Beranda / Romansa / I'm Sorry Laras / Menjalankan rencana

Share

Menjalankan rencana

Penulis: mangpurna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 20:35:10

Maryam dan Ratna tersentak. Mata mereka melebar saat melihat sosok Damar berdiri di ambang pintu. Tatapannya tajam dan penuh kecurigaan, membuat Maryam langsung menundukkan kepala, sementara Ratna dengan cepat menyusun ekspresi tenangnya kembali.

“Damar... kau sudah pulang?” suara Ratna terdengar sedikit gemetar, tetapi ia segera berdeham, mencoba menguasai dirinya.

Damar melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya dengan gerakan perlahan, tapi penuh tekanan. “Aku mendengar nama Laras disebut tadi. Apa yang terjadi padanya?”

Ratna menatap Maryam sekilas, memberi isyarat agar tidak gegabah. Lalu, dengan suara tenang namun dingin, ia berkata, "Tidak ada yang terjadi padanya, Damar. Ibu hanya... tiba-tiba teringat saja dengan wanita itu. Makanya ibu menanyakannya pada Maryam."

Damar menoleh tajam ke arah Maryam, bibinya yang selama ini selalu ada dalam hidupnya. Wajahnya penuh selidik, mencoba menangkap kejujuran dari sorot mata wanita itu.

"Apa benar begitu, Bibi?" tanyanya, suaranya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • I'm Sorry Laras   Pertemuan tak terduga

    Dengan napas tertahan, Indira menatap adiknya dan menunjuk ke arah pria yang masih sibuk mengejar Doni. "Dia... dia ayah kita, Dika."Dika terperanjat. Matanya membulat, menatap kakaknya dengan ekspresi tidak percaya. "Nggak mungkin! Kakak pasti salah orang! Itu... itu ayah Doni! Mana mungkin ayah Doni adalah ayah kita?"Namun, Indira tak mengubah pendiriannya. "Kakak tidak salah orang, Dika. Kakak mengenal betul wajahnya, walaupun kakak sudah lama tidak melihat wajahnya, kakak yakin kalau orang itu adalah ayah kita. Kakak tidak mungkin lupa..."Jantung Dika berdegup kencang. Segala sesuatu yang ia tahu tentang hidupnya terasa mulai runtuh. Sementara itu, Indira tak ragu lagi. Dengan langkah mantap, ia membuka pintu mobilnya."Ayo turun, kita lihat lebih dekat," ajaknya pada Dika.Dika menatap pria itu sekali lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • I'm Sorry Laras   Proposal Kerjasama

    Damar mengernyit, mencoba mengingat apakah ia pernah mengenal orang itu. "Aku tidak pernah punya koneksi dengan mereka. Apa tujuan CEO itu ingin bertemu denganku?"Sekretarisnya menjawab, "Beliau ingin membahas kemungkinan kerja sama dengan VITECH."Damar mengangguk kecil. Tawaran kerja sama dari perusahaan besar tentu menarik, tapi tetap saja, ia merasa ada sesuatu yang janggal. "Siapa namanya?""Indira, Pak. Seorang wanita muda berusia 22 tahun yang sangat sukses di dunia bisnis."Damar terdiam. Nama itu menohoknya begitu keras hingga ia merasa seolah-olah dunia di sekitarnya berhenti sejenak. Indira... nama yang dulu begitu dekat di hatinya, nama yang selalu ia panggil dengan penuh kasih sebelum ia mengetahui kebenaran pahit bahwa gadis itu bukan anak kandungnya. Sejak saat itu, ia menghapus Indira dari hidupnya, memaksakan diri untuk melup

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • I'm Sorry Laras   Undangan

    Setelah mendengar pemaparan proposal yang dijelaskan panjang lebar oleh Indira, Damar merasa tertarik. Ia mengangguk pelan, jemarinya mengetuk-ngetuk sampul proposal di meja. “Menarik sekali,” gumamnya. “Saya akan mempelajari lebih dalam lagi mengenai proposal yang ibu berikan, sebelum saya memberikan keputusan.”Indira tersenyum percaya diri. “Tentu, Pak Damar. Saya yakin kerja sama ini akan membawa keuntungan besar bagi kedua belah pihak.”Setelah berbincang serius mengenai bisnis, suasana perlahan mencair. Damar, yang masih merasa ada sesuatu dalam diri Indira yang begitu familiar, memutuskan untuk berbincang lebih santai. Ia mulai bertanya tentang kehidupan pribadi Indira, hingga akhirnya, dengan nada penuh pertimbangan, ia mengundang Indira ke acara ulang tahun putranya, Doni, yang akan diadakan tiga hari lagi di sebuah hotel mewah.Indira terdiam sesaat, menyembunyikan keterkejutan di balik ekspresi tenangnya. Kesempatan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • I'm Sorry Laras   Doni VS Dika

    Suasana kelas mendadak sunyi. Semua siswa menunggu dengan cemas, takut jika mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun yang bisa membuat Doni murka. Ia menyeringai puas melihat ketakutan mereka. Kemudian, dengan nada dramatis, ia melanjutkan, “Tiga hari lagi, gue bakal ngadain pesta ulang tahun di hotel paling mewah di kota ini. Dan semua anak kelas 1A... DIUNDANG!”Sejenak ada kelegaan di wajah para siswa. Tapi belum sempat mereka tersenyum, Doni melanjutkan dengan nada lebih tajam, “Semua... kecuali satu orang.”Ia menoleh langsung ke arah Dika, lalu menyeringai sinis. “Lo, Dika. Lo nggak diundang.”Beberapa siswa saling bertukar pandang, sementara sebagian lain langsung menunduk, tak ingin terlibat. Wisnu mengepalkan tangan, wajahnya merah karena marah. Tapi Dika? Ia tetap berdiri tenang, ekspresinya tak berubah sedikit pun. Ia menatap Doni, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • I'm Sorry Laras   Pesta Ulang tahun Doni

    Doni melangkah dengan wajah penuh amarah, matanya menyala dengan kebencian saat mendekati Dika dan Indira. Dengan nada mengejek, dia menyapu pandangan dari atas ke bawah, menatap pakaian mahal yang dikenakan Dika.“Dari mana lo dapet baju ini, hah?” Doni mencibir. “Jangan bilang lo nyewa cuma biar keliatan kaya. Biar gue kasih tau, Dika, meskipun lo pakai jas mahal, lo tetap aja keliatan kayak orang miskin yang berusaha keras buat pura-pura jadi orang kaya.”Dika menatapnya tanpa gentar. “Bukan urusan lo gue dapet baju ini dari mana,” katanya tenang, tapi penuh ketegasan. “Dan lo salah, Don. Ini bukan baju sewaan. Gue juga nggak peduli omongan lo. Yang jelas, mulai sekarang, lo nggak akan punya kesempatan lagi buat nginjek-injek harga diri gue.”Doni membelalakkan mata, tidak percaya. Dika yang biasanya diam dan pasrah, kini berani melawan.Amarahnya semakin membara. “Berani banget lo ngo

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • I'm Sorry Laras   pesta yang berantakan

    Langkahnya tenang namun penuh tekanan saat ia mendekat. “Semua yang dikatakan Nona Indira benar,” ucapnya, suaranya tak terbantahkan. “Akulah yang memberikan undangan itu.”Sofia langsung melangkah maju, sorot matanya penuh kecurigaan. “Jadi benar?! Kau dan perempuan ini ada hubungan?!”Damar mendengus, tatapannya menusuk tajam. “Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan, Sofia? Aku dan Nona Indira hanya rekan bisnis. Tidak lebih.”Nada suaranya begitu tegas hingga tak seorang pun berani menyela.Doni yang sejak tadi menahan diri, akhirnya meledak. “Tapi aku tetap tidak terima, Pa! Kenapa mereka masih ada di sini?! Dia sudah menamparku! Harusnya Papa usir mereka!”Namun, yang terjadi justru kebalikan dari harapannya.Damar berbalik, menatapnya dengan mata yang kini penuh kekecewaan."Kalau kau sampai ditampar, itu artinya kau pantas mendapatkannya."Ruangan itu seketi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • I'm Sorry Laras   Perdebatan keluarga

    Setelah pesta ulang tahun yang berantakan itu berakhir, keluarga Damar kembali ke rumah mewah mereka. Malam yang seharusnya penuh kemeriahan berubah menjadi malam yang dipenuhi ketegangan.Begitu pintu utama tertutup, Sofia meledak.“Apa yang kau pikirkan, Mas Damar?!” suaranya melengking memenuhi ruangan, penuh kemarahan yang sejak tadi ia pendam. “Pesta Doni hancur gara-gara ulahmu! Seharusnya Mas Damar tidak mengundang Indira! Dan Dika?! Apa mas tidak tahu kalau dia adalah orang yang paling Doni benci di sekolah?!”Damar melepas jasnya dengan santai, seolah tidak terpengaruh. “Memangnya salahku kalau Doni tidak bisa mengendalikan emosinya?” jawabnya datar.Raka yang sejak tadi diam kini ikut maju. “Tapi, Kak, apa yang dikatakan Sofia benar. Kau seharusnya tidak membela orang asing dan malah mempermalukan Doni di depan semua tamunya. Kau pikir harga dirinya tidak hancur setelah itu?”D

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • I'm Sorry Laras   mendatangani Laras

    Di antara bayang-bayang meja dan kursi yang tertata rapi, sepasang mata mengawasi dengan napas tertahan. Tangan yang mengepal erat bergetar, bukan karena takut, tetapi karena amarah yang meluap-luap.Sosok itu menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan desakan untuk keluar dari persembunyian dan mengakhiri adegan terlarang yang sedang terjadi di depan matanya. Tidak pernah, sekalipun dalam mimpi terburuknya, ia membayangkan Raka dan Sofia akan berani melakukan hal sehina ini—di rumah ini, di bawah atap yang sama dengan suami Sofia, di tempat yang seharusnya menjadi simbol kehormatan keluarga.Dadanya naik turun, menyesakkan. Pandangannya kabur karena kemarahan yang berkecamuk. Setiap sentuhan, setiap desahan yang samar terdengar membuat hatinya semakin tercabik-cabik."Sebaiknya aku pergi dari sisni."Orang itu menelan kekecewaannya, memilih untuk tidak lagi menyaksikan adegan panas dari 2 orang yang berlainan jenis ini. Dengan langkah ringan namun cepat, ia mundur, menjauh dari pemandangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13

Bab terbaru

  • I'm Sorry Laras   Pertempuran dimulai

    Dika terdiam sejenak. Dalam benaknya, ia tahu bahwa ini adalah kesempatan bagus untuk mengakhiri permusuhannya dengan Doni sekaligus memberi pelajaran kepada bocah angkuh itu. Tapi ada satu hal yang mengganjal—Doni adalah saudara tirinya, meskipun mereka berbeda ibu. Bagaimana mungkin ia memukul saudara kandungnya sendiri?Doni melihat keraguan di wajah Dika dan tersenyum miring. "Jangan-jangan lo takut sama gue, Dik? Makanya lo lama mikirnya."Dika mengangkat wajahnya, menatap Doni dengan tatapan tajam penuh ketegasan. "Takut sama lo? Nggak ada dalam kamus hidup gue. Gue terima tantangan ini!"Meskipun ada perasaan tak nyaman dalam hatinya, Dika tahu bahwa Doni butuh diberi pelajaran. Jika ini satu-satunya cara untuk membuatnya sadar, maka ia akan melakukannya.Nadine yang sejak tadi mendengarkan perdebatan itu mulai merasa ragu. Ia menggigit bibirnya dan berkata, "Apa-apaan sih kalian? Harus banget adu jotos segala?"Namun Doni segera menatapnya dengan tajam. "Nadine, lo nggak usah

  • I'm Sorry Laras   Kantin yang penuh emosi

    Sorot mata Doni membara, penuh kemarahan saat melihat Nadine duduk begitu dekat dengan Dika. Rahangnya mengeras, otot-otot di lengannya menegang."Apa maksud lo duduk di sini sama dia, Nadine?!" suaranya bergetar menahan emosi.Nadine tersentak. Seketika, ia menggeser tubuhnya menjauh dari Dika, raut wajahnya berubah tegang. Namun, Dika? Ia sama sekali tidak bereaksi. Ia hanya melirik Doni sekilas, lalu dengan santai kembali menyuap baksonya.Sikap acuh tak acuh itu membuat Doni semakin berang. Ia merasa diremehkan, seolah Dika sama sekali tidak menganggapnya sebagai ancaman.Brak!Doni langsung mencengkeram kerah seragam Dika dan menariknya dengan kasar. Mata mereka kini hanya berjarak beberapa inci."Lo pikir lo siapa, hah?!" desis Doni dengan suara rendah namun penuh ancaman.Namun, alih-alih panik, Dika tetap tenang. Ia menatap Doni tanpa gentar, seolah tak terpengaruh sedikit pun. Detik berikutnya, dengan gerakan cepat, Dika menepis tangan Doni dengan keras, membuat pemuda itu se

  • I'm Sorry Laras   Rayuan Nadine

    Dika mengangkat alis, sementara Wisnu menoleh dengan ekspresi geli."Tumben banget," gumam Wisnu dengan nada menggoda. "Biasanya, lo kalo jalan ya jalan aja seolah-olah Dika ini nggak ada. Tapi sekarang kok malah nyamperin?"Nadine melirik Wisnu dengan sinis. "Gue ngomong sama Dika ya, bukan sama lo!"Wisnu terkekeh, menikmati situasi ini. "Dulu mah Dika lu cuekin? Sekarang ketika dia sudah berubah tambah ganteng, baru deh lo lirik."Nadine mendengus kesal, lalu mengabaikan Wisnu. Dia menatap Dika dengan senyum manis—senyum yang sama sekali tidak dipercaya oleh Dika.Wisnu hanya tertawa kecil, menikmati bagaimana Nadine yang biasanya angkuh kini justru berusaha menarik perhatian sahabatnya. Nadine kemudian kembali menoleh ke Dika, menatapnya dengan mata berbinar. "Kamu kok diem aja? Salam ku nggak dijawab?" Dika menatapnya datar, kemudian bersuara dengan nada dingin. "Apa sebenarnya maumu? Mau menghina aku lagi?" Nadine tersenyum manis—senyum yang tampak dibuat-buat di mata Dik

  • I'm Sorry Laras   Wisnu akhirnya tahu

    Laras tersentak. Matanya membulat, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Damar.. maksud ibu Ayah kalian… membelamu?” suaranya terdengar ragu.Indira mengangguk. “Ya. Dia berdiri di pihakku, meskipun di depan istri dan anaknya sendiri.”Laras terdiam, jemarinya meremas ujung bajunya. “Bagaimana keadaannya? Apakah dia sehat? Apakah dia… baik-baik saja?”Indira dan Dika saling berpandangan. Mereka bisa merasakan nada rindu yang tersirat dalam pertanyaan-pertanyaan itu.“Ibu…” Indira menatap ibunya tajam. “Apa Ibu masih mencintai Ayah?”Laras menunduk, wajahnya memerah. “Ibu…” suaranya bergetar. “Ibu tidak bisa membohongi perasaan ibu, Nak. Meski bertahun-tahun sudah berlalu, meski ibu berusaha melupakan ayah mu, namun hati ini tetap menyimpan namanya.”Dika mendesah. “Tapi, Bu… Ayah sudah meninggalkan kita. Dia bahkan tidak pernah mencari ibu selama ini.”Indira menyusul, suaranya lebih dingin. “Bahkan ayah memilih menikah dengan wanita lain dan membiarkan Ibu mend

  • I'm Sorry Laras   Balas Dendam yang Terlambat

    Ratna tertegun. Dada tuanya bergemuruh hebat saat sosok Indira berdiri di hadapannya, menatapnya dengan sorot mata yang begitu dingin, begitu menusuk. Ternyata, dugaannya memang benar—Indira yang kemarin datang ke pesta Doni adalah Indira, anak Laras yang telah lama hilang.Indira melangkah maju, matanya menyala penuh amarah. "Apa salah ibuku sampai kau tega menamparnya seperti itu?" suaranya menggema, tajam seperti pisau.Ratna mendengus, berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Karena ibumu sudah berani kurang ajar padaku," jawabnya, penuh keangkuhan.Maryam mengangguk setuju, seolah ingin memperkuat kata-kata Ratna.Indira mendengus tidak percaya. "Ibuku tidak mungkin bertindak kurang ajar tanpa alasan!" Pandangannya menusuk, seakan mencoba menembus kebohongan yang mereka tutupi. ""Sepertinya aku harusnya bertanya oada kalian... siapa sebenarnya yang kurang ajar di sini? Dan apa sebenarnya tujuan kalian datang ke sini? Bukankah kalian sudah tidak ada hubungan apa pun lagi dengan ibuk

  • I'm Sorry Laras   mendatangani Laras

    Di antara bayang-bayang meja dan kursi yang tertata rapi, sepasang mata mengawasi dengan napas tertahan. Tangan yang mengepal erat bergetar, bukan karena takut, tetapi karena amarah yang meluap-luap.Sosok itu menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan desakan untuk keluar dari persembunyian dan mengakhiri adegan terlarang yang sedang terjadi di depan matanya. Tidak pernah, sekalipun dalam mimpi terburuknya, ia membayangkan Raka dan Sofia akan berani melakukan hal sehina ini—di rumah ini, di bawah atap yang sama dengan suami Sofia, di tempat yang seharusnya menjadi simbol kehormatan keluarga.Dadanya naik turun, menyesakkan. Pandangannya kabur karena kemarahan yang berkecamuk. Setiap sentuhan, setiap desahan yang samar terdengar membuat hatinya semakin tercabik-cabik."Sebaiknya aku pergi dari sisni."Orang itu menelan kekecewaannya, memilih untuk tidak lagi menyaksikan adegan panas dari 2 orang yang berlainan jenis ini. Dengan langkah ringan namun cepat, ia mundur, menjauh dari pemandangan

  • I'm Sorry Laras   Perdebatan keluarga

    Setelah pesta ulang tahun yang berantakan itu berakhir, keluarga Damar kembali ke rumah mewah mereka. Malam yang seharusnya penuh kemeriahan berubah menjadi malam yang dipenuhi ketegangan.Begitu pintu utama tertutup, Sofia meledak.“Apa yang kau pikirkan, Mas Damar?!” suaranya melengking memenuhi ruangan, penuh kemarahan yang sejak tadi ia pendam. “Pesta Doni hancur gara-gara ulahmu! Seharusnya Mas Damar tidak mengundang Indira! Dan Dika?! Apa mas tidak tahu kalau dia adalah orang yang paling Doni benci di sekolah?!”Damar melepas jasnya dengan santai, seolah tidak terpengaruh. “Memangnya salahku kalau Doni tidak bisa mengendalikan emosinya?” jawabnya datar.Raka yang sejak tadi diam kini ikut maju. “Tapi, Kak, apa yang dikatakan Sofia benar. Kau seharusnya tidak membela orang asing dan malah mempermalukan Doni di depan semua tamunya. Kau pikir harga dirinya tidak hancur setelah itu?”D

  • I'm Sorry Laras   pesta yang berantakan

    Langkahnya tenang namun penuh tekanan saat ia mendekat. “Semua yang dikatakan Nona Indira benar,” ucapnya, suaranya tak terbantahkan. “Akulah yang memberikan undangan itu.”Sofia langsung melangkah maju, sorot matanya penuh kecurigaan. “Jadi benar?! Kau dan perempuan ini ada hubungan?!”Damar mendengus, tatapannya menusuk tajam. “Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan, Sofia? Aku dan Nona Indira hanya rekan bisnis. Tidak lebih.”Nada suaranya begitu tegas hingga tak seorang pun berani menyela.Doni yang sejak tadi menahan diri, akhirnya meledak. “Tapi aku tetap tidak terima, Pa! Kenapa mereka masih ada di sini?! Dia sudah menamparku! Harusnya Papa usir mereka!”Namun, yang terjadi justru kebalikan dari harapannya.Damar berbalik, menatapnya dengan mata yang kini penuh kekecewaan."Kalau kau sampai ditampar, itu artinya kau pantas mendapatkannya."Ruangan itu seketi

  • I'm Sorry Laras   Pesta Ulang tahun Doni

    Doni melangkah dengan wajah penuh amarah, matanya menyala dengan kebencian saat mendekati Dika dan Indira. Dengan nada mengejek, dia menyapu pandangan dari atas ke bawah, menatap pakaian mahal yang dikenakan Dika.“Dari mana lo dapet baju ini, hah?” Doni mencibir. “Jangan bilang lo nyewa cuma biar keliatan kaya. Biar gue kasih tau, Dika, meskipun lo pakai jas mahal, lo tetap aja keliatan kayak orang miskin yang berusaha keras buat pura-pura jadi orang kaya.”Dika menatapnya tanpa gentar. “Bukan urusan lo gue dapet baju ini dari mana,” katanya tenang, tapi penuh ketegasan. “Dan lo salah, Don. Ini bukan baju sewaan. Gue juga nggak peduli omongan lo. Yang jelas, mulai sekarang, lo nggak akan punya kesempatan lagi buat nginjek-injek harga diri gue.”Doni membelalakkan mata, tidak percaya. Dika yang biasanya diam dan pasrah, kini berani melawan.Amarahnya semakin membara. “Berani banget lo ngo

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status