Share

184. GEGABAH

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2025-02-24 18:57:51

“Menikahlah denganku, dan akan kubantu kau merebut lagi Chiara apa pun caranya.”

Irena membuka mata. Tubuhnya menegang. Ia menegakkan tubuhnya dan berbalik perlahan, menatap Prabu dengan matanya yang lelah.

“Apa?” bisiknya. Raut tak percaya tergambar jelas.

“Kau ingin mendapatkan hak asuh Chiara, bukan?” Prabu menjelaskan. “Jika kau menikah lagi dan memiliki kehidupan yang stabil, itu akan menjadi faktor kuat di pengadilan. Pengadilan akan lebih mempertimbangkan seorang ibu yang menikah dengan pria yang memiliki kehidupan mapan.”

Irena berkedip lemah setelah menatapnya dengan campuran keterkejutan dan kesedihan. “Itu tidak mungkin, Pak Prabu.”

“Apanya yang tidak mungkin? Kamu sendiri yang mengatakan pada mantan suamimu kalau aku calon suamimu.”

Irena menundukkan kepala, suaranya lirih, “Saya minta maaf, Pak Prabu. Saya tahu itu perbuatan tidak benar. Tapi saya terpaksa mengatakannya hanya untuk menggertak Radit, tapi hasilnya … dia tetap membawa Chiara. Dia tahu kalau saya hanya menga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Lussy Alyanii
wahh Pak Prabu maen ngomong nikah padahal belum tau siapa si Irena ini
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
justru wanita begini nih yg dicari pria buat diperistri..termasuk prabu hehe
goodnovel comment avatar
Inah Ariffin
karena bang Prabu sedang jatuh cinta pada dokter Irena, maka hatinya nggak tega melihat penderitaan Irena
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   185. JATUH CINTA ATAU PUTUS CINTA?

    “Pram, coba ceritakan bagaimana awalnya perasaanmu sama adikku!”Pramudya melirik ke samping saat mendengar pertanyaan aneh dari kakak iparnya. Ya, menurut Pram, pertanyaan itu aneh karena tiba-tiba saja Prabu menanyakan hal yang tidak ada hubungannya dengan topik yang sedang mereka bahas.Pram meluangkan sedikit waktu untuk menanyakan perusahaannya sebelum kembali ke Singapura. Dan tiba-tiba saat mereka sedang membahas pekerjaan, pria itu bertanya aneh.Walaupun sebenarnya sejak tadi Pram melihat gelagat tak biasa dari kakak iparnya itu, tetapi tak urung ia heran. Prabu terlihat tidak fokus dan banyak berdiam diri. Tidak sebawel biasanya.“Apa barusan?” Pram merasa tidak yakin dengan pendengarannya. Matanya memicing tajam melihat Prabu.“Aku bertanya bagaimana perasaanmu saat jatuh cinta pada adikku? Apa yang membuatmu jatuh cinta padanya? Dan bagaimana kamu mengungkapkannya?”Pram masih mengerutkan keningnya mendengar rentetan pertanyaan itu, tetapi ia tidak langsung menanggapi. Mal

    Last Updated : 2025-02-24
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   186. PASIEN

    Prabu meletakkan ponselnya dengan kasar di atas meja hingga benda itu menggelosor mengenai vas bunga. Untung saja benda kristal itu tidak pecah, hanya tumbang menumpahkan beberapa tangkai bunga di meja kerjanya.Berkali-kali ia menghubungi nomor Irena, berkali-kali juga mengirim pesan, tetapi tidak pernah berbalas. Nomor itu sudah tidak lagi aktif, panggilannya hanya dijawab operator.Sejak mengantar Irena ke apartemennya dan bicara serius tempo hari, Prabu memang tidak pernah bertemu lagi dengan wanita itu. Mengikuti saran Pram, ia butuh waktu untuk merenung, apa sebenarnya yang ia rasakan pada Irena. Ia tidak mau terburu-buru dan gegabah.Sayangnya, saat kembali menghubungi wanita itu, ia tak lagi bisa bicara dengannya. Nomornya tidak aktif, dan setiap kali datang ke apartemen, ART-nya mengatakan Irena sedang tidak di rumah, berlibur ke luar kota.Waktu terus bergulir. Prabu tidak tahu apa yang salah karena ia merasa tidak melakukan hal apa pun yang membuat wanita itu menjauh. Hingg

    Last Updated : 2025-02-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   187. BUKAN BEGITU

    Irena buru-buru memutus tatapan dengan berkata, “Saya akan buatkan resep obatnya, Pak.” Kemudian, ia menarik tangannya dan kembali berjalan ke mejanya.“Obat apa, Dok?” Prabu menyusul bangkit, lalu kembali duduk di kursi pengunjung dengan santai.“Sesuai dengan keluhan Anda, nanti obatnya bisa ditebus di apotek,” jawab Irena tanpa melihat Prabu.Prabu menatapnya tajam. “Memangnya saya sakit apa, Dok? Kenapa dokter tidak bertanya penyebab saya sakit? Dokter juga tidak bertanya sejak kapan saya sakit.”Irena menghentikan sejenak gerakan tangannya yang sedang menggoreskan pena. Namun, tak lama ia melanjutkannya, seolah tak terusik dengan pertanyaan Prabu.“Dok, ayo tanya kenapa saya sakit. Tanya juga sejak kapan sakitnya terasa,” Prabu bersikeras. Tangan Prabu terulur, mengguncang tangan Irena yang sedang menulis.Perawat yang sejak tadi berdiri di samping meja, tak sadar membelalakkan mata. Tidak menyangka ada kejadian seperti ini. Ia juga tidak menyangka pria perlente yang tampak berwi

    Last Updated : 2025-02-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   188. MAAF

    Prabu menegakkan punggungnya begitu mendengar denting suara lift yang terbuka, diikuti ketukan heels yang beradu dengan lantai. Matanya hampir tidak berkedip, dan telinganya terbuka lebar hingga suara ketukan sepatu semakin jelas tertangkap indera pendengarannya.Sang pria mengeratkan pegangan pada seikat bunga segar yang di antara untaiannya terselip secarik kartu ucapan kata maaf.Sebenarnya, tadi wanita tiga puluhan itu menawarkan diri untuk menunggu di dalam. Namun, Prabu memutuskan untuk menunggu di depan pintu saja. Bukan apa-apa, di sana ia bisa lebih mudah mengetahui jika orang yang ditunggunya datang.Koridor yang lengang membuat suara ketukan sepatu semakin nyaring menggema. Dan Prabu yakin jika pemiliknya adalah orang yang ia tunggu. Apartemen ini private, hanya ada empat unit di lantai ini yang memiliki dua lift untuk akses masuk. Jika sekarang ada ketukan sepatu yang semakin jelas mendekat, tentulah itu milik seseorang yang sedang ia nantikan.Benar saja, tak butuh waktu

    Last Updated : 2025-02-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   189. SORE DI SINGAPURA

    Langit Singapura sore ini berwarna jingga keemasan, memantulkan cahaya lembut di gedung-gedung pencakar langit yang berdiri megah di sekitar taman. Udara hangat, tetapi tidak menyengat, ditemani hembusan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga-bunga segar dari taman di sekitar Mount Elizabeth Park. Suasana tenang, hanya sesekali terdengar suara burung berkicau dan tawa riang anak-anak yang bermain di kejauhan.Pram dengan hati-hati mendorong kursi roda Puspita, memastikan jalannya tetap stabil di atas trotoar yang bersih dan tertata rapi. Wajah Puspita masih tertutup perban tipis setelah operasi yang baru saja dijalaninya, tetapi matanya memancarkan ketenangan.Sore ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia bisa menikmati udara luar tanpa harus terbaring di kamar rumah sakit.Di sampingnya, Prily berjalan dengan langkah kecil yang penuh semangat. Tangan mungilnya terangkat, mencoba menangkap daun-daun yang jatuh tertiup angin. Sesekali ia menoleh ke arah Puspita, tersenyum

    Last Updated : 2025-02-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   190. ADA APA DENGAN KALIAN?

    Puspita membeku di tempatnya. Napasnya tercekat di tenggorokan. Ia tidak percaya dengan pandangan dan pendengarannya sendiri."Puspita?"Panggilan itu begitu familiar, seakan menariknya kembali ke masa lalu yang telah terkubur dalam-dalam. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali mendengar suara itu memanggil namanya. Yang ia ingat, laki-laki itu tak lagi muncul dalam hidupnya hingga ia beranggapan bahwa Haidar mundur dari hubungan mereka karena orang tuanya tak merestui.Tidak ada kata perpisahan. Tidak ada ucapan selamat tinggal di antara mereka. Yang ada hanya prasangka yang membuat Puspita akhirnya menyerah dalam penantian dan jatuh dalam dekapan suaminya saat ini.“Ini benar kamu, kan, Pita?”Suara itu terdengar lagi, menariknya dari lamunan yang membawanya ke dimensi waktu yang telah lalu.Puspita mengerjap, lalu berusaha menelan ludahnya yang terasa seret. Jantungnya berdegup begitu kencang, dan tangannya mencengkeram selimut tipis yang menutupi kakinya.Rasa malu dan nostalgia berca

    Last Updated : 2025-02-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   191. KAMU MENYESAL?

    Tidak ada percakapan apa pun selama Pram, Puspita, dan Prily kembali menuju apartemen. Pram hanya fokus mendorong kursi roda istrinya. Kehangatan yang tadi menyelimuti, mendadak raib tak berbekas. Bahkan Prily yang biasanya banyak bertanya, mendadak diam melihat kedua orang tuanya saling membungkam.Begitu memasuki apartemen, suasana terasa semakin canggung. Pram yang biasanya langsung menawarkan sesuatu pada Puspita, kali ini hanya berdiri di depan pintu dengan tangan masih mencengkeram handel kursi roda istrinya.Puspita sendiri menunduk dalam, wajahnya pucat pasi, napasnya terengah seolah telah berjalan jauh. Kedua tangannya bertaut erat di pangkuannya, seakan sedang berusaha meredam gejolak di dadanya.Prily, yang biasanya berceloteh riang tentang apa pun yang ia lihat di luar, kini hanya menatap bergantian antara ayah dan ibunya. Seolah bisa merasakan ketegangan yang memenuhi udara, bocah itu akhirnya memilih memeluk boneka kelinci kesayangannya dan berlari kecil ke kamarnya untu

    Last Updated : 2025-02-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   192. BERBEDA

    Puspita memejamkan matanya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan sesaat setelah pintu kamarnya tertutup. Tadi, Prily memeluk pinggangnya erat. Tidak mau melepaskannya, tetapi Pram terus membujuk anak itu hingga akhirnya berhasil membawanya keluar dari sana.Entahlah, kenapa situasi kembali seperti ini. Padahal hidupnya sudah terasa tenang meski belum sepenuhnya pulih. Bersama Pram dan Prily ia bahagia di sini meski sedang menjalani pengobatan. Siapa sangka kehadiran Haidar membuat semuanya berbeda.Puspita memijat pelipisnya. Mencoba mengingat kejadian sebelum ia kehilangan kontak dengan pemuda satu kampungnya itu. Benar-benar tidak ada perpisahan di antara mereka, hingga ia sempat masih berharap.Lalu setelah lama tidak ada kabar dari pemuda itulah ia mulai membuka hati untuk Pram. Saat itu ia mengira orang tua Haidar tidak menyetujui hubungan mereka karena dirinya hanya seorang wanita miskin, janda pula. Tentu saja Haidar yang anak pemilik perkebunan dan pabrik teh di sana diha

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   285.

    Andini menghela napas pelan sambil merapikan kerudung kemarin yang dipakainya lagi. Kemeja putih Prabu yang kebesaran kini sudah terganti dengan satu yang sedikit lebih pas—setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti memakai daster laki-laki. Ia menemukan kemeja berwarna biru tua di dalam lemari, mungkin milik Prabu saat masih bujangan. Untuk bawahannya, ia beruntung menemukan celana jeans yang tampaknya sudah lama tidak dipakai.“Lumayan…” gumamnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Meski masih kebesaran di beberapa bagian, setidaknya ia tidak terlihat seperti peserta lomba kostum paling nyeleneh pagi itu.Di belakangnya, Prabu bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada. Kepalanya menggeleng pelan.Mereka keluar kamar setelah Andini merasa rapi, dan belum sempat mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Puspita dan Pram yang juga sepertinya baru keluar kamar. Tangan keduanya yang saling mengait mesra menandakan bahwa mereka pasangan yang paling bahagia pagi ini.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   284. TIDAK APA-APA

    Andini menahan napas, seluruh tubuhnya kaku seperti patung lilin. Jari-jarinya masih menempel di pipi Prabu, sementara matanya tak berkedip memandang lelaki itu yang kini membuka mata.Waktu seperti berhenti. Detik terasa seperti menit.Prabu menatapnya dalam diam. Tak ada ekspresi. Tak ada teguran. Tapi juga… tak ada senyum.Andini panik. Apa Prabu marah karena ia sudah lancang? Ah, ia sudah siap jika saja pria itu akan memarahinya.Namun tepat ketika ia hendak membuka mulut untuk meminta maaf atau sekadar mencari alasan, mata Prabu perlahan terpejam lagi. Tubuhnya bergeser sedikit, dan suara napasnya kembali terdengar pelan.“…Din…” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan dari alam mimpi.Andini menegakkan tubuhnya perlahan. “Mas?” tanyanya pelan, ragu.Tak ada jawaban. Hanya dengkuran lembut sebagai balasan.Andini mematung beberapa detik sebelum menjatuhkan diri ke kasur, punggungnya menghantam ranjang dengan lemas.“Ya Allah…” desahnya lega. “Dia cuma mengigau. Ya ampun, aku kira

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   283. BALADA BAJU DINAS

    Prabu mengangkat alis, meluaskan matanya. “Hmm… ya, ini Oma yang menyiapkan. Kamu bisa pilih salah satunya untuk malam ini,” ujarnya tanpa menoleh. Matanya masih menyapu seluruh koleksi baju di dalam lemari sambil menahan senyum.Andini mendesah frustrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. “Aku tidak ganti baju saja,” ujarnya akhirnya, lalu berjalan pelan dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa kesal, malu, dan bingung bercampur jadi satu di dalam hatinya. Situasi ini sungguh di luar dugaan.Prabu menutup pintu lemari perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Andini. Tatapannya lembut, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang halus. “Ganti saja, tidak apa-apa. Itu sudah Oma siapkan buat kamu.”Andini mendongak, menatapnya sejenak lalu membuang pandangan lagi. “Aku tidak mungkin memakai pakaian seperti itu, Mas.”“Kenapa?” tanya Prabu, mengangkat satu tangannya, seolah benar-benar tidak mengerti.Wajah Andini memerah. Bibirnya mengatup rapat, mencoba menahan jawaban yang sebetulnya sudah

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   282. ADA KECOA?

    “Prilly sudah tidur?” tanya Andini dengan berbisik saat melihat Puspita bangkit dari ranjang Prilly. Mereka kini berada di dalam kamar di mana Chiara dan Prilly berbagi kamar. Ada dua tempat tidur kecil yang berdampingan di sana. Sengaja disediakan seperti itu agar saat kedua anak itu menginap mereka bisa menghabiskan waktu berdua.Puspita mengangguk. “Sudah, Mbak. Chiara bagaimana?” tanya Puspita balik, juga dengan berbisik.“Sudah,” Andini menjawab pelan sebelum bangkit dan merapikan selimut Chiara.Keduanya lalu keluar dari kamar itu setelah memastikan anak-anak lelap. Mereka baru saja membacakan dongeng pengantar tidur.“Chiara biasa dibacakan buku, ya?” tanya Andini setelah menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar anak-anak tidak terganggu dengan suaranya.“Iya, Mbak. Sejak lahir kan, Prilly memang sama aku, jadi setiap mau tidur aku biasakan baca dongeng biar gampang tidurnya. Waktu dia baru lahir aku malah tidur sekamar sama dia, biar gampang kalau dia nangis.”“Ibunya?

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   281. BERARTI

    Suara lembut gesekan sendok dan garpu berpadu harmonis dengan dentingan piano klasik yang dimainkan langsung oleh seorang pianis profesional di sudut ruangan. Lampu gantung kristal berkilau di atas meja makan panjang berlapis taplak renda putih gading, menambah kesan megah di ruang makan utama kediaman keluarga Bimantara.Andini nyaris tak bisa memercayai semua ini. Ia berada di antara keluarga suaminya yang merupakan salah satu konglomerat negeri ini. Opa Rangga—pemilik kerajaan bisnis Bimantara Group—menyambutnya dengan pelukan dan senyum tulus sejak mereka tiba tadi sore. Bahkan Chiara dipeluk hangat oleh Oma, sebelum seorang pelayan membawanya menuju ruang bermain yang diisi segala jenis mainan edukatif impor.Benar-benar penyambutan sempurna untuk seseorang yang menjadi bagian keluarga itu pun tidak sengaja dan tanpa rencana. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh kakaknya dulu, kini justru didapatkan secara utuh olehnya. Rasa haru dan syukur membuncah di dada Andini, namun tet

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   280. BAJU DINAS

    Mungkin Prabu memang beruntung pernah memperistri Irena, tapi dirinya … ah, rasanya itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan menyiapkan sarapan pagi saja masih kerepotan.Andini tersenyum kaku sebelum akhirnya membuka suara lagi. “Kamu udah lama nikah, ya?”Puspita yang saat itu sedang menekuri ponselnya karena baru saja ada pesan masuk, menoleh sekilas. “Belum sampai dua tahun, Mbak,” jawabnya, tangan masih sibuk membalas pesan.“Jadi, kamu nikah umur dua puluh?”“Iya.”“Wah, hebat. Kamu nikah usia muda, tapi langsung bisa ngurus rumah tangga. Ngurus suami, ngurus anak sambung.”Puspita melirik lagi sedikit, lalu kembali pada ponselnya. Bibirnya menahan senyum. “Aku kan, dulu pembantu sebelum nikah sama Mas Pram, Mbak. Jadi, hal seperti itu sudah biasa kulakukan.”“Apa? Pembantu?” suara Andini terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.“Hmmm…” Puspita mengangguk dan tersenyum lembut. “Aku pembantu di rumah Mas Pram. Bu Soraya, istri pertama Mas Pram y

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   279. IPAR

    Andini melangkah perlahan menyusuri lorong rumah sakit, aroma disinfektan menyambut tiap hembusan napasnya. Dari balik kaca besar ruang NICU, matanya tertuju pada satu inkubator kecil yang menampung makhluk mungil bernama Raja. Ia berdiri dalam diam, menatap dengan tatapan sendu dan penuh rindu. Setiap hari, ada rasa khawatir sekaligus harapan yang bertarung dalam dadanya.Entah sampai kapan Raja akan di sana, karena sampai saat ini pihak rumah sakit belum melaporkan perkembangan signifikan. Menurut mereka, butuh waktu berbulan-bulan hingga ia tumbuh normal seperti bayi yang lahir cukup bulan.Namun, ia dan Prabu akan menunggu waktu itu tiba. Waktu di mana Raja bisa mereka peluk dan bawa pulang. Untuk saat ini, Raja mungkin masih betah di sini karena merasakan ibunya setiap saat. Secara, ini rumah sakit tempat sang ibu bekerja.“Masih tidur, ya?” suara lembut menyapa dari sampingnya.Andini menoleh. Puspita berdiri di sana tanpa ia sadari kedatangannya. Adik iparnya itu tampak begitu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   278. HATI YANG MENGHANGAT

    Prabu dan Chiara bersiap-siap berangkat. Andini membantu membetulkan dasi kecil di leher Chiara yang kini berseragam rapi. Prabu berdiri di dekat pintu, menggenggam tas kerja dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggandeng jemari mungil Chiara.“Hati-hati di jalan, ya,” ucap Andini sambil tersenyum lembut, berdiri di ambang pintu. Ia melambaikan tangan kecilnya—kebiasaan yang mulai terasa hangat setiap pagi.Prabu tersenyum, dan Chiara balas melambaikan tangan. “Kami berangkat dulu, Onti, eh maaf … Mama ….” Chiara menutup mulut dengan lima jari mungilnya.Andini berkedip lembut seraya mengulum senyum. Semua hanya butuh waktu saja sampai mereka terbiasa, karena sejatinya ia pun sedang beradaptasi. Anak sekecil Chiara sudah bagus bisa cepat tanggap.Prabu dan Chiara akhirnya berjalan menyusuri lorong apartemen. Suara ketukan sepatu mereka yang bergema bagai simfoni yang mengalun lembut, membelai dada Andini.Wanita itu masih berdiri di sana, memandangi punggung keduanya yang p

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   277. PERAN BARU

    “Din … kamu lihat dasiku yang navy ada titik kecil putih, tidak?” Suara Prabu terdengar dari kamar, sedikit meninggi karena jarak kamar tidur dan dapur lumayan jauh.Andini sedang berkutat di dapur. Tangannya sibuk mengaduk telur orak-arik sambil sesekali melirik roti yang mulai kecokelatan di toaster. Aroma kopi menguar dari cangkir di sebelahnya. Pagi ini seperti medan perang baginya. Mbak Sri—ART mereka—kebetulan sedang cuti.Kompor menyala, toaster bunyi klik, air galon tinggal sedikit, dan... kakinya hampir terpeleset karena butter yang tadi tumpah dari spatula.Sebagai ibu rumah tangga baru yang belum berpengalaman—karena tiba-tiba menjadi seorang istri dan ibu—tentu saja ini perjuangan tersendiri bagi Andini. Ia yang terbiasa hanya mengurus dirinya sendiri, kini harus membagi tenaga untuk mengurus dan menyiapkan keperluan orang lain.Keadaan jadi sangat riweuh karena Prabu yang sudah terbiasa segala dilayani, dan juga Chiara yang belum bisa mengurus dirinya sendiri—minta dilaya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status