Irena buru-buru memutus tatapan dengan berkata, “Saya akan buatkan resep obatnya, Pak.” Kemudian, ia menarik tangannya dan kembali berjalan ke mejanya.“Obat apa, Dok?” Prabu menyusul bangkit, lalu kembali duduk di kursi pengunjung dengan santai.“Sesuai dengan keluhan Anda, nanti obatnya bisa ditebus di apotek,” jawab Irena tanpa melihat Prabu.Prabu menatapnya tajam. “Memangnya saya sakit apa, Dok? Kenapa dokter tidak bertanya penyebab saya sakit? Dokter juga tidak bertanya sejak kapan saya sakit.”Irena menghentikan sejenak gerakan tangannya yang sedang menggoreskan pena. Namun, tak lama ia melanjutkannya, seolah tak terusik dengan pertanyaan Prabu.“Dok, ayo tanya kenapa saya sakit. Tanya juga sejak kapan sakitnya terasa,” Prabu bersikeras. Tangan Prabu terulur, mengguncang tangan Irena yang sedang menulis.Perawat yang sejak tadi berdiri di samping meja, tak sadar membelalakkan mata. Tidak menyangka ada kejadian seperti ini. Ia juga tidak menyangka pria perlente yang tampak berwi
Last Updated : 2025-02-25 Read more