Home / Romansa / I'm Sorry Laras / Perdebatan tak berujung

Share

Perdebatan tak berujung

Author: mangpurna
last update Last Updated: 2025-02-13 09:44:48
Sofia mengeluarkan suara decakan kesal dari ujung telepon, nada suaranya kini lebih tajam. “Aku lelah, Mas Damar! Mas gak perlu marah-marah seperti ini hanya karena hal sepele. Lagipula, aku sudah menyuruh asisten rumah tangga kita untuk menyiapkan semuanya. Apa masalahnya?” balasnya, suaranya penuh kejengkelan.

Damar semakin kesal mendengar jawaban itu, alisnya berkerut dalam, dan wajahnya memerah karena menahan amarah. “Yang menjadi istri dan ibu itu kamu, Sofia, bukan asisten rumah tangga! Untuk apa aku memiliki istri kalau hanya menyuruh orang lain mengurus semua keperluan keluarga?” bentaknya, suaranya semakin meninggi, tangannya kini mengetuk meja dengan keras.

Sofia tidak mau kalah, nada suaranya juga meningkat penuh pembelaan. “Lah, untuk apa aku membayar asisten rumah tangga mahal-mahal kalau mereka tidak ditugaskan untuk melayani Mas sama Doni? Hanya begitu saja kok ribet!” balasnya, suaranya penuh kejengkelan, seolah merasa Damar terlalu berlebihan.

Damar semakin murka mende
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • I'm Sorry Laras   Proposal kerjasama

    Indira berdiri di tengah ruangan, matanya langsung tertuju pada sosok Damar, ayahnya yang selama ini ia rindukan sebelum kebenaran pahit tentang pengkhianatan terhadap ibunya terungkap. Hatinya terasa terbelah dua. Di satu sisi, dendam membakar di dadanya, menyala karena semua penderitaan yang telah dialami ibunya akibat tindakan Damar dan keluarganya. Namun di sisi lain, ia tak bisa memungkiri rasa rindu yang masih tersisa untuk pria di depannya ini. Bagaimanapun juga, dalam ingatannya, Damar adalah sosok ayah yang pernah memberikan kasih sayang begitu besar padanya. Menggendongnya saat kecil, tertawa bersamanya, dan menjadi pahlawan dalam dunia kecilnya dulu. Namun, untuk menjalankan rencananya membalas dendam pada keluarga ayahnya, ia harus menyembunyikan jati dirinya. Damar tidak boleh tahu siapa ia sebenarnya itu adalah bagian dari strategi yang telah ia susun.Tanpa disadari, air mata mulai mengembun di matanya, mengaburkan pandangannya untuk sesaat. Indira buru-buru mengendalika

    Last Updated : 2025-02-14
  • I'm Sorry Laras   Undangan untuk Indira

    Indira tersenyum kecil, seketika menyadari bahwa ayahnya mungkin mulai curiga dan ingin menggali lebih dalam tentang identitasnya. Namun, ia telah bertekad untuk sementara waktu menyembunyikan jati dirinya dari Damar agar rencana balas dendamnya bisa berjalan mulus. Dengan tenang, ia menjawab, “Terima kasih atas ketertarikannya, Pak. Saya memang memulai Lunara Skin Essence dari nol, sekitar empat tahun lalu, saat masih kuliah. Awalnya hanya proyek kecil yang lahir dari minat saya pada kecantikan dan teknologi. Saya bekerja sama dengan beberapa teman yang ahli di bidang kimia dan IT, dan keberuntungan datang ketika produk pertama kami viral di media sosial. Dari situ, kami berhasil menarik investor besar, dan saya fokus membangun tim serta strategi yang solid. Itu saja cerita singkatnya.”Damar mengangguk, tapi matanya masih mencoba mencari celah. “Luar biasa,” ucapnya, suaranya lembut namun penuh rasa ingin tahu. “Dan… bagaimana dengan keluarga Anda? Saya kira, di usia muda seperti ini

    Last Updated : 2025-02-20
  • I'm Sorry Laras   Awal perlawanan

    Dika menoleh ke Wisnu, mengangguk kecil sambil berbisik balik, “Tenang aja, Wis. Gak usah takut.” Suaranya pelan namun penuh keyakinan, tangannya mencengkeram tali tasnya lebih erat.Doni melangkah masuk dengan sikap arogan, diikuti oleh tiga temannya yang selalu setia mengapitnya. Siswa-siswa yang masih berada di kelas langsung terdiam, beberapa memandang dengan takut, lainnya berusaha menghindari masalah. Doni memang dikenal sebagai siswa yang paling ditakuti di SMA Sekolah Gemilang, bukan hanya karena sikapnya yang kasar, tapi juga karena pengaruh keluarganya yang besar, terutama ayahnya yang merupakan donatur utama sekolah. Dengan suara lantang, Doni berbicara, “Semua yang ada di kelas, perhatikan gue! Gue punya pengumuman penting!”Siswa-siswa yang tersisa di kelas 1A langsung memandang ke arah Doni, suasana menjadi hening seketika. Doni berdiri di depan kelas, tangannya bertolak pinggang, senyum sinis menghiasi wajahnya. Setelah memastikan semua mata tertuju padanya, ia mulai ber

    Last Updated : 2025-02-21
  • I'm Sorry Laras   Pesta ulang tahun

    Di Grand Serenity Hotel, suasana malam itu dipenuhi kemewahan dan kemeriahan. Lampu-lampu kristal besar bergoyang lembut di langit-langit lobi, mencerminkan cahaya ke seluruh ruangan yang dihiasi dekorasi elegan bertema emas dan putih. Doni, yang mengenakan setelan mahal berwarna biru tua dengan detail jahitan tangan, berdiri di tengah kerumunan teman-temannya, menyambut para tamu yang datang dengan senyum penuh percaya diri. Ia tampak menikmati perhatian yang diberikan kepadanya, berdiri tegak dengan sikap yang menunjukkan bahwa ia adalah pusat acara malam ini.Teman-teman Doni yang datang, kebanyakan dari kalangan elit SMA Sekolah Gemilang, berulang kali memuji kemewahan pesta tersebut. “Don, lo beruntung banget, bro! Pesta ulang tahun kayak gini cuma anak sultan yang bisa bikin,” ucap salah satu temannya sambil menepuk pundak Doni dengan takjub. Doni, yang memang haus akan pujian, tersenyum lebar mendengar itu. “Ya iyalah, ini kan biasa buat keluarga gue,” jawabnya dengan nada sombo

    Last Updated : 2025-02-22
  • I'm Sorry Laras   Kedatangan Damar

    Di sudut lain Grand Serenity Hotel, Sofia, ibu Doni, dan Ratna, nenek Doni, sedang sibuk memastikan semua makanan dan kelengkapan pesta berjalan lancar. Sofia dengan cermat memeriksa hidangan di meja buffet, sementara Ratna mengawasi pelayan yang sibuk mondar-mandir. Namun, perhatian mereka tiba-tiba teralihkan ketika melihat kerumunan orang berkumpul di sudut ruangan dekat pintu masuk. Sofia mengerutkan kening, rasa penasarannya tergelitik. “Bu, sepertinya ada sesuatu terjadi di sana. Ayo kita lihat,” ajaknya pada Ratna, tangannya menunjuk ke arah kerumunan.Ratna mengangguk, lalu mereka berdua mulai melangkah. Saat hendak bergerak, Raka, paman Doni, yang kebetulan ada di dekat mereka, bertanya dengan nada santai, “Mau ke mana, Sof? Bu?” Sofia menoleh sekilas dan menjawab, “Ke sana, Raka. Sepertimya ada keributan di dekat pintu masuk.” Raka mengangguk, lalu ikut melangkah bersama mereka, penasaran dengan apa yang sedang terjadi.Ketika sampai di lokasi, Sofia, Ratna, dan Raka terkejut

    Last Updated : 2025-02-22
  • I'm Sorry Laras   Perdebatan antar keluarga

    Namun, Damar tidak menghiraukan Sofia. Ia malah melangkah mendekati Indira, wajahnya kini lebih lembut meskipun masih ada sisa kekesalan. “Indira, saya minta maaf atas kelakuan anak saya yang kurang ajar ini,” ucapnya, suaranya tulus. “Kalian berdua nikmati saja pesta ini, tidak usah mempedulikan Doni lagi.”Indira tersenyum kecil, lalu menggelengkan kepala dengan sikap pura-pura rendah hati. “Tidak perlu, Pak. Lebih baik saya dan Dika pulang saja, agar suasana pesta kembali meriah seperti semula,” jawabnya, suaranya sengaja dibuat lembut untuk menunjukkan itikad baik, padahal ini bagian dari rencananya untuk memancing simpati Damar.Damar menggeleng tegas, menolak permintaan itu. “Tidak, saya tidak mengizinkan kalian pulang. Kalian tamu saya, ikut saya saja menikmati pesta ini,” ucapnya, tangannya mengisyaratkan agar Indira dan Dika mengikutinya. “Doni tidak punya hak untuk mengusir kalian.”Indira melirik Dika sekilas, lalu mengangguk dengan senyum tipis. “Baik, Pak. Terima kasih,” j

    Last Updated : 2025-02-23
  • I'm Sorry Laras   Dugaan Ratna

    Sofia membela diri dengan penuh emosi. “Aku manjain Doni karena aku sayang sama dia, Mas! Dia anak kita satu-satunya! Apa salahnya aku memberikan yang terbaik untuk dia?!” ucapnya, suaranya bergetar karena campuran antara marah dan sedih.Damar menggelengkan kepala, ekspresinya penuh kekecewaan. “Justru itu yang tidak boleh kamu lakukan, Sofia. Kalau Doni terlalu dimanjain, dia tidak akan bisa menghadapi kerasnya hidup nanti pas kita semua sudah tidak ada. Kamu pikir ini baik untuk dia? Enggak!” jawabnya, nada suaranya meninggi karena frustrasi.Raka ikut menyela, mencoba mendukung Sofia. “Tapi, Mas Damar, anak kecil memang wajar kalau dimanjakan. Doni itu masih kecil, dia perlu kasih sayang keluarga. Kamu saja yang terlalu keras sama dia,” ucapnya, suaranya lebih tenang tapi tetap menunjukkan ketidaksetujuan.Damar menoleh ke Raka, matanya menyipit. “Kecil? Doni sudah 15 tahun, Raka! Dia harus belajar tanggung jawab, bukan cuma maunya sendiri. Kalian semua yang membuat dia tidak bisa

    Last Updated : 2025-02-24
  • I'm Sorry Laras   Ketegangan di rumah Laras

    “Mas Raka, lepasin! Apa-apaan sih kamu? Kalau ada yang lihat bagaimana, apalagi Mas Damar lagi ada di rumah!” bisik Sofia dengan nada panik, tangannya mencoba mendorong dada Raka agar melepaskan pelukannya.Raka, dengan sikap santai yang kontras dengan kepanikan Sofia, tersenyum kecil. “Tenang saja, Sof. Ini sudah malem banget, aku yakin semua orang sudah pada tidur,” ucapnya, suaranya rendah dan penuh keyakinan, tangannya tetap memeluk pinggang Sofia tanpa berniat melepaskan.Sofia masih gelisah, napasnya tersengal karena cemas. “Mas Raka, jangan gila kamu!”Belum sempat Sofia menyelesaikan kalimatnya, Raka memotong dengan nada penuh hasrat. “Aku cuma pengen bersenang-senang sama kamu malem ini, Sof. Sudah seminggu lebih kita tidak melakukan itu, aku ingin jatahku malam ini,” ucapnya, matanya menatap Sofia dengan sorot penuh keinginan, tangannya kini merenggangkan pelukan tapi tetap memegang lengan Sofia agar ia tidak pergi.Sofia menggelengkan kepala dengan tegas, wajahnya memerah k

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • I'm Sorry Laras   dhgdvdgv

    “Laras, aku juga masih sayang sama kamu,” lanjut Damar, suaranya nyaris seperti bisikan yang rapuh, setiap kata terucap dengan beban emosi yang dalam. “Aku salah… aku terlalu lama tenggelam dalam bayang-bayang masa lalu. Aku pikir kamu… tapi sekarang aku tahu, aku gak mau kehilangan kamu lagi.” Matanya berkaca-kaca, dan air mata pertama setelah bertahun-tahun terpendam akhirnya jatuh, membasahi pipinya yang pucat. Damar menarik napas dalam dengan susah payah, berusaha mengumpulkan kekuatan di tubuhnya yang lemah. “Aku janji, Laras… aku akan perbaiki semuanya. Kita mulai lagi, ya?” pintanya, suaranya penuh harap yang terselip di antara kerapuhan, matanya memohon meski pandangannya mulai buram.Laras tersentak. Hatinya terguncang hebat, seperti ada badai yang mengoyak dadanya. Cinta lama yang tak pernah padam membakar jiwa nya, namun di saat yang sama, luka dan kenyataan menusuknya tajam. Ia tak bisa begitu saja menerima

  • I'm Sorry Laras   Pengakuan Laras

    Damar melangkah mendekat, setiap langkahnya terasa berat namun penuh makna. Matanya terkunci pada wajah Laras, wajah yang dulu begitu ia kenal, yang kini tampak lebih tua namun tetap membawa kehangatan yang sama. Ia ingin sekali merengkuh Laras dalam pelukannya, merasakan kembali keintiman yang pernah mereka miliki. Tapi ia menahan diri,rasa sakit dari masa lalu masih membayang, meski rindu itu kini lebih kuat, mengikis dinding penghalang di hatinya. Laras bukan istrinya lagi, hanya kenangan yang hidup di depan matanya.Laras pun merasakan hal yang sama. Ia ingin berlari ke pelukan Damar, menangis di dadanya seperti dulu, tapi kenyataan bahwa mereka kini adalah dua dunia yang berbeda menghentikan langkahnya. Matanya memperhatikan Damar dengan penuh perasaan.

  • I'm Sorry Laras   Hukuman untuk Ningsih

    Mata Indra mengikuti arah yang ditunjuk adiknya. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa yang ditunjuk adalah bosnya sendiri. Dengan cepat, ia berjalan mendekati Indira. “Bu Indira…” ucapnya gugup, suaranya sedikit bergetar. “Ibu sudah lama di sini?”“Cukup lama untuk dihina oleh adikmu itu,” jawab Indira dengan nada sinis, matanya tajam menatap Indra.Indra menoleh ke arah Ningsih dengan tatapan kesal. “Menghina? Maksud Ibu apa?” tanyanya, ketakutan mulai terasa dalam suaranya.“Tanyakan saja pada adikmu itu apa yang sudah dia katakan kepada saya dan keluarga saya,” ucap Indira, suaranya dingin namun tegas.Indra memanggil adiknya dengan nada keras. “Ningsih, cepat ke sini kamu! Apa yang sudah kamu lakukan pada bu Indira?” teriaknya.Ningsih mendekat dengan langkah ragu. “Ma… maaf, Kak. Aku tidak tahu kalau mereka itu pemilik butik ini,” ucapnya, suaranya pelan dan penuh ketakutan. “Soalnya yang sering datang ke sini kan Ibu Dewi. Dan Aku tidak pernah melihat dia,” tambahnya, m

  • I'm Sorry Laras   Penghinaan Ningsih

    Dika menoleh, sedikit canggung tapi tetap berusaha sopan. “Maaf, Mbak, saya cuma mau ambil baju ini biar bisa dicoba sama ibu saya,” ucapnya, tangannya menunjuk ke arah pakaian yang ia incar.“Tidak bisa!” potong Ningsih cepat, nadanya tegas dan tak ramah.Dika mengerutkan kening, tak mengerti. “Loh, kenapa tidak bisa, Mbak? Kami ke sini kan mau beli,” protesnya, suaranya mulai naik karena bingung dengan sikap pegawai itu.Ningsih mendengus, memandang mereka dengan ekspresi meremehkan. “Tidak bisa ya tidak bisa! Saya tidak mau baju ini nanti kotor. Ini harganya mahal, saya tidak mau disuruh ganti kalau kalian berdua membuatnya kotor,” ucapnya dengan nada sombong, tangannya terlipat di dada seolah menegaskan otoritasnya.Dika tak terima. “Apa maksud Mbak berkata seperti itu? Baju ini tidak akan kotor kalau cuma saya pegang. Nih, lihat, tangan kami bersih semua!” balasnya, sedikit kesal sambil menunjukkan telapak tangannya yang memang bersih, diikuti Laras yang juga mengangguk membenark

  • I'm Sorry Laras   Mall

    Dika mendekati kakaknya, berdiri di samping Indira dengan sikap mendukung. Ia menatap Indira dengan kekaguman, tangannya menyentuh lengan kakaknya pelan sebagai tanda solidaritas. Sementara itu, Pak Suwandi hanya bisa memandang kejadian tadi dengan kebingungan, menggosok pelipisnya seolah tak percaya situasi bisa menjadi begitu kacau.Indira menoleh ke Pak Suwandi, lalu berkata dengan nada sopan, “Mohon maaf atas kejadian tadi, Pak. Mengenai permasalahan adik saya, saya berjanji dia tidak akan mengulanginya lagi, kecuali ada orang yang terlalu keterlaluan dan memulainya lebih dulu. Saya berani pastikan bahwa Dika tidak akan pernah memulai pertengkaran tanpa sebab.”Pak Suwandi menghela napas panjang, wajahnya menunjukkan kelelahan. “Sebenarnya saya tahu, Bu Indira. Banyak saksi yang mengatakan bahwa Doni-lah yang memulai. Tapi saya tidak bisa berbuat banyak. Keluarga Doni memiliki pengaruh besar di yayasan sekolah Gemilang Nusantara. Yang saya khawatirkan, beasiswa yang diterima Dika

  • I'm Sorry Laras   Rasa penasaran Doni

    “Jadi kamu anaknya Laras, ya?!” bentak Sofia, tangannya menunjuk-nunjuk ke arah Dika, penuh amarah. “Berani-beraninya kamu nyakitin anakku! Dulu udah bikin malu Doni di ulang tahunnya, sekarang kamu hajar dia sampe gini?!” Suaranya menggema di ruangan, penuh luapan emosi yang tak terkendali.Dika terdiam, tak membalas. Bukan karena takut, tapi karena ia menahan diri. Menurut ajaran ibunya, ia tak boleh melawan orang yang lebih tua, apalagi dengan cara kasar. Ia hanya menunduk sedikit, menjaga sikap sopan meski di dalam hatinya ia merasa tak bersalah atas apa yang terjadi di kantin dan lapangan kemarin.Pak Suwandi mengangkat tangan, mencoba menenangkan suasana. “Ibu Sofia, mohon tenang dulu. Kita tunggu wali Dika datang, lalu kita bicarakan ini dengan kepala dingin,” ucapnya dengan nada yang tetap baku, meski ada sedikit kete

  • I'm Sorry Laras   Sebuah Rahasia

    Mendengar kata-kata itu, Sofia langsung bergerak cepat dan menutup mulut Raka dengan tangannya, matanya membelalak penuh kewaspadaan. “Sst, Mas Raka! Jangan bicara seperti itu di ruang tamu! Takutnya ada orang yang dengar. Kalau sampai ada yang tahu, bisa hancur kita semua. Aku gak mau rahasia ini terbongkar,” tegurnya, suaranya rendah tapi penuh ketegasan, matanya melirik ke sekeliling ruangan yang luas itu.Ratna juga segera menimpali dengan nada serius, “Benar, Raka. Kau tidak boleh bicara soal kamu adalah ayah biologis Doni di depan umum. Jangan sampai ada yang tahu, terutama Damar. Sudah bagus dia menganggap Doni adalah anak kandungnya.”Raka menghela napas, lalu tersenyum kecil, mencoba meredakan ketegangan. “Sofia, Ibu, kalian gak perlu khawatir. Toh, Damar gak ada di sini sekarang,” ucapnya santai, tangannya terbuka s

  • I'm Sorry Laras   Ruang keluarga yang memanas

    Di kediaman Doni yang mewah, suasana malam itu tiba-tiba berubah mencekam. Teriakan nyaring Sofia menggema di ruang tamu, mengagetkan semua penghuni rumah. “Doni! Apa yang terjadi padamu?!” jeritnya, suaranya penuh kepanikan bercampur amarah, memecah keheningan rumah bergaya modern itu.Ratna dan Raka, yang sedang berada di ruang keluarga, segera berlari mendekati Sofia. Mereka terpaku melihat pemandangan di depan mereka. Sofia berdiri dengan wajah pucat, tangannya menunjuk Doni yang tampak sangat menyedihkan. Bagaimana tidak? Anak kesayangan Sofia itu kini berdiri dengan wajah babak belur—mata kirinya memar keunguan, hidungnya berdarah kering, dan bibirnya pecah. Bajunya yang tadi pagi masih rapi kini penuh kotoran tanah, robek di beberapa bagian, membuatnya tampak seperti habis bertarung di lumpur.“Ada apa

  • I'm Sorry Laras   Ruang BK yang memanas

    Tiba-tiba, suara keras memecah suasana. “Berhenti! Apa yang kalian lakukan?!” Pak Siswanto, guru olahraga yang kebetulan lelet di dekat lapangan, berlari mendekat dengan wajah marah. Ia mendorong kerumunan murid yang menonton, lalu berdiri di tengah Dika dan Doni. “Kalian gila?! Ini sekolah, bukan tempat tarung jalanan!” bentaknya, suaranya menggema.Wisnu buru-buru maju, menarik Dika yang masih di atas Doni. “Dik, udah! Tenang!” serunya, berusaha menahan sahabatnya. Tenaga Dika begitu besar, Wisnu sempat kewalahan, pertama kali melihat Dika begitu hilang kendali. “Dik, stop! Guru dateng!” tambahnya, akhirnya berhasil menarik Dika mundur.Pak Siswanto menatap Doni yang terkapar, lalu Dika yang napasnya tersengal. “Kalian berdua, ke ruang BK sekarang!” perintahnya tegas, tangannya menunjuk ke gedung sek

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status