All Chapters of NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!: Chapter 181 - Chapter 190

200 Chapters

181. MANTAN

“Selamat siang, Pak Pramudya. Bagaimana kabar istri Anda?” Wanita berhijab yang duduk sendirian itu bangkit dan tersenyum ramah.Pram mengangguk dan mengulurkan tangan, tetapi Prabu menepisnya. “Tidak perlu bersalaman,” ujarnya ketus. Lalu duduk dan meminta Pram melakukan hal yang sama.“Alhamdulillah, istri saya sudah lebih baik, Dok. Hari ini menjalani operasi luka di wajahnya.” Pram menjawab setelah mereka semua duduk.“Oh, syukurlah. Semoga lekas membaik.” Dokter Irena terus menebar senyum.“Terima kasih, Dok.” Pram menganggukkan kepalanya penuh penghormatan.“Untuk?” Mata Irena memicing.“Untuk pertolongan Anda pada istri saya kemarin. Jika bukan karena perjuangan dokter dan tim untuk menyelamatkan istri saya, mungkin kami tidak bisa berkumpul lagi.”“Jangan berlebihan, Pak Pramudya. Itu sudah tugas saya sebagai dokter yang menangani Bu Puspita. Dan soal umur, itu urusan Yang Di Atas. Jika Dia berkehendak umat-Nya masih harus melanjutkan hidup dan berkumpul dengan keluarganya, ma
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

182. MANTAN 2

“Terima kasih, Pak Prabu. Lagi-lagi sudah membantu saya.” Irena mengatakan itu seraya menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Kedua sikunya bertumpu di atas meja. Ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.“Apa dia benar-benar mantan suamimu, Bu Dokter?”Pertanyaan Prabu membuat Irena menghentikan pijatan di pelipisnya, tetapi wajahnya masih menunduk melihat meja. Tak berani bersitatap dengan Prabu karena rasa malunya masih sangat besar.Bahkan saat Pram pamit dan berangkat lebih dulu ke asrama Sakti, wanita itu hanya mengangguk tanpa berani mengangkat wajahnya.“Kenapa aku tidak yakin ya, kalau dia benar-benar mantan suamimu?”Lanjutan ucapan Prabu membuat Irena memberanikan diri mengangkat wajahnya hingga Prabu dapat melihat wajah kuyunya. Persis seperti yang ia lihat pertama kali di kafe samping rumah sakit. Kini Prabu mengerti kenapa di luar rumah sakit wanita itu terlihat sangat lelah, sementara di rumah sakit ia sangat bersemangat dan ramah.Prabu mengerti, itulah profesionalis
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

183. RAPUH

Prabu bergegas menghampiri Irena yang masih berusaha mengejar mobil Radit. Napas wanita itu terengah, matanya nanar menatap kepergian anaknya yang menghilang di kejauhan."Beri aku kunci mobilmu," kata Prabu tegas.Irena menoleh dengan mata berkaca-kaca, tetapi tanpa banyak tanya, ia mengulurkan kunci mobilnya. Dengan cepat, Prabu membuka pintu mobil dan menarik Irena agar masuk. Ia melesat keluar area sekolah, mengejar mobil Radit yang membawa Chiara.Sepanjang perjalanan, Irena terus memegang erat dadanya yang sesak. Tangannya mencengkeram sabuk pengaman, mencoba menahan ketakutan dan amarah yang berkecamuk dalam dirinya.“Tenang, kamu akan mendapatkan Chiara kembali,” ucap Prabu berusaha menenangkannya.Irena memejam pedih. “Anda tidak mengenal mantan suamiku. Dia bisa saja—"“Irena.” Prabu menoleh sekilas, menatapnya tajam sebelum kembali fokus mengendalikan kemudi. “Jangan biarkan ketakutan menguasaimu. Kamu wanita hebat, seorang dokter pula. Kamu harus tenang.”Irena menggigit b
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

184. GEGABAH

“Menikahlah denganku, dan akan kubantu kau merebut lagi Chiara apa pun caranya.”Irena membuka mata. Tubuhnya menegang. Ia menegakkan tubuhnya dan berbalik perlahan, menatap Prabu dengan matanya yang lelah.“Apa?” bisiknya. Raut tak percaya tergambar jelas.“Kau ingin mendapatkan hak asuh Chiara, bukan?” Prabu menjelaskan. “Jika kau menikah lagi dan memiliki kehidupan yang stabil, itu akan menjadi faktor kuat di pengadilan. Pengadilan akan lebih mempertimbangkan seorang ibu yang menikah dengan pria yang memiliki kehidupan mapan.”Irena berkedip lemah setelah menatapnya dengan campuran keterkejutan dan kesedihan. “Itu tidak mungkin, Pak Prabu.”“Apanya yang tidak mungkin? Kamu sendiri yang mengatakan pada mantan suamimu kalau aku calon suamimu.”Irena menundukkan kepala, suaranya lirih, “Saya minta maaf, Pak Prabu. Saya tahu itu perbuatan tidak benar. Tapi saya terpaksa mengatakannya hanya untuk menggertak Radit, tapi hasilnya … dia tetap membawa Chiara. Dia tahu kalau saya hanya menga
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

185. JATUH CINTA ATAU PUTUS CINTA?

“Pram, coba ceritakan bagaimana awalnya perasaanmu sama adikku!”Pramudya melirik ke samping saat mendengar pertanyaan aneh dari kakak iparnya. Ya, menurut Pram, pertanyaan itu aneh karena tiba-tiba saja Prabu menanyakan hal yang tidak ada hubungannya dengan topik yang sedang mereka bahas.Pram meluangkan sedikit waktu untuk menanyakan perusahaannya sebelum kembali ke Singapura. Dan tiba-tiba saat mereka sedang membahas pekerjaan, pria itu bertanya aneh.Walaupun sebenarnya sejak tadi Pram melihat gelagat tak biasa dari kakak iparnya itu, tetapi tak urung ia heran. Prabu terlihat tidak fokus dan banyak berdiam diri. Tidak sebawel biasanya.“Apa barusan?” Pram merasa tidak yakin dengan pendengarannya. Matanya memicing tajam melihat Prabu.“Aku bertanya bagaimana perasaanmu saat jatuh cinta pada adikku? Apa yang membuatmu jatuh cinta padanya? Dan bagaimana kamu mengungkapkannya?”Pram masih mengerutkan keningnya mendengar rentetan pertanyaan itu, tetapi ia tidak langsung menanggapi. Mal
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

186. PASIEN

Prabu meletakkan ponselnya dengan kasar di atas meja hingga benda itu menggelosor mengenai vas bunga. Untung saja benda kristal itu tidak pecah, hanya tumbang menumpahkan beberapa tangkai bunga di meja kerjanya.Berkali-kali ia menghubungi nomor Irena, berkali-kali juga mengirim pesan, tetapi tidak pernah berbalas. Nomor itu sudah tidak lagi aktif, panggilannya hanya dijawab operator.Sejak mengantar Irena ke apartemennya dan bicara serius tempo hari, Prabu memang tidak pernah bertemu lagi dengan wanita itu. Mengikuti saran Pram, ia butuh waktu untuk merenung, apa sebenarnya yang ia rasakan pada Irena. Ia tidak mau terburu-buru dan gegabah.Sayangnya, saat kembali menghubungi wanita itu, ia tak lagi bisa bicara dengannya. Nomornya tidak aktif, dan setiap kali datang ke apartemen, ART-nya mengatakan Irena sedang tidak di rumah, berlibur ke luar kota.Waktu terus bergulir. Prabu tidak tahu apa yang salah karena ia merasa tidak melakukan hal apa pun yang membuat wanita itu menjauh. Hingg
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

187. BUKAN BEGITU

Irena buru-buru memutus tatapan dengan berkata, “Saya akan buatkan resep obatnya, Pak.” Kemudian, ia menarik tangannya dan kembali berjalan ke mejanya.“Obat apa, Dok?” Prabu menyusul bangkit, lalu kembali duduk di kursi pengunjung dengan santai.“Sesuai dengan keluhan Anda, nanti obatnya bisa ditebus di apotek,” jawab Irena tanpa melihat Prabu.Prabu menatapnya tajam. “Memangnya saya sakit apa, Dok? Kenapa dokter tidak bertanya penyebab saya sakit? Dokter juga tidak bertanya sejak kapan saya sakit.”Irena menghentikan sejenak gerakan tangannya yang sedang menggoreskan pena. Namun, tak lama ia melanjutkannya, seolah tak terusik dengan pertanyaan Prabu.“Dok, ayo tanya kenapa saya sakit. Tanya juga sejak kapan sakitnya terasa,” Prabu bersikeras. Tangan Prabu terulur, mengguncang tangan Irena yang sedang menulis.Perawat yang sejak tadi berdiri di samping meja, tak sadar membelalakkan mata. Tidak menyangka ada kejadian seperti ini. Ia juga tidak menyangka pria perlente yang tampak berwi
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

188. MAAF

Prabu menegakkan punggungnya begitu mendengar denting suara lift yang terbuka, diikuti ketukan heels yang beradu dengan lantai. Matanya hampir tidak berkedip, dan telinganya terbuka lebar hingga suara ketukan sepatu semakin jelas tertangkap indera pendengarannya.Sang pria mengeratkan pegangan pada seikat bunga segar yang di antara untaiannya terselip secarik kartu ucapan kata maaf.Sebenarnya, tadi wanita tiga puluhan itu menawarkan diri untuk menunggu di dalam. Namun, Prabu memutuskan untuk menunggu di depan pintu saja. Bukan apa-apa, di sana ia bisa lebih mudah mengetahui jika orang yang ditunggunya datang.Koridor yang lengang membuat suara ketukan sepatu semakin nyaring menggema. Dan Prabu yakin jika pemiliknya adalah orang yang ia tunggu. Apartemen ini private, hanya ada empat unit di lantai ini yang memiliki dua lift untuk akses masuk. Jika sekarang ada ketukan sepatu yang semakin jelas mendekat, tentulah itu milik seseorang yang sedang ia nantikan.Benar saja, tak butuh waktu
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

189. SORE DI SINGAPURA

Langit Singapura sore ini berwarna jingga keemasan, memantulkan cahaya lembut di gedung-gedung pencakar langit yang berdiri megah di sekitar taman. Udara hangat, tetapi tidak menyengat, ditemani hembusan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga-bunga segar dari taman di sekitar Mount Elizabeth Park. Suasana tenang, hanya sesekali terdengar suara burung berkicau dan tawa riang anak-anak yang bermain di kejauhan.Pram dengan hati-hati mendorong kursi roda Puspita, memastikan jalannya tetap stabil di atas trotoar yang bersih dan tertata rapi. Wajah Puspita masih tertutup perban tipis setelah operasi yang baru saja dijalaninya, tetapi matanya memancarkan ketenangan.Sore ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia bisa menikmati udara luar tanpa harus terbaring di kamar rumah sakit.Di sampingnya, Prily berjalan dengan langkah kecil yang penuh semangat. Tangan mungilnya terangkat, mencoba menangkap daun-daun yang jatuh tertiup angin. Sesekali ia menoleh ke arah Puspita, tersenyum
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

190. ADA APA DENGAN KALIAN?

Puspita membeku di tempatnya. Napasnya tercekat di tenggorokan. Ia tidak percaya dengan pandangan dan pendengarannya sendiri."Puspita?"Panggilan itu begitu familiar, seakan menariknya kembali ke masa lalu yang telah terkubur dalam-dalam. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali mendengar suara itu memanggil namanya. Yang ia ingat, laki-laki itu tak lagi muncul dalam hidupnya hingga ia beranggapan bahwa Haidar mundur dari hubungan mereka karena orang tuanya tak merestui.Tidak ada kata perpisahan. Tidak ada ucapan selamat tinggal di antara mereka. Yang ada hanya prasangka yang membuat Puspita akhirnya menyerah dalam penantian dan jatuh dalam dekapan suaminya saat ini.“Ini benar kamu, kan, Pita?”Suara itu terdengar lagi, menariknya dari lamunan yang membawanya ke dimensi waktu yang telah lalu.Puspita mengerjap, lalu berusaha menelan ludahnya yang terasa seret. Jantungnya berdegup begitu kencang, dan tangannya mencengkeram selimut tipis yang menutupi kakinya.Rasa malu dan nostalgia berca
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status