dia melirik ke luar jendela, berharap hujan segera mereda.Setelah beberapa menit, Lastri keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitkan ke tubuh. Rambutnya yang basah terurai membuat wajahnya terlihat lebih lembut. Juned langsung berdiri menatap tubuh Lastri yang putih bersih menggoda.“Giliran aku, ya,” ujarnya cepat, mencoba mengalihkan pandangannya. Dia masuk ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban Lastri.Di dalam kamar, Lastri duduk di tepi kasur sambil merapikan rambutnya yang basah. Meski suasana sedikit canggung, dia merasa beruntung bisa menghangatkan badan set
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 83

Suara mereka berdua terbias oleh suara hujan dan gemuruh petir. Entah berapa lama mereka bergumul di malam yang sangat dingin itu.“Juned, aku capek. Tapi aku sangat senang sekali.” Terlihat wajah Lastri begitu kelelahan.Juned hanya tersenyum tipis memandang wajah Lastri yang ada di bawahnya.“Aku sudah 5 kali... tapi, kamu masih belum sama sekali. Rasanya tulangku akan patah kalau menghadapimu.” Kata Lastri lagi dengan nafas yang tersengal-sengal.Juned terus melanjutkan aktivitasnya meskipun Lastri sudah kelelahan. Hingga beberapa lama kemudian mereka berdua mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.Juned tergeletak di samping tubuh Lastri yang sudah terkulai lemas.“Aku sayang kamu Lastri.” Juned mengecup kening Lastri, lalu menarik selimut ke atas menutupi mereka berdua. Lastri hanya tersenyum dan memeluk tubuh Juned hingga tertidur.Mereka berdua tidur hingga sinar matahari masuk melalui celah gorden kamar kecil penginapan, menyinari wajah Juned yang masih terbaring. Dia perlahan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 84

Lastri hanya tertawa kecil mendengar ancaman Vivi, sementara Juned masuk ke dapur untuk mengambil segelas air.Lastri, Juned, dan Vivi duduk bersama di ruang tengah . Lastri tampak sedikit ceria saat itu karena puas dengan semalam. Vivi, yang duduk di sofa dengan tangan terlipat, menatap mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Juned, di sisi lain, berusaha bersikap santai meskipun jelas ada rasa waspada dalam gerak-geriknya.“Jadi…” Vivi membuka pembicaraan dengan nada menyelidik. “Kalian benar-benar menginap semalam? Apa benar kalian menyewa dua kamar saja.”“Iya, Vi. Setelah pulang dari alun-alun tiba-tiba hujan parah banget. Mana enggak ada tempat berteduh yang proper di tengah jalan,” jawab Juned cepat, berusaha mengalihkan perhatian Vivi. “Jadi, kita enggak punya pilihan selain mencari penginapan.”Namun, Lastri tampak tidak bisa menahan diri. Dengan senyum menggoda, dia menyenggol lengan Juned. “Tapi yang paling seru itu waktu di penginapan, Vi. Kamu tahu, semalam itu—”“Lastri!” p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 85

Lilis, terlihat seperti baru saja melewati hal yang buruk. Matanya sembab, pipinya bengkak, dan ada bekas luka di sudut bibirnya. Dia berjalan tertatih-tatih, lalu duduk di kursi dengan napas terengah-engah."Ada apa, Tante? Siapa yang melakukan ini?" tanya Juned dengan nada cemas, matanya menatap lebam-lebam di wajah tantenya.Lilis tidak langsung menjawab. Dia hanya menunduk, air matanya mulai mengalir. Vivi mengambil segelas air dan menyerahkannya kepada Lilis. "Minum dulu, Mbak," katanya lembut.Setelah beberapa tegukan, Lilis mulai berbicara dengan suara bergetar. "Ini... ini semua ulah Anton, semalam."Vivi terkejut, matanya membelalak. "Anton? Kenapa dia... kenapa dia melakukan ini?"Lilis menggigit bibirnya, menahan tangis. "Dia marah.... Aku dengar dia sedang berencana sesuatu terhadap klinik Juned. Dia telah mempermainkanku, saat malam ketika kamu melihatnya keluar dari sini ternyata dia merayuku hanya untuk mendapatkan dokumen klinikmu dan memanipulasinya. Saat dia tahu aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 86

Juned memutuskan mengarahkan motornya ke pasar. Sepanjang jalan Pria itu masih mengikuti Juned dengan hati-hati, memastikan dirinya tak terdeteksi oleh Juned.Tak lama kemudian Juned tiba di sebuah warung makan sederhana, lalu masuk ke dalamnya.“Bu, saya pesan nasi campur satu ya, lauk ayam goreng krispi.” Kata Juned.“Mas Juned, lama enggak pernah kelihatan ke sini. Mungkin karena kliniknya rame, ya?” sapa si penjual dengan ramah.“Ah, baru beberapa hari saja Bu. Aku pengen banget ke sini tapi belum sempat aja ,” jawab Juned sambil tersenyum.“Ini Cuma beli satusaja, Mas. Mbak Lilis enggak dibelikan sekalian . Biasanya kan belinya selalu dua,” ujar si penjual dengan nada bersahabat.“Ini buat jenguk teman yang sakit, mungkin dengan makan masakan ibu, dia jadi lebih baik,” jawab Juned sambil tersenyum menggoda si Penjual.“Bagus itu, Mas. Jenguk orang sakit kan ibadah juga. Ini saya tambahkan kerupuk, biar lebih enak,” ujar si penjual sambil memberikan makanan itu kepada Juned.“Teri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 87

Di rumah Novi, Juned membantu Novi kembali ke dalam rumah setelah mereka cukup lama berbincang di teras. Juned melihat wajah Novi mulai pucat lagi.“Sudah kubilang kamu harus di dalam aja, Novi. Sudah, sekarang kamu istirahat, ya? Jangan mengeyel lagi,” ujar Juned sambil membimbing Novi duduk di sofa.Novi tersenyum tipis. “Makasih, mas Juned. Kamu baik banget sama aku.”Juned hanya mengangguk kecil. “Sudah tugas aku sebagai bos kamu. Buruan istirahat, ya. Kalau nanti butuh apa-apa, kabarin aja.”Setelah memastikan Novi dalam keadaan tenang, Juned pun berpamitan.“Mbak Rini!” panggil Juned dengan santai.Rini keluar dari ruang belakang dengan memakai daster yang agak basah membuat lekuk tubuhnya tercetak jelas.“Iya mas, maaf aku habis jemur pakaian.” Kata Rini sambil tangannya mencoba membetulkan dasternya yang tipis.Juned terperangah melihat pemandangan tersebut. Namun dirinya mencoba tenang untuk beberapa saat.“Sa... saya mau pamit pulang mbak.” Suara Juned sedikit bergetar, mata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 88

Juned yang baru sampai di rumah, meletakkan kunci motornya dan langsung duduk di samping Vivi. “Kamu dari mana aja, Jun?” tanya Vivi penasaran. “Jenguk Novi. Sekalian ke tempat Anton.” jawab Juned singkat. “Kenapa kamu ke tempat Anton segala? Sudahlah, Jun. Mending jangan cari gara-gara dulu sama dia,” kata Vivi dengan wajah cemas. Lastri ikut menatap Juned tajam. “Hati-hati lho, Juned. Lebih baik kamu jangan mendekati Novi dulu agar dia tidak terlibat dalam masalah yang kita hadapi. Kalau Anton sampai tahu, bisa panjang urusannya.” Juned hanya menghela napas. “Sebenarnya aku juga berpikir begitu, tapi Aku gak peduli meski Si Anton bisa mengatur-ngatur hidupnya Vivi dan Lilis. Tapi jangan pernah mimpi dia bisa ngatur hidupku.” Vivi merasa khawatir dengan keadaan yang semakin rumit ini, “Jun, apa yang telah kamu lakukan saat di rumah Anton?” tanya Vivi dengan wajah yang kebingungan.“Niatnya tadi aku mau menghajar Anton
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 89

Lilis pergi menuju ke dapur dengan langkah cepat, sementara Juned, Vivi dan Lastri masih di ruang tengah saling menatap satu sama lain dengan wajah cemas.Tak ada percakapan lagi di antara para penghuni rumah tersebut hingga malam tibaJuned sudah berbaring di atas tikar dengan bantal seadanya. Napasnya terdengar teratur, seolah ia sudah tertidur lelap. Sementara itu Lilis tidur di atas sofa menatap langit-langit dengan selimut yang menyelimuti sebagian tubuhnya. “Juned,” panggil Lilis tiba-tiba, suaranya pelan namun cukup untuk membuat Juned membuka matanya. “Ada apa, Tante?” tanya Juned malas tanpa berbalik. “Boleh tanya sesuatu?” Lilis menatap punggung Juned, ragu-ragu. “Apa yang kamu lakukan sama Vivi dan Lastri selama Tante enggak ada di rumah?” Pertanyaan itu membuat Juned langsung menegang. Ia menelan ludah, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. “Maksud Tante apa? Enggak ada apa-apa. Aku cuma melindungi mereka selama mere
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 90

“Keponakanku sekarang benar-benar kuat.” Seru Lilis yang masih memeluk tubuh Juned. “Mungkin aku tak perlu khawatir lagi tentang Anton namun kamu pikir Tante enggak tahu apa yang kamu lakukan sama Vivi dan Lastri? Jawab sekarang sebelum Tante marah!” desak Lilis, suaranya setengah berbisik namun penuh tekanan.Juned menghela napas panjang. Ia tahu tidak akan bisa lolos dari pertanyaan Lilis malam itu. Akhirnya, dengan suara pelan, ia berkata, “Oke, oke. Aku mengaku. Aku memang pernah… tidur dengan mereka.”Lilis sedikit tersentak mendengar pengakuan itu, namun ia tidak langsung melepaskan pelukannya. “Jadi, kamu meniduri Vivi sama Lastri? Kenapa bisa begitu?”Juned mendesah panjang, merasa terjebak. “Semua terjadi begitu saja, Tante. Awalnya aku cuma pengen nenangin mereka. Lastri dan Vivi… ya, mereka sendiri yang minta, laki-laki mana yang bisa menahannya.”Lilis akhirnya melepaskan pelukannya, lalu duduk di sebelah Juned dengan tangan bersilang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status