Home / Romansa / I'm Sorry Laras / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of I'm Sorry Laras: Chapter 41 - Chapter 50

59 Chapters

Rindu yang terbalas

Dunia seolah berhenti berputar untuk Laras. Napasnya tertahan, tubuhnya gemetar hebat. "Indira...?" bisiknya, seolah nama itu membawa gelombang kenangan dan rasa sakit yang tak terkatakan. Air matanya mulai berjatuhan, deras, membasahi pipinya.Tanpa pikir panjang, Laras bangkit dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Ia berlari, nyaris tersandung, dan langsung merengkuh Indira dalam pelukan yang erat. "Anakku..." suaranya pecah oleh tangis yang membanjiri perasaannya. "Indira... ini benar kamu kan,
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Pertemuan yang mengharukan

Laras melepaskan pelukan dari Indira, lalu berbalik menghadapi Surti dengan tatapan penuh kemarahan. "Surti, aku tidak akan membiarkanmu memaksa anakku membayar hutang yang sudah kulunasi. Kalau kau masih menginginkan TV itu, silakan...ambillah! Aku sudah tidak peduli lagi!"Surti hanya tertawa kecil, lalu melipat tangannya di dada dengan penuh kesombongan. "Tidak bisa, Laras. Tadinya aku memang hanya mengincar TV bobrokmu itu, tapi setelah melihat anakmu yang seperti 'dompet berjalan', aku berubah pikiran. Lebih baik kau suruh saja dia melunasi hutangmu sekarang juga."Yuni, yang sejak tadi menahan diri, akhirnya maju dengan nada penuh kemarahan. "Surti! Jangan bicara seperti itu! Kau tidak tahu apa-apa soal keluarga ini, jadi jangan coba-coba memanfaatkan situasi demi keuntunganmu sendiri. Kau benar-benar keterlaluan!"Surti tersenyum sinis, tatapannya tak gentar sedikit pun. "Tentu saja aku memanfaatkan situasi ini. Aku ini adalah seorang pebisnis, Nek Yuni. Aku harus pintar meliha
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Pertemuan dengan Dika

Indira tersentak. Matanya melebar, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Adik? Ibu... aku punya adik?" tanyanya, suaranya hampir berbisik.Laras mengangguk pelan, matanya mulai basah. "Iya, Nak. Kau punya adik laki-laki. Namanya Dika. Saat kau... hilang dulu, Ibu sedang mengandungnya."Indira masih sulit memproses kenyataan bahwa ia memiliki seorang adik. Pikirannya berputar-putar, mencoba menghubungkan semua yang baru saja ia dengar. Ia mengusap matanya yang masih basah dan bertanya lirih, "Ibu, kalau begitu... Dika di mana sekarang? Aku ingin bertemu dengannya."Laras tersenyum lembut, mengusap rambut Indira penuh kasih. "Sekarang Dika sedang sekolah, Nak. Jam segini dia pasti ada di kelas."Indira mengangguk pelan, mencoba menenangkan dirinya. "Kalau begitu, aku akan menunggu sampai dia pulang. Aku tidak sabar bertemu dengannya, Bu. Aku ingin melihat wajah adikku sendiri."Laras tersenyum lebih lebar, meski matanya tetap basah. "Dia pasti sangat senang kalau ta
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

cerita masa lalu

\Pertanyaan itu menggantung di udara, seolah waktu berhenti sejenak. Laras terdiam, wajahnya tiba-tiba berubah, seolah ada beban berat yang kembali ia rasakan. Dika memandang ibunya dengan cemas. "Ibu, tidak apa-apa kan?" tanyanya pelan. "Kalau Ibu memang belum siap menceritakan semuanya, tidak apa-apa. Mungkin lain kali Ibu bisa ceritakan pada kami," lanjut Dika, mencoba meringankan suasana.Laras menggeleng pelan, lalu menarik napas dalam. "Tidak, Dika. Ini adalah saat yang tepat untuk menceritakan apa yang Ibu alami dulu. Kenapa Ibu bisa berakhir di tempat ini," ucap Laras dengan suara yang lembut namun tegas. Matanya berpindah ke Dika, dan ia melanjutkan, "Bukankah dari dulu kamu ingin tahu semua cerita tentang ayahmu? Kenapa dia meninggalkan kita? Dan Ibu kira sekaranglah saatnya kamu tahu, Dika."Dika dan Indira saling pandang, lalu mengangguk perlahan. Ruangan itu kembali sunyi, seolah menunggu Laras untuk membuka lembaran lama yang telah lama tersimpan rapat.Laras mulai berc
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Misi balas dendam

“Ya, bu Indira? Ada apa?” suara Dewi terdengar dari seberang sana.Indira menggigit bibirnya, menahan emosi yang masih menggelegak di dadanya. “Dewi… aku butuh bantuanmu.”“Apa yang bisa saya bantu bu? , katakan saja.”Indira menatap langit malam yang mulai gelap. Napasnya bergetar. “Cari detektif terbaik. Aku ingin tahu di mana ayahku sekarang. Akan kuberitahu info secara detail tentang ayahku yang sudah kudapatkan dari ibu. Nanti informasinya akan ku kirim ke ponselmu”Hening sejenak di seberang sana, sebelum akhirnya Dewi bertanya dengan hati-hati, “Ibu yakin? ingin mencari ayah ibu?”Indira mengangguk meski Dewi tidak bisa melihatnya. “Sangat yakin. Aku ingin tahu… apakah dia benar-benar hidup bahagia setelah menghancurkan hidup ibuku. Aku ingin tahu… apakah dia masih bisa tidur nyenyak setelah membuang keluarganya sendiri.”Dewi menarik napas panjang sebelum menjawab, “Baik bu. Saya akan cari tahu secepatnya.”Indira mengepalkan tangan. Matanya berkilat dengan tekad yang belum pe
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Menjalankan rencana

Maryam dan Ratna tersentak. Mata mereka melebar saat melihat sosok Damar berdiri di ambang pintu. Tatapannya tajam dan penuh kecurigaan, membuat Maryam langsung menundukkan kepala, sementara Ratna dengan cepat menyusun ekspresi tenangnya kembali.“Damar... kau sudah pulang?” suara Ratna terdengar sedikit gemetar, tetapi ia segera berdeham, mencoba menguasai dirinya.Damar melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya dengan gerakan perlahan, tapi penuh tekanan. “Aku mendengar nama Laras disebut tadi. Apa yang terjadi padanya?”Ratna menatap Maryam sekilas, memberi isyarat agar tidak gegabah. Lalu, dengan suara tenang namun dingin, ia berkata, "Tidak ada yang terjadi padanya, Damar. Ibu hanya... tiba-tiba teringat saja dengan wanita itu. Makanya ibu menanyakannya pada Maryam."Damar menoleh tajam ke arah Maryam, bibinya yang selama ini selalu ada dalam hidupnya. Wajahnya penuh selidik, mencoba menangkap kejujuran dari sorot mata wanita itu."Apa benar begitu, Bibi?" tanyanya, suaranya
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Pertemuan tak terduga

Dengan napas tertahan, Indira menatap adiknya dan menunjuk ke arah pria yang masih sibuk mengejar Doni. "Dia... dia ayah kita, Dika." Dika terperanjat. Matanya membulat, menatap kakaknya dengan ekspresi tidak percaya. "Nggak mungkin! Kakak pasti salah orang! Itu... itu ayah Doni! Mana mungkin ayah Doni adalah ayah kita?" Namun, Indira tak mengubah pendiriannya. "Kakak tidak salah orang, Dika. Kakak mengenal betul wajahnya, walaupun kakak sudah lama tidak melihat wajahnya, kakak yakin kalau orang itu adalah ayah kita. Kakak tidak mungkin lupa..." Jantung Dika berdegup kencang. Segala sesuatu yang ia tahu tentang hidupnya terasa mulai runtuh. Sementara itu, Indira tak ragu lagi. Dengan langkah mantap, ia membuka pintu mobilnya. "Ayo turun, kita lihat lebih dekat," ajaknya pada Dika. Dika menatap pria itu sekali lagi,
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Proposal Kerjasama

Damar mengernyit, mencoba mengingat apakah ia pernah mengenal orang itu. "Aku tidak pernah punya koneksi dengan mereka. Apa tujuan CEO itu ingin bertemu denganku?" Sekretarisnya menjawab, "Beliau ingin membahas kemungkinan kerja sama dengan VITECH." Damar mengangguk kecil. Tawaran kerja sama dari perusahaan besar tentu menarik, tapi tetap saja, ia merasa ada sesuatu yang janggal. "Siapa namanya?" "Indira, Pak. Seorang wanita muda berusia 22 tahun yang sangat sukses di dunia bisnis." Damar terdiam. Nama itu menohoknya begitu keras hingga ia merasa seolah-olah dunia di sekitarnya berhenti sejenak. Indira... nama yang dulu begitu dekat di hatinya, nama yang selalu ia panggil dengan penuh kasih sebelum ia mengetahui kebenaran pahit bahwa gadis itu bukan anak kandungnya. Sejak saat itu, ia menghapus Indira dari hidupnya, memaksakan diri untuk melup
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Undangan

Setelah mendengar pemaparan proposal yang dijelaskan panjang lebar oleh Indira, Damar merasa tertarik. Ia mengangguk pelan, jemarinya mengetuk-ngetuk sampul proposal di meja. “Menarik sekali,” gumamnya. “Saya akan mempelajari lebih dalam lagi mengenai proposal yang ibu berikan, sebelum saya memberikan keputusan.”Indira tersenyum percaya diri. “Tentu, Pak Damar. Saya yakin kerja sama ini akan membawa keuntungan besar bagi kedua belah pihak.”Setelah berbincang serius mengenai bisnis, suasana perlahan mencair. Damar, yang masih merasa ada sesuatu dalam diri Indira yang begitu familiar, memutuskan untuk berbincang lebih santai. Ia mulai bertanya tentang kehidupan pribadi Indira, hingga akhirnya, dengan nada penuh pertimbangan, ia mengundang Indira ke acara ulang tahun putranya, Doni, yang akan diadakan tiga hari lagi di sebuah hotel mewah.Indira terdiam sesaat, menyembunyikan keterkejutan di balik ekspresi tenangnya. Kesempatan
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Doni VS Dika

 Suasana kelas mendadak sunyi. Semua siswa menunggu dengan cemas, takut jika mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun yang bisa membuat Doni murka. Ia menyeringai puas melihat ketakutan mereka. Kemudian, dengan nada dramatis, ia melanjutkan, “Tiga hari lagi, gue bakal ngadain pesta ulang tahun di hotel paling mewah di kota ini. Dan semua anak kelas 1A... DIUNDANG!” Sejenak ada kelegaan di wajah para siswa. Tapi belum sempat mereka tersenyum, Doni melanjutkan dengan nada lebih tajam, “Semua... kecuali satu orang.” Ia menoleh langsung ke arah Dika, lalu menyeringai sinis. “Lo, Dika. Lo nggak diundang.” Beberapa siswa saling bertukar pandang, sementara sebagian lain langsung menunduk, tak ingin terlibat. Wisnu mengepalkan tangan, wajahnya merah karena marah. Tapi Dika? Ia tetap berdiri tenang, ekspresinya tak berubah sedikit pun. Ia menatap Doni, tapi
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status