author-banner
mangpurna
mangpurna
Author

Novels by mangpurna

Suamiku Bukan Pegawai Biasa

Suamiku Bukan Pegawai Biasa

Anisa, putri dari keluarga kaya , memberanikan diri menentang kehendak ayahnya demi menikahi Adrian, pria sederhana yang dicintainya. Keputusan ini membuat Anisa dikucilkan dari keluarganya sendiri. Adrian, yang tampak hanya sebagai pegawai biasa, menjadi sasaran cemoohan dan penghinaan dari keluarga Anisa. Tekanan semakin memuncak ketika ayah Anisa memaksa putrinya menceraikan Anisa dan menerima perjodohan dengan pilihan keluarga. Di tengah berbagai upaya keluarga Anisa memisahkan mereka, cinta Anisa dan Adrian diuji hingga titik terendah. Namun, saat perlakuan keluarga Anisa sudah melampaui batas, Adrian akhirnya mengungkap jati dirinya yang mengejutkan.
Read
Chapter: 20 menit lagi
Ketegangan Memuncak di Aditya CorporationDi aula besar Aditya Corporation, suasana semakin panas. Para karyawan berbisik-bisik, saling bertanya-tanya mengenai keberadaan Adrian yang hingga kini belum juga muncul.Di deretan kursi depan, Satya duduk dengan wajah cemas. Pak Benny, yang duduk di sebelahnya, menoleh mendekat dan berbisik pelan, "Pak Satya, bagaimana? Apakah Bapak sudah bisa menghubungi Pak Adrian?"Satya menggeleng, napasnya terdengar berat. "Belum, Pak. Dari tadi nomornya tidak bisa dihubungi. Saya sudah coba berulang kali."Pak Benny mengerutkan kening, semakin khawatir. "Apa Bapak sudah coba menghubungi Pak Aditya?""Sudah, Pak. Kata beliau, Pak Adrian sudah berangkat dari tadi pagi menuju ke kantor. Tapi anehnya, sampai sekarang belum juga sampai," jawab Satya, suaranya memantulkan kegelisahan.Pak Benny mulai gelisah, melihat ke sekeliling aula yang mulai dipenuhi bisik-bisik khawatir dari para karyawan. "Kalau begitu, kem
Last Updated: 2024-12-18
Chapter: Pagi yang menentukan
Hari yang dinantikan tiba—hari penyerahan jabatan di kantor, dan Adrian tampak penuh percaya diri. Seperti biasa, Anisa, istrinya, menyiapkan segala keperluan suaminya dengan telaten. "Mas, sarapannya sudah siap. Ayo, kita sarapan sama-sama," panggil Anisa dari ruang makan, melihat Adrian masih berdiri di depan cermin, sibuk memasang dasinya."Iya, sayang. Sebentar lagi, tinggal pasang dasi ini saja. Nanti aku ke meja makan," jawab Adrian sambil tersenyum."Baik, Mas. Kalau begitu, aku lihat Alisha dulu ya. Aku mau bangunin dia. Siapa tahu, dia mau sarapan bareng Papa," ujar Anisa sebelum berlalu.Adrian mengangguk ringan. Setelah dasinya rapi, ia turun ke ruang makan, di mana Aditya, ayahnya, sudah menunggu sambil membaca koran pagi."Pagi, Pa," sapa Adrian sembari menarik kursi dan duduk di hadapan ayahnya."Pagi, Nak. Bagaimana? Sudah siap untuk hari ini?" tanya Aditya, menurunkan korannya dan menatap putranya penuh harap."Tentu, Pa. Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.
Last Updated: 2024-12-17
Chapter: Balasan untu Reza
Reza langsung menegang. "Apa? Tidak mau. Aku bukan OB. Kalau kamu mau kopi, suruh saja OB untuk membuatkan," balasnya tegas, mencoba mempertahankan sisa harga dirinya.Namun, Dendi tidak kehabisan akal. Dengan wajah penuh kepura-puraan, ia berkata, "Oh, OB kita sedang sibuk semua. Lagi ada masalah ruangan bocor, jadi mereka semua dikerahkan ke sana.""Tetap saja aku tidak mau. Itu bukan jobdesk-ku!" ucap Reza dengan suara yang mulai meninggi.Dendi tersenyum licik. "Oooh, jadi kamu tidak mau? Baiklah, nanti aku akan buat laporan kalau kamu melawan perintah atasan. Akan ku buat seolah-olah kamu tidak mau bekerja sama. Kau tahu apa akibatnya, kan? Kamu bisa dipecat, Reza. Apalagi sekarang posisimu sudah sangat lemah di perusahaan ini."Reza terdiam. Dalam hati, ia menahan luapan emosinya. "Sialan! Orang-orang di perusahaan ini sekarang semua berani melawanku. Kalau aku tidak mengiku
Last Updated: 2024-12-16
Chapter: Musuh lama
Reza hanya menoleh sekilas, tanpa berkata apa-apa, dan mengangguk dengan malas. Nindi berjalan di depan, memimpin langkah. Sepanjang perjalanan, beberapa karyawan lain yang mengenal Nindi berusaha bertanya tanpa suara. Dengan hanya menggerakkan bibir, mereka bertanya, "Kenapa Pak Reza?"Nindi, yang sudah terbiasa membaca gerakan mulut rekan-rekannya, hanya menjawab singkat, "Nanti aku ceritakan." Mereka pun mengangguk, sambil memandang Reza dengan penuh tanda tanya.Setelah beberapa menit, mereka tiba di bagian produksi. Nindi berhenti di depan sebuah meja sempit yang diletakkan di pojok ruangan. Di atas meja itu, hanya ada sebuah buku besar yang tampak usang dan tumpukan berkas yang menjulang seperti menara."Ini meja saya? Apa tidak salah?!" ucap Reza terkejut. Ia memandang meja itu seolah-olah melihat sesuatu yang sangat hina. "Dan... di mana laptop saya untuk bekerja?"N
Last Updated: 2024-12-16
Chapter: Turun Jabatan
Keesokan Pagi di Aditya CorporationPagi itu, Adrian berdiri di depan jendela ruangan Satya, memandang ke luar dengan tatapan tajam. Sinar matahari yang menerobos kaca tidak mampu mengusir dinginnya suasana di dalam ruangan. Di belakangnya, Pak Beni duduk dengan ekspresi tegas, bersiap menghadapi apa yang sudah direncanakan Adrian."Bagaimana, Pak Beni? Apa Anda sudah siap?" tanya Adrian, suaranya datar namun tegas."Saya sudah siap, Pak Adrian untuk mengemban tugas yang akan bapak berikan, sepertinya sudah waktunya semua ini dibenahi," jawab Pak Beni mantap.Adrian mengangguk perlahan. "Bagus. Kalau begitu, ayo kita sekarang pergi keruangan Reza dan memberi pelajaran yang tak akan pernah bisa dia lupakan."Adrian melangkah keluar, diikuti oleh Pak Beni dan Satya. Sepanjang perjalanan ke ruangan Reza, bisik-bisik mulai terdengar di antara karyawan. Wajah Adrian yang jarang terlihat di kantor, serta kehadiran Pak Beni yang legendaris, membuat suasana penuh teka-teki."Siapa mereka? Ken
Last Updated: 2024-12-15
Chapter: bertemu pak Beni
Keesokan harinya, Adrian mengajak Satya untuk bertemu dengan Pak Beni, mantan manajer keuangan Aditya Corporation yang sebelumnya dipecat oleh Darco.Sesampainya di depan sebuah rumah sederhana, Adrian bertanya dengan nada ragu, "Satya, kamu yakin ini rumah Pak Beni?""Saya yakin, Pak. Kemarin saya sudah meminta salah satu staf personalia mencarikan alamatnya," jawab Satya tegas."Kalau begitu, ayo kita turun," ucap Adrian sambil membuka pintu mobil.Mereka melangkah ke pintu rumah dan mengetuknya. Ketukan kedua akhirnya membuka pintu, menampilkan wajah Pak Beni yang terlihat terkejut namun dengan senyum ramah seperti biasanya."Pak Adrian?" ucapnya dengan nada tak percaya. Namun ia segera mempersilakan mereka masuk. "Silakan masuk, Pak."Adrian dan Satya mengangguk sopan, mengikuti Pak Beni ke dalam. Mereka duduk di ruang tamu kecil yang nyaman, lalu Pak Beni memanggil istrinya."Darmi, tolong buatkan tiga kopi, ya. Ada tamu yang datang," teriaknya."Siapa yang datang, Pak?" terdenga
Last Updated: 2024-12-13
I'm Sorry Laras

I'm Sorry Laras

Damar Wirawan hidup dalam penyesalan mendalam setelah bertahun-tahun silam memutuskan mencampakkan istri dan anaknya. Dulu, ia mudah termakan fitnah dan hasutan ibunya, Ratna, serta saudara-saudara tirinya, yang memandang rendah Laras Sasmita. Bagi Ibu Ratna, Laras yang berasal dari kalangan sederhana adalah ancaman besar yang bisa menggagalkan ambisinya untuk menguasai harta warisan suaminya. Dalam kebenciannya, Ibu Ratna bahkan tega melakukan sesuatu yang tak termaafkan—membuang anak Laras yang masih berusia 7 tahun ke tengah hutan, tanpa sepengetahuan siapa pun, semata mata hanya untuk menghancurkan hati Laras. Bertahun-tahun, Laras hidup dalam keterpurukan, bertahan di bawah tekanan Ratna yang kejam dan anak-anak tirinya yang tak kenal belas kasih. Namun, kehidupan Laras berubah ketika ia menemukan harapan baru: anak yang dulu dibuang di tengah hutan ternyata selamat dan kini telah tumbuh dewasa. Bersama anaknya, Laras merencanakan untuk membalas segala kejahatan yang dilakukan keluarga Damar terhadap mereka. Sementara itu, Damar, yang selama bertahun-tahun mengabaikan Laras, akhirnya menyadari kebenaran di balik semua fitnah yang ditanamkan oleh keluarganya. Menyadari kesalahannya, ia kembali ke Laras dengan penuh penyesalan dan permohonan maaf, berharap bisa menghapus luka yang terlanjur dalam. Namun, hati Laras tak lagi sama. Akankah dia menerima kembali Damar yang telah melukainya? Ataukah dendam yang kini menyala akan menghapus semua rasa cinta yang dulu pernah ada?
Read
Chapter: Sandiwara
Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, Laras akhirnya tiba di kota tempat tinggalnya. Hari sudah gelap, dan udara malam yang dingin membuat tubuhnya menggigil. Ia menyerahkan motor yang dipinjamnya secara paksa, Walaupun ada drama sedkit namun pemilik motor mengerti setela Laras menceritakan alasannya. Dia lalu berjalan pelan menuju rumahnya. Setiap langkah terasa berat, seperti ada beban tak terlihat yang menahannya. Begitu tiba di depan pintu rumah, ia menghela napas panjang, mencoba menguatkan diri. Ia tahu apa yang akan terjadi begitu pintu itu terbuka. Namun, demi keselamatan Indira, semua harus ia hadapi. Dengan tangan gemetar, ia memutar gagang pintu dan melangkah masuk. , Di ruang tamu, Damar, suaminya, duduk dengan santai. Sebatang rokok tergantung di tangannya, asapnya berputar-putar di udara. Wajahnya terlihat keras, penuh kecurigaan. Begitu melihat Laras, ia menyipitkan mata dan menyandarkan tubuh ke kursi, menatap istrinya dengan dingin. "Darimana saja kamu?" t
Last Updated: 2024-12-17
Chapter: Selamat Tinggal
Indira mengernyit, bingung. "Tapi... ibu juga tinggal di sini, kan? Kita tinggal bersama di sini, ya, Bu?" tanyanya polos.Laras menggeleng perlahan, matanya mulai berkaca-kaca. "Tidak, Nak. Ibu tidak bisa tinggal di sini bersamamu. Ibu harus pulang... Kalau ibu tinggal di sini, siapa yang akan menjaga ayahmu? Kamu tidak mau kan, kalau nenek dan pamanmu menyakiti ayah?"Wajah Indira berubah serius. "Kalau begitu, aku ikut ibu saja. Aku juga mau melindungi ayah!" ucapnya penuh tekad.Laras memejamkan mata, menahan air mata yang hampir tumpah. Ia menarik napas panjang sebelum berbicara lagi. "Sayang, nenek dan pamanmu itu berbahaya. Mereka tidak akan segan-segan menyakitimu lagi. Apa kamu lupa kejadian tadi pagi? Kalau nanti nenekmu membuangmu ke sungai atau ke jurang, bagaimana? Ibu tidak akan sanggup kalau sesuatu terjadi padamu sayang.""Tapi aku tidak mau pisah sama ibu! Aku mau ikut ibu! Aku takut nanti ibu lupa sama aku!" tangis Indira pecah. Ia memeluk Laras erat, seolah tak ingi
Last Updated: 2024-12-16
Chapter: Sebuah permintaan
Laras memarkir motor tua di halaman Panti Asuhan Mutiara Kasih. Langit sore tampak sendu, seolah mengerti beban yang kini dipikulnya. Di depan mata, ia melihat anak-anak berlarian di halaman, tertawa lepas bermain petak umpet dan lompat tali. Pemandangan itu begitu sederhana, namun menusuk hati Laras—karena ia tahu, sebentar lagi, putrinya akan menjadi bagian dari mereka.Indira, yang masih menggenggam erat tangan ibunya, memandang sekeliling dengan rasa ingin tahu. “Ibu, banyak sekali anak-anak di sini. Tempat apa ini?” tanyanya polos.Laras mencoba tersenyum, meski hatinya terasa seperti terkoyak. “Ini namanya panti asuhan, Sayang,” jawabnya lembut.“Panti asuhan?” Indira memiringkan kepala. “Bu guru pernah bilang, kalau panti asuhan itu katanya tempat buat anak-anak yang nggak punya ayah dan ibu.” Ia terdiam, matanya menatap anak-anak yang bermain di kejauhan. Kemudian ia melanjutkan, “Kasihan mereka ya, Bu. Mereka nggak seberuntung Indira. Indira kan punya ayah dan ibu yang sayang
Last Updated: 2024-12-16
Chapter: Jalan Terakhir
Raka langsung menoleh panik ke Ratna. "Bu, bagaimana ini? Indira bangun!" bisiknya cemas.Ratna mendengus frustrasi. "Biar saja. Kita tetap tinggalkan dia di sini. Tidak usah pedulikan dia."Mereka mulai berbalik hendak pergi, tapi Indira yang mulai sadar sepenuhnya melihat sesuatu yang tidak biasa. Ia terbelalak, mendapati dirinya berada di tengah hutan. Kepanikan mulai muncul di wajah kecilnya."Nek? Om Raka? Kalian mau ke mana? Kenapa kalian meninggalkan Indira sendirian di sini? Di mana Ibu?" tanyanya dengan suara bergetar.Ratna berhenti sejenak, berbalik, dan menatap Indira dengan dingin. "Ibumu sudah mati," ujarnya tajam. "Kalau kamu ingin bertemu dia, cari saja sendiri. Mungkin nanti tubuhmu akan ditemukan setelah dimakan harimau di sini."Mata kecil Indira melebar. Air mata langsung membanjiri wajahnya. "Kenapa Nenek bilang begitu? Aku mau pulang! Aku mau ketemu Ayah dan Ibu!" rengeknya, mulai melangkah mendekati Ratna."Berhenti di
Last Updated: 2024-12-15
Chapter: Penyelamatan Indira
Laras terus berlari, napasnya memburu seperti tergilas oleh rasa panik yang mencekik. Kakinya terasa berat, tapi ia tidak peduli. Matanya tetap terpaku pada jejak ban mobil yang membawa putri kecilnya, Indira. Namun, tubuhnya yang lemah mulai memprotes. Lututnya terasa bergetar, dan langkahnya melambat hingga akhirnya ia berhenti di depan sebuah warung kecil di tepi jalan.Matanya menyapu sekitar, mencari sesuatu—apa saja—yang bisa membantunya mengejar mobil itu. Saat itulah ia melihatnya: sebuah motor tua yang terparkir tak jauh dari warung, dengan kunci yang masih menggantung di kontak dan helm lusuh tergantung di spion.Tanpa berpikir panjang, Laras langsung menghampiri motor itu. Ini satu-satunya caraku, demi Indira, pikirnya, hatinya berdebar antara ketakutan dan tekad.Ia naik ke motor itu, mengenakan helm seadanya, dan langsung menyalakan mesin. Saat motor mulai bergerak, seorang lelaki muda keluar dari warung, membawa s
Last Updated: 2024-12-15
Chapter: Menjalankan Rencana
Damar mulai kesetanan. Tangannya yang besar dan kuat merobek kancing-kancing pakaian Laras satu per satu tanpa ampun. Laras meronta, tangannya gemetar mencoba menghentikan Damar, tetapi sia-sia.“Mas, kumohon! Jangan seperti ini,” suara Laras pecah oleh isakan. Air matanya mengalir deras, membasahi wajah yang pucat ketakutan. “Ini bukan Mas Damar yang aku kenal! Mas Damar yang aku tahu tidak akan memaksaku seperti ini...”Namun, tatapan Damar yang gelap dan penuh dendam tidak melunak sedikit pun. Dia tertawa dingin, sebuah tawa yang tidak pernah Laras dengar sebelumnya. “Kau yang mengubahku jadi seperti ini, Laras,” katanya, suaranya berat dan menusuk. “Kau yang sudah menghancurkan semua kepercayaanku. Sekarang, rasakan saja akibatnya!”“Mas, aku tidak bersalah!” Laras berteriak, hampir kehilangan suara karena tangis. Tubuhnya terasa lemas, tapi dia tetap mencoba bertahan. Dia menggenggam sisa-sisa pakaiannya yang sudah setengah terbuka, berusaha menutupi dirinya. “Kumohon, Mas... Aku
Last Updated: 2024-12-14
You may also like
DMCA.com Protection Status