Share

Bab 84

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 12:30:11

Lastri hanya tertawa kecil mendengar ancaman Vivi, sementara Juned masuk ke dapur untuk mengambil segelas air.

Lastri, Juned, dan Vivi duduk bersama di ruang tengah . Lastri tampak sedikit ceria saat itu karena puas dengan semalam. Vivi, yang duduk di sofa dengan tangan terlipat, menatap mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Juned, di sisi lain, berusaha bersikap santai meskipun jelas ada rasa waspada dalam gerak-geriknya.

“Jadi…” Vivi membuka pembicaraan dengan nada menyelidik. “Kalian benar-benar menginap semalam? Apa benar kalian menyewa dua kamar saja.”

“Iya, Vi. Setelah pulang dari alun-alun tiba-tiba hujan parah banget. Mana enggak ada tempat berteduh yang proper di tengah jalan,” jawab Juned cepat, berusaha mengalihkan perhatian Vivi. “Jadi, kita enggak punya pilihan selain mencari penginapan.”

Namun, Lastri tampak tidak bisa menahan diri. Dengan senyum menggoda, dia menyenggol lengan Juned. “Tapi yang paling seru itu waktu di penginapan, Vi. Kamu tahu, semalam itu—”

“Lastri!” p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tukang Pijat Super   Bab 85

    Lilis, terlihat seperti baru saja melewati hal yang buruk. Matanya sembab, pipinya bengkak, dan ada bekas luka di sudut bibirnya. Dia berjalan tertatih-tatih, lalu duduk di kursi dengan napas terengah-engah."Ada apa, Tante? Siapa yang melakukan ini?" tanya Juned dengan nada cemas, matanya menatap lebam-lebam di wajah tantenya.Lilis tidak langsung menjawab. Dia hanya menunduk, air matanya mulai mengalir. Vivi mengambil segelas air dan menyerahkannya kepada Lilis. "Minum dulu, Mbak," katanya lembut.Setelah beberapa tegukan, Lilis mulai berbicara dengan suara bergetar. "Ini... ini semua ulah Anton, semalam."Vivi terkejut, matanya membelalak. "Anton? Kenapa dia... kenapa dia melakukan ini?"Lilis menggigit bibirnya, menahan tangis. "Dia marah.... Aku dengar dia sedang berencana sesuatu terhadap klinik Juned. Dia telah mempermainkanku, saat malam ketika kamu melihatnya keluar dari sini ternyata dia merayuku hanya untuk mendapatkan dokumen klinikmu dan memanipulasinya. Saat dia tahu aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Tukang Pijat Super   Bab 86

    Juned memutuskan mengarahkan motornya ke pasar. Sepanjang jalan Pria itu masih mengikuti Juned dengan hati-hati, memastikan dirinya tak terdeteksi oleh Juned.Tak lama kemudian Juned tiba di sebuah warung makan sederhana, lalu masuk ke dalamnya.“Bu, saya pesan nasi campur satu ya, lauk ayam goreng krispi.” Kata Juned.“Mas Juned, lama enggak pernah kelihatan ke sini. Mungkin karena kliniknya rame, ya?” sapa si penjual dengan ramah.“Ah, baru beberapa hari saja Bu. Aku pengen banget ke sini tapi belum sempat aja ,” jawab Juned sambil tersenyum.“Ini Cuma beli satusaja, Mas. Mbak Lilis enggak dibelikan sekalian . Biasanya kan belinya selalu dua,” ujar si penjual dengan nada bersahabat.“Ini buat jenguk teman yang sakit, mungkin dengan makan masakan ibu, dia jadi lebih baik,” jawab Juned sambil tersenyum menggoda si Penjual.“Bagus itu, Mas. Jenguk orang sakit kan ibadah juga. Ini saya tambahkan kerupuk, biar lebih enak,” ujar si penjual sambil memberikan makanan itu kepada Juned.“Teri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Tukang Pijat Super   Bab 87

    Di rumah Novi, Juned membantu Novi kembali ke dalam rumah setelah mereka cukup lama berbincang di teras. Juned melihat wajah Novi mulai pucat lagi.“Sudah kubilang kamu harus di dalam aja, Novi. Sudah, sekarang kamu istirahat, ya? Jangan mengeyel lagi,” ujar Juned sambil membimbing Novi duduk di sofa.Novi tersenyum tipis. “Makasih, mas Juned. Kamu baik banget sama aku.”Juned hanya mengangguk kecil. “Sudah tugas aku sebagai bos kamu. Buruan istirahat, ya. Kalau nanti butuh apa-apa, kabarin aja.”Setelah memastikan Novi dalam keadaan tenang, Juned pun berpamitan.“Mbak Rini!” panggil Juned dengan santai.Rini keluar dari ruang belakang dengan memakai daster yang agak basah membuat lekuk tubuhnya tercetak jelas.“Iya mas, maaf aku habis jemur pakaian.” Kata Rini sambil tangannya mencoba membetulkan dasternya yang tipis.Juned terperangah melihat pemandangan tersebut. Namun dirinya mencoba tenang untuk beberapa saat.“Sa... saya mau pamit pulang mbak.” Suara Juned sedikit bergetar, mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Tukang Pijat Super   Bab 88

    Juned yang baru sampai di rumah, meletakkan kunci motornya dan langsung duduk di samping Vivi. “Kamu dari mana aja, Jun?” tanya Vivi penasaran. “Jenguk Novi. Sekalian ke tempat Anton.” jawab Juned singkat. “Kenapa kamu ke tempat Anton segala? Sudahlah, Jun. Mending jangan cari gara-gara dulu sama dia,” kata Vivi dengan wajah cemas. Lastri ikut menatap Juned tajam. “Hati-hati lho, Juned. Lebih baik kamu jangan mendekati Novi dulu agar dia tidak terlibat dalam masalah yang kita hadapi. Kalau Anton sampai tahu, bisa panjang urusannya.” Juned hanya menghela napas. “Sebenarnya aku juga berpikir begitu, tapi Aku gak peduli meski Si Anton bisa mengatur-ngatur hidupnya Vivi dan Lilis. Tapi jangan pernah mimpi dia bisa ngatur hidupku.” Vivi merasa khawatir dengan keadaan yang semakin rumit ini, “Jun, apa yang telah kamu lakukan saat di rumah Anton?” tanya Vivi dengan wajah yang kebingungan.“Niatnya tadi aku mau menghajar Anton

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Tukang Pijat Super   Bab 89

    Lilis pergi menuju ke dapur dengan langkah cepat, sementara Juned, Vivi dan Lastri masih di ruang tengah saling menatap satu sama lain dengan wajah cemas.Tak ada percakapan lagi di antara para penghuni rumah tersebut hingga malam tibaJuned sudah berbaring di atas tikar dengan bantal seadanya. Napasnya terdengar teratur, seolah ia sudah tertidur lelap. Sementara itu Lilis tidur di atas sofa menatap langit-langit dengan selimut yang menyelimuti sebagian tubuhnya. “Juned,” panggil Lilis tiba-tiba, suaranya pelan namun cukup untuk membuat Juned membuka matanya. “Ada apa, Tante?” tanya Juned malas tanpa berbalik. “Boleh tanya sesuatu?” Lilis menatap punggung Juned, ragu-ragu. “Apa yang kamu lakukan sama Vivi dan Lastri selama Tante enggak ada di rumah?” Pertanyaan itu membuat Juned langsung menegang. Ia menelan ludah, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. “Maksud Tante apa? Enggak ada apa-apa. Aku cuma melindungi mereka selama mere

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Tukang Pijat Super   Bab 90

    “Keponakanku sekarang benar-benar kuat.” Seru Lilis yang masih memeluk tubuh Juned. “Mungkin aku tak perlu khawatir lagi tentang Anton namun kamu pikir Tante enggak tahu apa yang kamu lakukan sama Vivi dan Lastri? Jawab sekarang sebelum Tante marah!” desak Lilis, suaranya setengah berbisik namun penuh tekanan.Juned menghela napas panjang. Ia tahu tidak akan bisa lolos dari pertanyaan Lilis malam itu. Akhirnya, dengan suara pelan, ia berkata, “Oke, oke. Aku mengaku. Aku memang pernah… tidur dengan mereka.”Lilis sedikit tersentak mendengar pengakuan itu, namun ia tidak langsung melepaskan pelukannya. “Jadi, kamu meniduri Vivi sama Lastri? Kenapa bisa begitu?”Juned mendesah panjang, merasa terjebak. “Semua terjadi begitu saja, Tante. Awalnya aku cuma pengen nenangin mereka. Lastri dan Vivi… ya, mereka sendiri yang minta, laki-laki mana yang bisa menahannya.”Lilis akhirnya melepaskan pelukannya, lalu duduk di sebelah Juned dengan tangan bersilang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Tukang Pijat Super   Bab 91

    Malam itu, sekitar tengah malam, Lilis menarik napas dalam-dalam setelah membuka pintu klinik yang sudah gelap. Juned yang mengikuti di belakangnya merasa bingung, tapi tetap menuruti langkah bibinya tanpa banyak bertanya. Ruangan klinik terasa dingin dan sunyi, hanya diterangi cahaya lampu kecil yang remang-remang.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Lilis duduk di kursi dekat meja kerja Juned. “Duduklah, Juned,” katanya sambil menunjuk kursi di seberang.Juned menurut, duduk dengan tatapan serius. “Tante, kenapa kamu tiba-tiba membawaku ke sini? Ada apa?”Lilis menghela napas panjang. Wajahnya tampak ragu, tapi akhirnya ia mulai berbicara. “Malam ini, kamu akan tahu tentang semuanya. Tentang siapa aku sebenarnya. Aku tak bisa membebanimu dengan diriku.”Juned terdiam sejenak. “Aku masih belum mengerti, Tante.”Lilis menatap Juned dengan mata yang penuh emosi. “Juned, Apakah aku pernah cerita sebelumnya? Aku ini bukan sia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Tukang Pijat Super   Bab 92

    “Lastri?” Juned pandangan Juned beralih arah ke ambang pintu di mana sosok Lastri berdiri dengan wajah terkejut namun mencoba tetap tenang.Sementara itu, Lilis langsung bergegas memakai pakaiannya kembali, menatap Lastri dengan sorot mata cemas, takut Lastri salah paham.Lastri hanya menghela napas panjang sebelum berjalan perlahan ke arah mereka. “Tak perlu cemas, Tante. Aku sudah mendengar semua ceritamu,” katanya dengan suara pelan namun tegas. “Aku mengikuti kalian dari rumah karena aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”Juned dan Lilis saling bertukar pandang, tidak menyangka Lastri ternyata sudah tahu lebih banyak daripada yang mereka duga.“Aku dengar kalian bicara di ruang tengah tadi,” lanjut Lastri, kali ini dengan suara yang sedikit bergetar. “Awalnya aku terkejut, tapi... setelah kupikirkan, aku bisa mengerti perasaanmu sebagai seorang perempuan. Tante Lilis, baik kamu ataupun Vivi telah merasakan ketidak adilan selama ini. Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 103

    “Sudah, jangan bicara dulu. Kita harus keluar dari sini,” potong Juned. Dia memeriksa tali yang mengikat tangan dan kaki mereka. Tali itu diikat sangat kencang, dan Juned menyadari dia membutuhkan sesuatu untuk memotongnya.Dia melihat sekeliling ruangan, matanya mencari benda tajam apa pun yang bisa digunakan. Di sudut ruangan, dia melihat pecahan kaca dari botol yang mungkin terjatuh sebelumnya. Dia mengambil pecahan kaca itu dengan hati-hati, lalu kembali ke Lastri dan Novi.“Ini mungkin akan sedikit sakit, tapi bertahanlah. Aku akan memotong tali ini,” katanya sambil mulai menggesekkan pecahan kaca itu ke tali yang mengikat tangan Lastri.“Juned... hati-hati... kalau mereka kembali, kita semua bisa celaka,” bisik Lastri dengan ketakutan.“Mereka sibuk di luar. Kekacauan tadi cukup membantu kita,” balas Juned dengan nada meyakinkan. “Percayalah, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh kalian lagi.”Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, tali di tangan Lastri akhir

  • Tukang Pijat Super   Bab 102

    “Kita tetap pada rencana awal. Cari tahu keberadaan Lastri dan Novi. Tapi kita harus lebih hati-hati,” jawab Juned, suaranya masih penuh dengan tekad.Juned mengalihkan pandangannya dari dua pria itu dan memberi isyarat kepada Vivi untuk melanjutkan perjalanan mereka. Mereka menyelinap lebih jauh, melewati sisi rumah dengan lebih waspada dari sebelumnya. Juned dan Vivi melangkah dengan sangat hati-hati, menghindari suara apa pun yang dapat menarik perhatian. Namun, nasib tampaknya tidak berpihak pada mereka kali ini. Ketika mereka mencoba melangkah lebih jauh ke sudut rumah, salah satu dari dua pria yang dikenali Juned tiba-tiba menoleh dan melihat bayangan mereka.“Hei, siapa di sana?!” salah satu dari pria itu berteriak sambil menarik perhatian temannya.Juned segera menyadari bahaya yang mengancam. “Sial, kita ketahuan!” bisiknya sambil menarik tangan Vivi, mencoba menjauh dengan cepat dari pandangan mereka.“Berhenti di sana!” teriak pria itu, membuat para penjaga lainnya mulai b

  • Tukang Pijat Super   Bab 101

    Cahaya senter penjaga itu menyapu ruangan dengan perlahan, semakin mendekati tempat mereka bersembunyi. Vivi merasakan tangannya mulai berkeringat dingin. Dia menunduk sedikit, memastikan dirinya benar-benar tersembunyi. Juned, di sisi lain, tetap tenang meski waspada, pandangannya fokus pada setiap gerakan penjaga itu.Tiba-tiba, sebuah tikus besar melintas di depan penjaga, tepat di bawah cahaya senternya. Tikus itu berlari menuju tumpukan barang di sudut ruangan, membuat suara berisik kecil saat melompat ke atas kardus. Penjaga itu menghela napas keras.“Hanya tikus,” gumamnya sambil mematikan senternya dan berbalik meninggalkan gudang. Suara pintu yang tertutup perlahan terdengar, menandakan penjaga itu telah pergi.Namun, tepat saat tikus itu melintas dekat dengan tempat mereka bersembunyi, Vivi tanpa sadar menggeliat dan nyaris berteriak karena jijik. Mulutnya terbuka, siap mengeluarkan suara, namun dengan cepat Juned bereaksi.Dia meraih wajah Vivi dan menutup mulutnya dengan t

  • Tukang Pijat Super   Bab 100

    Vivi mengangguk mantap. “Aku janji.”Juned menghela napas sekali lagi sebelum akhirnya menyerah. “Baiklah. Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang.”Tanpa banyak bicara lagi, Juned dan Vivi keluar dari rumah, meninggalkan Lilis dan Bu Mirah yang masih tampak khawatir. Dalam perjalanan menuju rumah Anton, Juned terus mengawasi sekitar, pikirannya penuh dengan kemungkinan buruk yang mungkin mereka hadapi.Sementara itu, Vivi berjalan di sampingnya dengan langkah penuh tekad, siap membantu menemukan petunjuk untuk menyelamatkan Lastri. Tak butuh waktu lama, sampailah mereka di sekitar rumah Anton. Juned dan Vivi berdiri di balik pohon besar yang cukup jauh dari rumah Anton. “Banyak sekali anak buahnya,” bisik Vivi pelan, matanya menatap satu per satu pria yang tampak bersenjata dan berjaga dengan penuh kewaspadaan.Juned mengangguk, wajahnya serius. “Kita nggak bisa masuk lewat depan. Mereka pasti langsung menangkap kita.”Mata mereka fokus mengamati gerak-gerik para penjaga yang be

  • Tukang Pijat Super   Bab 99

    Tak lama, aroma harum sayur daun kelor memenuhi rumah. Lilis membawa sepanci kecil sayur daun kelor ke meja makan. “Ayo, kita makan dulu,” ujarnya dengan nada ringan.Juned berjalan perlahan ke meja makan, duduk di kursi sambil memandangi sayur itu. Dia tampak ragu, mengingat apa yang terjadi sebelumnya saat menyentuh daun kelor. Vivi, yang duduk di sebelahnya, mencoba memberi semangat.“Juned, ini cuma sayur biasa. Mungkin tadi kamu Cuma kebetulan aja tergores. Lagipula, siapa tahu daun kelor malah bagus buat tubuh kamu,” ujar Vivi sambil tersenyum.Juned menghela napas. “Iya, mungkin kamu benar. Aku harus berpikir positif.”Dengan sedikit ragu, Juned mengambil sendok dan mulai menyendok sayur ke piringnya. Lilis, yang duduk di depannya, tersenyum puas melihat hasil masakannya.“Tuh, coba dulu, Juned. Ini resep spesialku,” kata Lilis sambil menatapnya penuh harap.Juned mengambil sesendok sayur daun kelor dan membawanya ke mulut. Namun, tepat saat dia hendak memasukkan makanan itu,

  • Tukang Pijat Super   Bab 98

    Anton tersenyum tipis, senyum yang penuh dengan makna licik. “Sabar, Sugeng. Kita enggak perlu gegabah. Kita harus cari kelemahan terbesar dari kekuatan Juned, tapi sebelum itu kita gunakan kelemahan terkecilnya dulu.”Sugeng mengangguk pelan, meskipun matanya masih menunjukkan keraguan. “Tapi kenapa sih mesti Lastri? Kita kan punya cara lain buat menjatuhkan Juned.”Anton mendesah pelan, seolah menjelaskan sesuatu yang sangat sederhana. “Karena Lastri itu salah satu kelemahannya yang terkecil. Kalau kita bisa mengganggu dia lewat Lastri, Juned bakal kehilangan fokus. Dia sibuk mengurus cewek itu, sementara kita bisa bebas melakukan apa aja. Ini cuma soal waktu sebelum kita mengetahui cara untuk melemahkan kekuatannya.”Sugeng melirik ke arah Juned sekali lagi, yang masih tak bergerak dari tempatnya. “Tapi, gimana kalau dia tahu kita yang di balik semua ini?”Anton mendekatkan wajahnya ke arah Sugeng, nada suaranya semakin rendah tapi penuh ancaman. “Kalau sampai dia tahu, itu artinya

  • Tukang Pijat Super   Bab 97

    Pak Darmo menghela napas berat, tetapi ia tidak berkata apa-apa. Ia hanya berdiri di sana, menatap Lastri dengan tatapan yang sulit diartikan.Lastri, yang sejak tadi berdiri diam di belakang Juned, akhirnya memberanikan diri melangkah maju. Dengan suara pelan tetapi tegas, ia berkata, “Pak, aku nggak pernah bermaksud melawan Bapak. Aku Cuma ingin hidupku berjalan sesuai dengan yang aku inginkan. Kalau Bapak kasih aku kesempatan, aku janji akan buktikan kalau aku bisa membuat keputusan yang benar.”Pak Darmo memandang Lastri untuk waktu yang terasa sangat lama. Wajahnya menunjukkan konflik batin yang mendalam, seolah ada perang yang terjadi di dalam dirinya. Tetapi pada akhirnya, ia hanya menghela napas panjang dan melangkah masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apa-apa.Bu Mirah menatap Juned dan Lastri dengan ekspresi penuh rasa syukur sebelum mengikuti suaminya ke dalam. Kini hanya tinggal Juned dan Lastri yang berdiri di halaman rumah.“Kamu enggak apa-apa?” tanya Juned, suaranya

  • Tukang Pijat Super   Bab 96

    Pak Darmo mendadak terdiam ketika Juned menahan tangannya, tapi itu hanya sesaat sebelum wajahnya berubah memerah, matanya menatap Juned dengan kemarahan yang membara. Ia menarik tangannya dengan kasar dan melangkah mendekati Juned, suaranya menggema di halaman rumah yang sunyi.“Juned, apa hakmu ikut campur dalam urusan keluarga kami?!” suara Pak Darmo terdengar penuh tekanan.Juned tetap berdiri tegak, tidak mundur sedikit pun. “Saya memang enggak punya hak, Pak. Tapi apa yang Bapak lakukan tadi enggak bisa saya biarkan. Lastri hanya ingin menyampaikan pendapatnya, dan dia berhak untuk itu.”“Dia anak aku!” Pak Darmo membentak keras. “Kamu enggak tahu bagaimana sulitnya membesarkan dia! Kalau aku mau mendidiknya dengan keras, itu hak aku sebagai orang tuanya. Kamu enggak ada urusan di sini!”“Orang tua memang punya hak mendidik anaknya, Pak. Tapi itu bukan berarti Bapak bisa menyakitinya, baik secara fisik maupun batin!” balas Juned dengan suara yang mulai meninggi. “Lastri bukan ba

  • Tukang Pijat Super   Bab 95

    Juned terus mengikuti Lastri secara diam-diam, hingga Lastri sampai di depan rumahnya. Gadis itu melangkah perlahan memasuki halaman rumah. Lampu depan rumah Lastri sudah menyala, dan dari jendela ia melihat bayangan seseorang yang sedang berjalan di ruang tamu.Belum sempat ia mencapai pintu, suara berat dan lantang memanggilnya.“Lastri! Ke mana saja kamu selama ini?”Lastri mendongak dan mendapati ayahnya, Pak Darmo, berdiri di ambang pintu. Wajahnya penuh dengan kemarahan. Di belakangnya, ibunya, Bu Mirah, berdiri dengan ekspresi khawatir.Lastri menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan dirinya. Ia tahu apa yang akan terjadi, tetapi ia sudah mempersiapkan hati untuk menghadapi ayahnya.“Aku gak ke mana-mana, aku gak pergi jauh, Pak,” jawab Lastri, suaranya tenang meskipun ada sedikit getaran. “Aku hanya butuh waktu untuk berpikir.”“Berpikir? Kamu pikir rumah ini tempat kamu keluar masuk sesuka hati?” bentak

DMCA.com Protection Status