Semua Bab NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!: Bab 161 - Bab 170

200 Bab

161. APA YANG TERJADI?

Pram merasa tubuhnya terhempas ke depan dengan keras. Refleks, ia segera menarik Puspita ke dalam pelukannya, melindunginya dari guncangan hebat yang mengguncang mobil mereka. Jeritan Puspita menggema bersamaan dengan suara rem mendecit, lalu mobil mereka mendadak oleng."Puspita! Pegangan yang kuat!" Pram berteriak panik.Puspita meremas lengan Pram dengan erat, matanya membulat ketakutan. Mobil terus bergetar hebat, dan detik berikutnya terdengar benturan lain yang lebih kuat. Mobil mereka berhenti dengan hentakan tajam, menyebabkan kepala Puspita terbentur kaca samping. Pram mendengar suara benturan di bagian belakang sebelum akhirnya mobil benar-benar berhenti."Ada apa, Pak?" tanya Pram dengan napas masih memburu.Sang sopir keluarga Bimantara itu menggeleng sebelum akhirnya keluar karena melihat asap dari bagian belakang mobil. "Saya akan periksa," ujarnya.Sopir mereka segera keluar, wajahnya pucat pasi. Ia pun tak kalah kaget dari Pram dan Puspita. Ia memeriksa bagian belakang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

162. KRITIS

Prabu merasakan dadanya sesak. Napasnya terasa berat. Ia menoleh ke arah Pram yang masih terduduk dengan kepala tertunduk, tangan meremas rambutnya sendiri. Prabu mengeratkan kepalan tangannya, berusaha mengendalikan amarah yang berkecamuk di dalam dirinya."Bayinya tidak bisa diselamatkan," kata Pak Prapto dengan suara lirih.Prabu terdiam. Rahangnya mengatup rapat, matanya menatap kosong ke depan. Lalu, tanpa aba-aba, ia menghantam dinding di sampingnya dengan kepalan tangan.Brakk.Semua orang di sekitar terkejut, termasuk perawat yang baru saja keluar dari ruang ICU. Beberapa orang bahkan mundur ketakutan melihat Prabu yang kini terlihat seperti bom waktu yang siap meledak."Siapa pelakunya?" geram Prabu lebih kepada dirinya sendiri. Suaranya bergetar penuh kemarahan yang terpendam. Ia menoleh tajam ke arah Pak Prapto. "Apa kau melihat sesuatu? Nomor plat? Ciri-ciri pelaku?"Pak Prapto menggeleng dengan wajah penuh penyesalan. "Saya tidak sempat melihat, Tuan Muda. Mobil itu melaj
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

163. APA SAMA?

"Temukan pelakunya secepat mungkin, kalau perlu hakimi dengan tangan kita sendiri!"Prabu memejamkan matanya sebentar sebelum mengangguk mendengar perintah sang kakek. Padahal biasanya Rangga sangat bijak dalam menghadapi berbagai persoalan apa pun itu. Tapi untuk saat ini, pria lebih dari delapan puluh tahun itu sangat emosional. Urat-urat di pelipisnya sampai berkedut saat mengatakan kalimat itu sesaat sebelum masuk ke dalam mobil.Setelah melihat kondisi Puspita yang koma di balik pintu kaca, Prabu menyarankan kakek dan neneknya untuk pulang, karena kondisi mereka pun terlihat sangat shock dan tidak baik-baik saja.Prabu mengantar kakek dan neneknya itu hingga ke mobil dengan terus mengingatkan agar mereka menjaga kesehatan. Lalu, setelah istrinya yang terus menitikkan air mata duduk di dalam mobil, Rangga mengingatkan agar Prabu segera mengurus semuanya."Jangan biarkan lolos, Opa mau dia mendapat balasan lebih sakit dari yang cucuku rasakan!"Prabu menutup pintu mobil setelah Ran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

164.

Prabu mengintip dari kaca kecil yang terdapat di pintu. Dan seperti sebelumnya, Puspita masih berbaring. Matanya masih terpejam. Alat-alat medis masih saling melintang terhubung ke tubuhnya. Dengan alat-alat itulah ia masih bertahan hidup.Prabu memejamkan mata untuk meredakan sesak, sebelum kembali berjalan dan duduk di bangku tak jauh dari ruang ICU. Beberapa pengawal berkeliaran tak jauh darinya. Orang-orangnya masih belum menemukan informasi tentang kecelakaan itu, seolah rencana pembunuhan tersebut terorganisir dengan sangat rapi.Prabu membuang napas kasar, lalu berkedip saat melihat sepasang kaki berdiri di hadapannya. Pria itu mendongak dan mendapati wajah kusut di sana."Kenapa kamu kembali secepat ini?" Mata Prabu memicing. Kepalanya dimiringkan. Adik iparnya sudah kembali berada di sana, padahal ia sudah memintanya untuk istirahat di rumah. "Aku sudah katakan istirahatlah, biar Puspita aku yang menunggu.""Kamu pikir aku bisa istirahat? Tidur di rumah dengan tenang sementar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

165.

Prabu masih terdiam di meja kafe, menatap kosong ke cangkir kopi yang mulai dingin. Kata-kata Dokter Irena masih menggema di benaknya."Keluarga Puspita harus siap dengan segala kemungkinan. Yang terburuk sekalipun."Napasnya terasa berat, seakan menanggung beban yang semakin besar.“Semoga keajaiban itu ada,” gumamnya. “Kasihan Oma dan Opa yang baru sebentar saja merasakan kebahagiaan berkumpul dengan cucu perempuannya.”Prabu sedang meneguk kopinya yang sudah dingin saat ponselnya bergetar. Segera diletakkan cangkir itu lalu mengangkat panggilan tanpa melihat nama penelepon."Ya?""Bos, kami menemukan saksi mata di sekitar lokasi kejadian." Suara di seberang sana terdengar tegas.Prabu langsung bangkit. "Aku segera ke sana." Harapan besar memenuhi hatinya. Meski kondisi Puspita masih belum ada perkembangan, setidaknya jika pelakunya tertangkap, satu janjinya tertunaikan.Tanpa menunggu lebih lama, Prabu melangkah cepat keluar dari kafe. Dua pengawalnya langsung sigap mengikuti. Dala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

166

Langit sore mulai meredup ketika mobil yang membawa Prabu kembali menuju rumah sakit. Selama dalam perjalanan, pria itu sibuk menghubungi orang-orangnya. Dadanya tak henti bergemuruh jika mengingat pria tua menceritakan bagaimana mobil yang membawa Puspita ditabrak berkali-kali sebelum akhirnya digusur dan dilempar.Darahnya mendidih. Wajahnya bahkan sudah memerah sejak tadi.Maka, pantas jika Pram se-down itu. Jika ia yang berada di posisi adik iparnya itu, mungkin bisa gila. Melihat istri tercintanya diperlakukan seperti barang mainan. Di depan mata pula."Temukan mobil jeep serupa dengan mobil yang terbakar! Aku akan naikkan gaji kamu jika dapat dalam waktu dekat." Suaranya gemetar penuh penekanan. Semua orang yang berada di dalam mobil sampai menahan napas mereka.Prabu mematikan sambungan telepon, lalu menghempaskan punggungnya ke sandaran jok. Baru saja ia ingin memejamkan matanya, suara decitan rem yang diinjak mendadak, juga mobil yang tiba-tiba berhenti, mengagetkannya."Ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

167. TAK TERDUGA

Suasana hening untuk beberapa saat, hanya ponsel Prabu yang meraung-raung hingga akhirnya ia matikan.Prabu berdehem salah tingkah sebelum akhirnya pamit. Ketahuan menguping membuatnya sangat malu. Tapi ia benar-benar tidak sengaja. Namun sebelum ia pergi, dokter Irena memanggilnya."Ada apa, Pak Prabu? Ada sesuatu dengan Bu Puspita?" tanya Irena dengan mata memicing.Sementara pria seumurannya yang sejak tadi berdebat, memandang Irena dan Prabu bergantian. "Kamu kenal dia?" tanyanya heran.Irena melirik sebentar dengan sikap angkuh. "Dia keluarga pasienku.""Oh, kebetulan sekali, dia itu yang menabrak Chiara tadi." Pria itu melapor dengan percaya diri.Kening Irena mengernyit. Ditatapnya Prabu dengan saksama."Mobil dia yang menabrak anak kita, Iren. Karena kecerobohan mereka, Chiara belum sadarkan diri sampai sekarang.""Benarkah?" Irena sangsi. Ditatapnya lagi Prabu yang mengalihkan pandangan ke lantai dengan pasrah."Tentu saja! Anak kita hampir kehilangan nyawa karena mobilnya."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

168

“Apa-apaan ini?”Untuk beberapa lama, Radit menatap Irena dan Prabu dengan tajam, matanya menyiratkan ketidakpercayaan yang amat dalam. Ia mendengus pelan setelahnya, lalu tersenyum miring."Jangan bercanda, Iren. Aku sangat mengenalmu. Kamu nggak mudah jatuh cinta, apalagi tiba-tiba punya calon suami," ucapnya dengan nada mengejek.Irena tetap menggamit tangan Prabu, tak membiarkan ekspresi Radit mengubah pendiriannya. Ia menghela napas dalam, lalu menatap mantan suaminya dengan penuh keyakinan."Aku tidak bercanda, Radit. Pak Prabu ini calon suamiku."Radit tertawa hambar, lalu melipat tangan di depan dada."Oh ya? Kenapa aku nggak pernah dengar sebelumnya? Sejak kapan kalian pacaran? Sejak kapan kalian merencanakan pernikahan? Jangan-jangan … kamu sedang membodohiku, asal comot orang lalu mengakuinya sebagai calon suamimu?"Irena tersenyum manis. Melirik sedikit ke arah Prabu yang masih dalam mode keterkejutan.“Aku tidak harus bilang sama kamu sedang dekat dengan seseorang, bukan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

169. KERAS KEPALA

Raungan pilu menggema dalam sebuah ruang gelap dan pengap. Cahaya redup dari satu-satunya lampu di langit-langit berayun pelan, menyoroti sosok pria yang duduk di sebuah bangku kayu usang. Darah merembes dari sudut bibirnya. Tangan dan kakinya terikat erat, sementara di sekelilingnya, beberapa pria berjas gelap berdiri, wajah-wajah mereka kaku dan dingin, menunggu perintah lebih lanjut.Prabu melangkah mendekat, sorot matanya penuh amarah. Ia menatap pria yang kini mengerang kesakitan di hadapannya, lalu berjongkok, menarik rambut pria itu agar menatapnya langsung."Katakan sekali lagi," suara Prabu dingin, menusuk hingga ke sumsum tulang.Pria itu gemetar, matanya menyiratkan ketakutan. "Aku... aku tidak tahu sama sekali, Pak. Aku tidak tahu apa-apa. Lepaskan aku. Jangan libatkan aku." Pria yang wajahnya babak belur itu mengiba.Tamparan keras dari anak buah Prabu menghentikan ucapannya. Kepala pria itu terhuyung ke samping, darah semakin deras mengalir dari sudut bibirnya.Prabu mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

170.

“Ada apa?” tanya Pram dengan kening berkerut.Prabu hanya mengendikkan bahunya. “Tidak apa-apa, hanya saja mungkin kamu butuh leluasa untuk bergerak, adik iparku.” Prabu menepuk pundak Pram, tetapi pandangannya menatap lurus ke arah Regan yang juga mengernyit heran.Pram mendengus pelan sebelum beralih menghadap Regan yang masih berdiri di depan mejanya.“Bagaimana keadaan di sini? Apa semua berjalan lancar?” tanyanya, menatap Regan yang di matanya tampak berbeda.Regan berdehem singkat dan memperbaiki posisi berdirinya. Ia tidak nyaman dengan tatapan Prabu padanya.“Apa kita akan membahas pekerjaan bersama Pak Prabu di sini, Bos?” tanya Regan sembari melirik Prabu dengan tidak nyaman.Pram menoleh pada kakak iparnya itu. “Tidak, tidak. Kita tidak membicarakan proyek kerja sama itu sekarang.”“Lalu, Pak Prabu ….” Lagi, Regan melirik Prabu yang tidak lepas menatapnya.“Oh, tidak apa-apa. Lagipula ia kakak istriku, dan kelak kita akan lebih sering berdiskusi dengannya untuk menjalankan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status