Share

161. APA YANG TERJADI?

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2025-02-07 22:49:17

Pram merasa tubuhnya terhempas ke depan dengan keras. Refleks, ia segera menarik Puspita ke dalam pelukannya, melindunginya dari guncangan hebat yang mengguncang mobil mereka. Jeritan Puspita menggema bersamaan dengan suara rem mendecit, lalu mobil mereka mendadak oleng.

"Puspita! Pegangan yang kuat!" Pram berteriak panik.

Puspita meremas lengan Pram dengan erat, matanya membulat ketakutan. Mobil terus bergetar hebat, dan detik berikutnya terdengar benturan lain yang lebih kuat. Mobil mereka berhenti dengan hentakan tajam, menyebabkan kepala Puspita terbentur kaca samping. Pram mendengar suara benturan di bagian belakang sebelum akhirnya mobil benar-benar berhenti.

"Ada apa, Pak?" tanya Pram dengan napas masih memburu.

Sang sopir keluarga Bimantara itu menggeleng sebelum akhirnya keluar karena melihat asap dari bagian belakang mobil. "Saya akan periksa," ujarnya.

Sopir mereka segera keluar, wajahnya pucat pasi. Ia pun tak kalah kaget dari Pram dan Puspita. Ia memeriksa bagian belakang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Yati Murniati
ditunggu up nya thor
goodnovel comment avatar
Maysaroh Anisah
mungkin Arya n Imel ya Thor .. ayo prabu usut smpek tuntas kasihan Puspita harus sedih terus ceritanya
goodnovel comment avatar
Iis istiana
mobil jep. apakah mungkin ulah paman nya. kenapa td tak ikut turun sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   162. KRITIS

    Prabu merasakan dadanya sesak. Napasnya terasa berat. Ia menoleh ke arah Pram yang masih terduduk dengan kepala tertunduk, tangan meremas rambutnya sendiri. Prabu mengeratkan kepalan tangannya, berusaha mengendalikan amarah yang berkecamuk di dalam dirinya."Bayinya tidak bisa diselamatkan," kata Pak Prapto dengan suara lirih.Prabu terdiam. Rahangnya mengatup rapat, matanya menatap kosong ke depan. Lalu, tanpa aba-aba, ia menghantam dinding di sampingnya dengan kepalan tangan.Brakk.Semua orang di sekitar terkejut, termasuk perawat yang baru saja keluar dari ruang ICU. Beberapa orang bahkan mundur ketakutan melihat Prabu yang kini terlihat seperti bom waktu yang siap meledak."Siapa pelakunya?" geram Prabu lebih kepada dirinya sendiri. Suaranya bergetar penuh kemarahan yang terpendam. Ia menoleh tajam ke arah Pak Prapto. "Apa kau melihat sesuatu? Nomor plat? Ciri-ciri pelaku?"Pak Prapto menggeleng dengan wajah penuh penyesalan. "Saya tidak sempat melihat, Tuan Muda. Mobil itu melaj

    Last Updated : 2025-02-08
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   163. APA SAMA?

    "Temukan pelakunya secepat mungkin, kalau perlu hakimi dengan tangan kita sendiri!"Prabu memejamkan matanya sebentar sebelum mengangguk mendengar perintah sang kakek. Padahal biasanya Rangga sangat bijak dalam menghadapi berbagai persoalan apa pun itu. Tapi untuk saat ini, pria lebih dari delapan puluh tahun itu sangat emosional. Urat-urat di pelipisnya sampai berkedut saat mengatakan kalimat itu sesaat sebelum masuk ke dalam mobil.Setelah melihat kondisi Puspita yang koma di balik pintu kaca, Prabu menyarankan kakek dan neneknya untuk pulang, karena kondisi mereka pun terlihat sangat shock dan tidak baik-baik saja.Prabu mengantar kakek dan neneknya itu hingga ke mobil dengan terus mengingatkan agar mereka menjaga kesehatan. Lalu, setelah istrinya yang terus menitikkan air mata duduk di dalam mobil, Rangga mengingatkan agar Prabu segera mengurus semuanya."Jangan biarkan lolos, Opa mau dia mendapat balasan lebih sakit dari yang cucuku rasakan!"Prabu menutup pintu mobil setelah Ran

    Last Updated : 2025-02-09
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   164.

    Prabu mengintip dari kaca kecil yang terdapat di pintu. Dan seperti sebelumnya, Puspita masih berbaring. Matanya masih terpejam. Alat-alat medis masih saling melintang terhubung ke tubuhnya. Dengan alat-alat itulah ia masih bertahan hidup.Prabu memejamkan mata untuk meredakan sesak, sebelum kembali berjalan dan duduk di bangku tak jauh dari ruang ICU. Beberapa pengawal berkeliaran tak jauh darinya. Orang-orangnya masih belum menemukan informasi tentang kecelakaan itu, seolah rencana pembunuhan tersebut terorganisir dengan sangat rapi.Prabu membuang napas kasar, lalu berkedip saat melihat sepasang kaki berdiri di hadapannya. Pria itu mendongak dan mendapati wajah kusut di sana."Kenapa kamu kembali secepat ini?" Mata Prabu memicing. Kepalanya dimiringkan. Adik iparnya sudah kembali berada di sana, padahal ia sudah memintanya untuk istirahat di rumah. "Aku sudah katakan istirahatlah, biar Puspita aku yang menunggu.""Kamu pikir aku bisa istirahat? Tidur di rumah dengan tenang sementar

    Last Updated : 2025-02-11
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   165.

    Prabu masih terdiam di meja kafe, menatap kosong ke cangkir kopi yang mulai dingin. Kata-kata Dokter Irena masih menggema di benaknya."Keluarga Puspita harus siap dengan segala kemungkinan. Yang terburuk sekalipun."Napasnya terasa berat, seakan menanggung beban yang semakin besar.“Semoga keajaiban itu ada,” gumamnya. “Kasihan Oma dan Opa yang baru sebentar saja merasakan kebahagiaan berkumpul dengan cucu perempuannya.”Prabu sedang meneguk kopinya yang sudah dingin saat ponselnya bergetar. Segera diletakkan cangkir itu lalu mengangkat panggilan tanpa melihat nama penelepon."Ya?""Bos, kami menemukan saksi mata di sekitar lokasi kejadian." Suara di seberang sana terdengar tegas.Prabu langsung bangkit. "Aku segera ke sana." Harapan besar memenuhi hatinya. Meski kondisi Puspita masih belum ada perkembangan, setidaknya jika pelakunya tertangkap, satu janjinya tertunaikan.Tanpa menunggu lebih lama, Prabu melangkah cepat keluar dari kafe. Dua pengawalnya langsung sigap mengikuti. Dala

    Last Updated : 2025-02-12
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   166

    Langit sore mulai meredup ketika mobil yang membawa Prabu kembali menuju rumah sakit. Selama dalam perjalanan, pria itu sibuk menghubungi orang-orangnya. Dadanya tak henti bergemuruh jika mengingat pria tua menceritakan bagaimana mobil yang membawa Puspita ditabrak berkali-kali sebelum akhirnya digusur dan dilempar.Darahnya mendidih. Wajahnya bahkan sudah memerah sejak tadi.Maka, pantas jika Pram se-down itu. Jika ia yang berada di posisi adik iparnya itu, mungkin bisa gila. Melihat istri tercintanya diperlakukan seperti barang mainan. Di depan mata pula."Temukan mobil jeep serupa dengan mobil yang terbakar! Aku akan naikkan gaji kamu jika dapat dalam waktu dekat." Suaranya gemetar penuh penekanan. Semua orang yang berada di dalam mobil sampai menahan napas mereka.Prabu mematikan sambungan telepon, lalu menghempaskan punggungnya ke sandaran jok. Baru saja ia ingin memejamkan matanya, suara decitan rem yang diinjak mendadak, juga mobil yang tiba-tiba berhenti, mengagetkannya."Ada

    Last Updated : 2025-02-13
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   167. TAK TERDUGA

    Suasana hening untuk beberapa saat, hanya ponsel Prabu yang meraung-raung hingga akhirnya ia matikan.Prabu berdehem salah tingkah sebelum akhirnya pamit. Ketahuan menguping membuatnya sangat malu. Tapi ia benar-benar tidak sengaja. Namun sebelum ia pergi, dokter Irena memanggilnya."Ada apa, Pak Prabu? Ada sesuatu dengan Bu Puspita?" tanya Irena dengan mata memicing.Sementara pria seumurannya yang sejak tadi berdebat, memandang Irena dan Prabu bergantian. "Kamu kenal dia?" tanyanya heran.Irena melirik sebentar dengan sikap angkuh. "Dia keluarga pasienku.""Oh, kebetulan sekali, dia itu yang menabrak Chiara tadi." Pria itu melapor dengan percaya diri.Kening Irena mengernyit. Ditatapnya Prabu dengan saksama."Mobil dia yang menabrak anak kita, Iren. Karena kecerobohan mereka, Chiara belum sadarkan diri sampai sekarang.""Benarkah?" Irena sangsi. Ditatapnya lagi Prabu yang mengalihkan pandangan ke lantai dengan pasrah."Tentu saja! Anak kita hampir kehilangan nyawa karena mobilnya."

    Last Updated : 2025-02-14
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   168

    “Apa-apaan ini?”Untuk beberapa lama, Radit menatap Irena dan Prabu dengan tajam, matanya menyiratkan ketidakpercayaan yang amat dalam. Ia mendengus pelan setelahnya, lalu tersenyum miring."Jangan bercanda, Iren. Aku sangat mengenalmu. Kamu nggak mudah jatuh cinta, apalagi tiba-tiba punya calon suami," ucapnya dengan nada mengejek.Irena tetap menggamit tangan Prabu, tak membiarkan ekspresi Radit mengubah pendiriannya. Ia menghela napas dalam, lalu menatap mantan suaminya dengan penuh keyakinan."Aku tidak bercanda, Radit. Pak Prabu ini calon suamiku."Radit tertawa hambar, lalu melipat tangan di depan dada."Oh ya? Kenapa aku nggak pernah dengar sebelumnya? Sejak kapan kalian pacaran? Sejak kapan kalian merencanakan pernikahan? Jangan-jangan … kamu sedang membodohiku, asal comot orang lalu mengakuinya sebagai calon suamimu?"Irena tersenyum manis. Melirik sedikit ke arah Prabu yang masih dalam mode keterkejutan.“Aku tidak harus bilang sama kamu sedang dekat dengan seseorang, bukan?

    Last Updated : 2025-02-14
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   169. KERAS KEPALA

    Raungan pilu menggema dalam sebuah ruang gelap dan pengap. Cahaya redup dari satu-satunya lampu di langit-langit berayun pelan, menyoroti sosok pria yang duduk di sebuah bangku kayu usang. Darah merembes dari sudut bibirnya. Tangan dan kakinya terikat erat, sementara di sekelilingnya, beberapa pria berjas gelap berdiri, wajah-wajah mereka kaku dan dingin, menunggu perintah lebih lanjut.Prabu melangkah mendekat, sorot matanya penuh amarah. Ia menatap pria yang kini mengerang kesakitan di hadapannya, lalu berjongkok, menarik rambut pria itu agar menatapnya langsung."Katakan sekali lagi," suara Prabu dingin, menusuk hingga ke sumsum tulang.Pria itu gemetar, matanya menyiratkan ketakutan. "Aku... aku tidak tahu sama sekali, Pak. Aku tidak tahu apa-apa. Lepaskan aku. Jangan libatkan aku." Pria yang wajahnya babak belur itu mengiba.Tamparan keras dari anak buah Prabu menghentikan ucapannya. Kepala pria itu terhuyung ke samping, darah semakin deras mengalir dari sudut bibirnya.Prabu mem

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   286

    “Kok, pergi?” Prabu bergumam heran, tubuhnya otomatis bangkit berdiri dari belakang meja.Tanpa menghiraukan panggilan sekretarisnya yang terdengar risih, Prabu segera melangkah cepat ke arah pintu.“Pak Prabu, ini belum selesai tanda tangannya—”Tapi Prabu tidak mendengarkan. Langkahnya mantap, menyusul sosok wanita yang baru saja keluar dengan wajah dingin dan sorot mata menusuk.“Andini!” panggilnya dari belakang.Namun wanita itu tak menoleh. Ia terus berjalan cepat melewati lorong kantor yang dipenuhi aktivitas siang hari. Tumit sneakers-nya berdetak keras melawan lantai marmer, berpacu dengan degup jantungnya yang tak kalah gaduh.“Andini! Tunggu!”Panggilan itu tak dihiraukan. Perasaan aneh mulai bercokol di dada Andini. Ia menyesal datang. Menyesal membawa sesuatu yang bahkan sekarang terasa konyol. Di tangannya tergenggam kotak makan berisi grilled salmon, makanan kesukaan Prabu. Ia tahu dari Oma tadi pagi.Andini sengaja memasak sendiri. Ia ingin memberi kejutan dengan tiba-

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   285.

    Andini menghela napas pelan sambil merapikan kerudung kemarin yang dipakainya lagi. Kemeja putih Prabu yang kebesaran kini sudah terganti dengan satu yang sedikit lebih pas—setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti memakai daster laki-laki. Ia menemukan kemeja berwarna biru tua di dalam lemari, mungkin milik Prabu saat masih bujangan. Untuk bawahannya, ia beruntung menemukan celana jeans yang tampaknya sudah lama tidak dipakai.“Lumayan…” gumamnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Meski masih kebesaran di beberapa bagian, setidaknya ia tidak terlihat seperti peserta lomba kostum paling nyeleneh pagi itu.Di belakangnya, Prabu bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada. Kepalanya menggeleng pelan.Mereka keluar kamar setelah Andini merasa rapi, dan belum sempat mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Puspita dan Pram yang juga sepertinya baru keluar kamar. Tangan keduanya yang saling mengait mesra menandakan bahwa mereka pasangan yang paling bahagia pagi ini.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   284. TIDAK APA-APA

    Andini menahan napas, seluruh tubuhnya kaku seperti patung lilin. Jari-jarinya masih menempel di pipi Prabu, sementara matanya tak berkedip memandang lelaki itu yang kini membuka mata.Waktu seperti berhenti. Detik terasa seperti menit.Prabu menatapnya dalam diam. Tak ada ekspresi. Tak ada teguran. Tapi juga… tak ada senyum.Andini panik. Apa Prabu marah karena ia sudah lancang? Ah, ia sudah siap jika saja pria itu akan memarahinya.Namun tepat ketika ia hendak membuka mulut untuk meminta maaf atau sekadar mencari alasan, mata Prabu perlahan terpejam lagi. Tubuhnya bergeser sedikit, dan suara napasnya kembali terdengar pelan.“…Din…” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan dari alam mimpi.Andini menegakkan tubuhnya perlahan. “Mas?” tanyanya pelan, ragu.Tak ada jawaban. Hanya dengkuran lembut sebagai balasan.Andini mematung beberapa detik sebelum menjatuhkan diri ke kasur, punggungnya menghantam ranjang dengan lemas.“Ya Allah…” desahnya lega. “Dia cuma mengigau. Ya ampun, aku kira

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   283. BALADA BAJU DINAS

    Prabu mengangkat alis, meluaskan matanya. “Hmm… ya, ini Oma yang menyiapkan. Kamu bisa pilih salah satunya untuk malam ini,” ujarnya tanpa menoleh. Matanya masih menyapu seluruh koleksi baju di dalam lemari sambil menahan senyum.Andini mendesah frustrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. “Aku tidak ganti baju saja,” ujarnya akhirnya, lalu berjalan pelan dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa kesal, malu, dan bingung bercampur jadi satu di dalam hatinya. Situasi ini sungguh di luar dugaan.Prabu menutup pintu lemari perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Andini. Tatapannya lembut, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang halus. “Ganti saja, tidak apa-apa. Itu sudah Oma siapkan buat kamu.”Andini mendongak, menatapnya sejenak lalu membuang pandangan lagi. “Aku tidak mungkin memakai pakaian seperti itu, Mas.”“Kenapa?” tanya Prabu, mengangkat satu tangannya, seolah benar-benar tidak mengerti.Wajah Andini memerah. Bibirnya mengatup rapat, mencoba menahan jawaban yang sebetulnya sudah

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   282. ADA KECOA?

    “Prilly sudah tidur?” tanya Andini dengan berbisik saat melihat Puspita bangkit dari ranjang Prilly. Mereka kini berada di dalam kamar di mana Chiara dan Prilly berbagi kamar. Ada dua tempat tidur kecil yang berdampingan di sana. Sengaja disediakan seperti itu agar saat kedua anak itu menginap mereka bisa menghabiskan waktu berdua.Puspita mengangguk. “Sudah, Mbak. Chiara bagaimana?” tanya Puspita balik, juga dengan berbisik.“Sudah,” Andini menjawab pelan sebelum bangkit dan merapikan selimut Chiara.Keduanya lalu keluar dari kamar itu setelah memastikan anak-anak lelap. Mereka baru saja membacakan dongeng pengantar tidur.“Chiara biasa dibacakan buku, ya?” tanya Andini setelah menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar anak-anak tidak terganggu dengan suaranya.“Iya, Mbak. Sejak lahir kan, Prilly memang sama aku, jadi setiap mau tidur aku biasakan baca dongeng biar gampang tidurnya. Waktu dia baru lahir aku malah tidur sekamar sama dia, biar gampang kalau dia nangis.”“Ibunya?

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   281. BERARTI

    Suara lembut gesekan sendok dan garpu berpadu harmonis dengan dentingan piano klasik yang dimainkan langsung oleh seorang pianis profesional di sudut ruangan. Lampu gantung kristal berkilau di atas meja makan panjang berlapis taplak renda putih gading, menambah kesan megah di ruang makan utama kediaman keluarga Bimantara.Andini nyaris tak bisa memercayai semua ini. Ia berada di antara keluarga suaminya yang merupakan salah satu konglomerat negeri ini. Opa Rangga—pemilik kerajaan bisnis Bimantara Group—menyambutnya dengan pelukan dan senyum tulus sejak mereka tiba tadi sore. Bahkan Chiara dipeluk hangat oleh Oma, sebelum seorang pelayan membawanya menuju ruang bermain yang diisi segala jenis mainan edukatif impor.Benar-benar penyambutan sempurna untuk seseorang yang menjadi bagian keluarga itu pun tidak sengaja dan tanpa rencana. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh kakaknya dulu, kini justru didapatkan secara utuh olehnya. Rasa haru dan syukur membuncah di dada Andini, namun tet

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   280. BAJU DINAS

    Mungkin Prabu memang beruntung pernah memperistri Irena, tapi dirinya … ah, rasanya itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan menyiapkan sarapan pagi saja masih kerepotan.Andini tersenyum kaku sebelum akhirnya membuka suara lagi. “Kamu udah lama nikah, ya?”Puspita yang saat itu sedang menekuri ponselnya karena baru saja ada pesan masuk, menoleh sekilas. “Belum sampai dua tahun, Mbak,” jawabnya, tangan masih sibuk membalas pesan.“Jadi, kamu nikah umur dua puluh?”“Iya.”“Wah, hebat. Kamu nikah usia muda, tapi langsung bisa ngurus rumah tangga. Ngurus suami, ngurus anak sambung.”Puspita melirik lagi sedikit, lalu kembali pada ponselnya. Bibirnya menahan senyum. “Aku kan, dulu pembantu sebelum nikah sama Mas Pram, Mbak. Jadi, hal seperti itu sudah biasa kulakukan.”“Apa? Pembantu?” suara Andini terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.“Hmmm…” Puspita mengangguk dan tersenyum lembut. “Aku pembantu di rumah Mas Pram. Bu Soraya, istri pertama Mas Pram y

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   279. IPAR

    Andini melangkah perlahan menyusuri lorong rumah sakit, aroma disinfektan menyambut tiap hembusan napasnya. Dari balik kaca besar ruang NICU, matanya tertuju pada satu inkubator kecil yang menampung makhluk mungil bernama Raja. Ia berdiri dalam diam, menatap dengan tatapan sendu dan penuh rindu. Setiap hari, ada rasa khawatir sekaligus harapan yang bertarung dalam dadanya.Entah sampai kapan Raja akan di sana, karena sampai saat ini pihak rumah sakit belum melaporkan perkembangan signifikan. Menurut mereka, butuh waktu berbulan-bulan hingga ia tumbuh normal seperti bayi yang lahir cukup bulan.Namun, ia dan Prabu akan menunggu waktu itu tiba. Waktu di mana Raja bisa mereka peluk dan bawa pulang. Untuk saat ini, Raja mungkin masih betah di sini karena merasakan ibunya setiap saat. Secara, ini rumah sakit tempat sang ibu bekerja.“Masih tidur, ya?” suara lembut menyapa dari sampingnya.Andini menoleh. Puspita berdiri di sana tanpa ia sadari kedatangannya. Adik iparnya itu tampak begitu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   278. HATI YANG MENGHANGAT

    Prabu dan Chiara bersiap-siap berangkat. Andini membantu membetulkan dasi kecil di leher Chiara yang kini berseragam rapi. Prabu berdiri di dekat pintu, menggenggam tas kerja dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggandeng jemari mungil Chiara.“Hati-hati di jalan, ya,” ucap Andini sambil tersenyum lembut, berdiri di ambang pintu. Ia melambaikan tangan kecilnya—kebiasaan yang mulai terasa hangat setiap pagi.Prabu tersenyum, dan Chiara balas melambaikan tangan. “Kami berangkat dulu, Onti, eh maaf … Mama ….” Chiara menutup mulut dengan lima jari mungilnya.Andini berkedip lembut seraya mengulum senyum. Semua hanya butuh waktu saja sampai mereka terbiasa, karena sejatinya ia pun sedang beradaptasi. Anak sekecil Chiara sudah bagus bisa cepat tanggap.Prabu dan Chiara akhirnya berjalan menyusuri lorong apartemen. Suara ketukan sepatu mereka yang bergema bagai simfoni yang mengalun lembut, membelai dada Andini.Wanita itu masih berdiri di sana, memandangi punggung keduanya yang p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status