Главная / Romansa / I'm Sorry Laras / Ketegangan di rumah Laras

Share

Ketegangan di rumah Laras

Aвтор: mangpurna
last update Последнее обновление: 2025-02-25 08:15:47
“Mas Raka, lepasin! Apa-apaan sih kamu? Kalau ada yang lihat bagaimana, apalagi Mas Damar lagi ada di rumah!” bisik Sofia dengan nada panik, tangannya mencoba mendorong dada Raka agar melepaskan pelukannya.

Raka, dengan sikap santai yang kontras dengan kepanikan Sofia, tersenyum kecil. “Tenang saja, Sof. Ini sudah malem banget, aku yakin semua orang sudah pada tidur,” ucapnya, suaranya rendah dan penuh keyakinan, tangannya tetap memeluk pinggang Sofia tanpa berniat melepaskan.

Sofia masih gelisah, napasnya tersengal karena cemas. “Mas Raka, jangan gila kamu!”

Belum sempat Sofia menyelesaikan kalimatnya, Raka memotong dengan nada penuh hasrat. “Aku cuma pengen bersenang-senang sama kamu malem ini, Sof. Sudah seminggu lebih kita tidak melakukan itu, aku ingin jatahku malam ini,” ucapnya, matanya menatap Sofia dengan sorot penuh keinginan, tangannya kini merenggangkan pelukan tapi tetap memegang lengan Sofia agar ia tidak pergi.

Sofia menggelengkan kepala dengan tegas, wajahnya memerah k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Related chapter

  • I'm Sorry Laras   Ancaman Indira

    “Apa yang kalian lakukan pada Ibuku?!” bentak Indira, suaranya menggelegar, menggetarkan udara di halaman rumah. Ia melangkah maju, berdiri di depan Laras seperti perisai, matanya menyala penuh kebencian ke arah Ratna. “Kalian pikir bisa seenaknya dateng ke sini, dan nyakitin orang sesuka hati?!”Dika menambahkan dengan suara rendah tapi penuh ancaman, “Kalian sudah keterlaluan. Jangan harap ini akan kami lupakan begitu saja.”Ratna tersentak, jantungnya berdegup kencang saat melihat Indira melangkah keluar dari mobil mewah itu. Dugaan yang selama ini menggelayuti pikirannya kini terbukti kalau wanita muda yang muncul di pesta Doni kemarin memang Indira, anak Laras yang hilang bertahun-tahun lalu. Matanya membelalak, wajahnya memucat, tapi ia berusaha menyembunyikan keguncangan itu di balik sikap angkuhnya.Indira, yang sudah membara amarahnya karena melihat ibunya ditampar, melangkah mendekati Ratna. Matanya menyala penuh kebencian, dan ia berteriak dengan suara yang menggetarkan udar

    Последнее обновление : 2025-02-26
  • I'm Sorry Laras   Nadia

    Sesampai di kelas, Wisnu sudah tak sabar menunggu penjelasan Dika. Ia duduk di bangku sebelah Dika, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu, tangannya bahkan menepuk-nepuk meja dengan tidak sabar. “Ayo, Dik, ceritain sekarang! Gue sudah penasaran dari tadi!” serunya, suaranya penuh semangat.Dika, yang baru saja meletakkan tasnya di meja, menghela napas dan melirik Wisnu dengan ekspresi sedikit jengkel tapi juga geli. “Sabar dong, Wis. Gue juga baru duduk, kasih gue napas bentar, napa?,” ucapnya sambil menarik kursi dan duduk. Setelah merasa nyaman, ia akhirnya mulai bicara, suaranya rendah tapi penuh makna.Kemudian Dika menceritakan secara detail mengenai Kakanya Indira itu dari kenapa kakaknya terpisah sampai dengan kakanya yang tiba tiba muncul dirumahnya, semua ceritanya detail dia ceritakan pada sahabatnya itu, kecuali tentang masa kelam keluarganya dan hubungannya dengan keluarga Doni.Wisnu mendengarkan dengan mulut sedikit terbuka, takjub. “Terus?” desaknya, tak sabar mendengar

    Последнее обновление : 2025-02-26
  • I'm Sorry Laras   Konfrontasi yang memanas

    Dika, yang merasa risih dengan sentuhan mendadak itu, segera menepis tangan Nadiadengan gerakan halus tapi tegas. “Tunggu dulu, Nad. Aku beresin meja dulu,” ucapnya, suaranya datar, tangannya kembali sibuk merapikan buku dan pena di atas meja.Nadine mengerutkan kening, tak sabar. “Kelamaan, Dik! Ayo cepet, kantinnya keburuan rame nanti!” sergahnya, nadanya sedikit memaksa, tangannya bahkan kembali mencoba menarik lengan Dika.Wisnu, yang dari tadi memperhatikan dari bangku sebelah, jadi geregetan melihat tingkah Nadine. “Yaelah, jadi anak kok gak sabaran amat!” sindirnya, suaranya penuh ejekan sambil tertawa kecil, tangannya melipat buku catatannya dengan santai.Nadia mendelik gusar ke arah Wisnu, matanya menyipit penuh kesal. “Diam, lo! Gak usah ikut campur!” bentaknya, lalu kembali menoleh ke Dika dengan senyum dipaksakan. “Dik, ayo dong!” ucapnya lagi, kali ini tangannya berhasil menarik lengan Dika lebih kuat.Dika menghela napas panjang, jelas tak nyaman dengan sikap Nadine yan

    Последнее обновление : 2025-02-27
  • I'm Sorry Laras   Dika VS Doni

    Wisnu tertawa kecil, lalu berkata dengan nada ejekan, “Masa gitu aja lo nggak ngerti, Don? Pantas saja lo dibilang murid paling bego di sekolah ini!” Ucapan itu seperti petasan yang meledak di kantin. Tawa terbahak-bahak langsung menggema dari murid-murid lain yang menyaksikan. Mereka tahu benar, kalau bukan karena ayah Doni yang jadi donatur terbesar sekolah, Doni sudah lama jadi bulan-bulanan karena nilai-nilainya yang pas-pasan dan sikapnya yang arogan.Doni gusar, wajahnya memerah karena malu. Tawa itu seperti cambuk baginya. Dengan langkah cepat, ia mendekati Wisnu, tangannya terangkat hendak memukul. Namun, Wisnu dengan cekatan menangkap tangan Doni di udara, menahannya dengan kuat. “Eh, sabar dulu, bro!” ucap Wisnu, suaranya tetap santai meski tangannya menahan erat. “Maksud gue ‘secara laki-laki’ itu kita tarung di belakang sekolah nanti. Yang kalah harus minta maaf dan gak boleh ganggu lagi. Gimana, lo berani?”Doni menarik tangannya dari genggaman Wisnu, napasnya tersengal k

    Последнее обновление : 2025-03-13
  • I'm Sorry Laras   Ruang BK yang memanas

    Tiba-tiba, suara keras memecah suasana. “Berhenti! Apa yang kalian lakukan?!” Pak Siswanto, guru olahraga yang kebetulan lelet di dekat lapangan, berlari mendekat dengan wajah marah. Ia mendorong kerumunan murid yang menonton, lalu berdiri di tengah Dika dan Doni. “Kalian gila?! Ini sekolah, bukan tempat tarung jalanan!” bentaknya, suaranya menggema.Wisnu buru-buru maju, menarik Dika yang masih di atas Doni. “Dik, udah! Tenang!” serunya, berusaha menahan sahabatnya. Tenaga Dika begitu besar, Wisnu sempat kewalahan, pertama kali melihat Dika begitu hilang kendali. “Dik, stop! Guru dateng!” tambahnya, akhirnya berhasil menarik Dika mundur.Pak Siswanto menatap Doni yang terkapar, lalu Dika yang napasnya tersengal. “Kalian berdua, ke ruang BK sekarang!” perintahnya tegas, tangannya menunjuk ke gedung sek

    Последнее обновление : 2025-03-14
  • I'm Sorry Laras   Ruang keluarga yang memanas

    Di kediaman Doni yang mewah, suasana malam itu tiba-tiba berubah mencekam. Teriakan nyaring Sofia menggema di ruang tamu, mengagetkan semua penghuni rumah. “Doni! Apa yang terjadi padamu?!” jeritnya, suaranya penuh kepanikan bercampur amarah, memecah keheningan rumah bergaya modern itu.Ratna dan Raka, yang sedang berada di ruang keluarga, segera berlari mendekati Sofia. Mereka terpaku melihat pemandangan di depan mereka. Sofia berdiri dengan wajah pucat, tangannya menunjuk Doni yang tampak sangat menyedihkan. Bagaimana tidak? Anak kesayangan Sofia itu kini berdiri dengan wajah babak belur—mata kirinya memar keunguan, hidungnya berdarah kering, dan bibirnya pecah. Bajunya yang tadi pagi masih rapi kini penuh kotoran tanah, robek di beberapa bagian, membuatnya tampak seperti habis bertarung di lumpur.“Ada apa

    Последнее обновление : 2025-03-15
  • I'm Sorry Laras   Sebuah Rahasia

    Mendengar kata-kata itu, Sofia langsung bergerak cepat dan menutup mulut Raka dengan tangannya, matanya membelalak penuh kewaspadaan. “Sst, Mas Raka! Jangan bicara seperti itu di ruang tamu! Takutnya ada orang yang dengar. Kalau sampai ada yang tahu, bisa hancur kita semua. Aku gak mau rahasia ini terbongkar,” tegurnya, suaranya rendah tapi penuh ketegasan, matanya melirik ke sekeliling ruangan yang luas itu.Ratna juga segera menimpali dengan nada serius, “Benar, Raka. Kau tidak boleh bicara soal kamu adalah ayah biologis Doni di depan umum. Jangan sampai ada yang tahu, terutama Damar. Sudah bagus dia menganggap Doni adalah anak kandungnya.”Raka menghela napas, lalu tersenyum kecil, mencoba meredakan ketegangan. “Sofia, Ibu, kalian gak perlu khawatir. Toh, Damar gak ada di sini sekarang,” ucapnya santai, tangannya terbuka s

    Последнее обновление : 2025-03-16
  • I'm Sorry Laras   Rasa penasaran Doni

    “Jadi kamu anaknya Laras, ya?!” bentak Sofia, tangannya menunjuk-nunjuk ke arah Dika, penuh amarah. “Berani-beraninya kamu nyakitin anakku! Dulu udah bikin malu Doni di ulang tahunnya, sekarang kamu hajar dia sampe gini?!” Suaranya menggema di ruangan, penuh luapan emosi yang tak terkendali.Dika terdiam, tak membalas. Bukan karena takut, tapi karena ia menahan diri. Menurut ajaran ibunya, ia tak boleh melawan orang yang lebih tua, apalagi dengan cara kasar. Ia hanya menunduk sedikit, menjaga sikap sopan meski di dalam hatinya ia merasa tak bersalah atas apa yang terjadi di kantin dan lapangan kemarin.Pak Suwandi mengangkat tangan, mencoba menenangkan suasana. “Ibu Sofia, mohon tenang dulu. Kita tunggu wali Dika datang, lalu kita bicarakan ini dengan kepala dingin,” ucapnya dengan nada yang tetap baku, meski ada sedikit kete

    Последнее обновление : 2025-03-17

Latest chapter

  • I'm Sorry Laras   Rasa penasaran Doni

    “Jadi kamu anaknya Laras, ya?!” bentak Sofia, tangannya menunjuk-nunjuk ke arah Dika, penuh amarah. “Berani-beraninya kamu nyakitin anakku! Dulu udah bikin malu Doni di ulang tahunnya, sekarang kamu hajar dia sampe gini?!” Suaranya menggema di ruangan, penuh luapan emosi yang tak terkendali.Dika terdiam, tak membalas. Bukan karena takut, tapi karena ia menahan diri. Menurut ajaran ibunya, ia tak boleh melawan orang yang lebih tua, apalagi dengan cara kasar. Ia hanya menunduk sedikit, menjaga sikap sopan meski di dalam hatinya ia merasa tak bersalah atas apa yang terjadi di kantin dan lapangan kemarin.Pak Suwandi mengangkat tangan, mencoba menenangkan suasana. “Ibu Sofia, mohon tenang dulu. Kita tunggu wali Dika datang, lalu kita bicarakan ini dengan kepala dingin,” ucapnya dengan nada yang tetap baku, meski ada sedikit kete

  • I'm Sorry Laras   Sebuah Rahasia

    Mendengar kata-kata itu, Sofia langsung bergerak cepat dan menutup mulut Raka dengan tangannya, matanya membelalak penuh kewaspadaan. “Sst, Mas Raka! Jangan bicara seperti itu di ruang tamu! Takutnya ada orang yang dengar. Kalau sampai ada yang tahu, bisa hancur kita semua. Aku gak mau rahasia ini terbongkar,” tegurnya, suaranya rendah tapi penuh ketegasan, matanya melirik ke sekeliling ruangan yang luas itu.Ratna juga segera menimpali dengan nada serius, “Benar, Raka. Kau tidak boleh bicara soal kamu adalah ayah biologis Doni di depan umum. Jangan sampai ada yang tahu, terutama Damar. Sudah bagus dia menganggap Doni adalah anak kandungnya.”Raka menghela napas, lalu tersenyum kecil, mencoba meredakan ketegangan. “Sofia, Ibu, kalian gak perlu khawatir. Toh, Damar gak ada di sini sekarang,” ucapnya santai, tangannya terbuka s

  • I'm Sorry Laras   Ruang keluarga yang memanas

    Di kediaman Doni yang mewah, suasana malam itu tiba-tiba berubah mencekam. Teriakan nyaring Sofia menggema di ruang tamu, mengagetkan semua penghuni rumah. “Doni! Apa yang terjadi padamu?!” jeritnya, suaranya penuh kepanikan bercampur amarah, memecah keheningan rumah bergaya modern itu.Ratna dan Raka, yang sedang berada di ruang keluarga, segera berlari mendekati Sofia. Mereka terpaku melihat pemandangan di depan mereka. Sofia berdiri dengan wajah pucat, tangannya menunjuk Doni yang tampak sangat menyedihkan. Bagaimana tidak? Anak kesayangan Sofia itu kini berdiri dengan wajah babak belur—mata kirinya memar keunguan, hidungnya berdarah kering, dan bibirnya pecah. Bajunya yang tadi pagi masih rapi kini penuh kotoran tanah, robek di beberapa bagian, membuatnya tampak seperti habis bertarung di lumpur.“Ada apa

  • I'm Sorry Laras   Ruang BK yang memanas

    Tiba-tiba, suara keras memecah suasana. “Berhenti! Apa yang kalian lakukan?!” Pak Siswanto, guru olahraga yang kebetulan lelet di dekat lapangan, berlari mendekat dengan wajah marah. Ia mendorong kerumunan murid yang menonton, lalu berdiri di tengah Dika dan Doni. “Kalian gila?! Ini sekolah, bukan tempat tarung jalanan!” bentaknya, suaranya menggema.Wisnu buru-buru maju, menarik Dika yang masih di atas Doni. “Dik, udah! Tenang!” serunya, berusaha menahan sahabatnya. Tenaga Dika begitu besar, Wisnu sempat kewalahan, pertama kali melihat Dika begitu hilang kendali. “Dik, stop! Guru dateng!” tambahnya, akhirnya berhasil menarik Dika mundur.Pak Siswanto menatap Doni yang terkapar, lalu Dika yang napasnya tersengal. “Kalian berdua, ke ruang BK sekarang!” perintahnya tegas, tangannya menunjuk ke gedung sek

  • I'm Sorry Laras   Dika VS Doni

    Wisnu tertawa kecil, lalu berkata dengan nada ejekan, “Masa gitu aja lo nggak ngerti, Don? Pantas saja lo dibilang murid paling bego di sekolah ini!” Ucapan itu seperti petasan yang meledak di kantin. Tawa terbahak-bahak langsung menggema dari murid-murid lain yang menyaksikan. Mereka tahu benar, kalau bukan karena ayah Doni yang jadi donatur terbesar sekolah, Doni sudah lama jadi bulan-bulanan karena nilai-nilainya yang pas-pasan dan sikapnya yang arogan.Doni gusar, wajahnya memerah karena malu. Tawa itu seperti cambuk baginya. Dengan langkah cepat, ia mendekati Wisnu, tangannya terangkat hendak memukul. Namun, Wisnu dengan cekatan menangkap tangan Doni di udara, menahannya dengan kuat. “Eh, sabar dulu, bro!” ucap Wisnu, suaranya tetap santai meski tangannya menahan erat. “Maksud gue ‘secara laki-laki’ itu kita tarung di belakang sekolah nanti. Yang kalah harus minta maaf dan gak boleh ganggu lagi. Gimana, lo berani?”Doni menarik tangannya dari genggaman Wisnu, napasnya tersengal k

  • I'm Sorry Laras   Konfrontasi yang memanas

    Dika, yang merasa risih dengan sentuhan mendadak itu, segera menepis tangan Nadiadengan gerakan halus tapi tegas. “Tunggu dulu, Nad. Aku beresin meja dulu,” ucapnya, suaranya datar, tangannya kembali sibuk merapikan buku dan pena di atas meja.Nadine mengerutkan kening, tak sabar. “Kelamaan, Dik! Ayo cepet, kantinnya keburuan rame nanti!” sergahnya, nadanya sedikit memaksa, tangannya bahkan kembali mencoba menarik lengan Dika.Wisnu, yang dari tadi memperhatikan dari bangku sebelah, jadi geregetan melihat tingkah Nadine. “Yaelah, jadi anak kok gak sabaran amat!” sindirnya, suaranya penuh ejekan sambil tertawa kecil, tangannya melipat buku catatannya dengan santai.Nadia mendelik gusar ke arah Wisnu, matanya menyipit penuh kesal. “Diam, lo! Gak usah ikut campur!” bentaknya, lalu kembali menoleh ke Dika dengan senyum dipaksakan. “Dik, ayo dong!” ucapnya lagi, kali ini tangannya berhasil menarik lengan Dika lebih kuat.Dika menghela napas panjang, jelas tak nyaman dengan sikap Nadine yan

  • I'm Sorry Laras   Nadia

    Sesampai di kelas, Wisnu sudah tak sabar menunggu penjelasan Dika. Ia duduk di bangku sebelah Dika, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu, tangannya bahkan menepuk-nepuk meja dengan tidak sabar. “Ayo, Dik, ceritain sekarang! Gue sudah penasaran dari tadi!” serunya, suaranya penuh semangat.Dika, yang baru saja meletakkan tasnya di meja, menghela napas dan melirik Wisnu dengan ekspresi sedikit jengkel tapi juga geli. “Sabar dong, Wis. Gue juga baru duduk, kasih gue napas bentar, napa?,” ucapnya sambil menarik kursi dan duduk. Setelah merasa nyaman, ia akhirnya mulai bicara, suaranya rendah tapi penuh makna.Kemudian Dika menceritakan secara detail mengenai Kakanya Indira itu dari kenapa kakaknya terpisah sampai dengan kakanya yang tiba tiba muncul dirumahnya, semua ceritanya detail dia ceritakan pada sahabatnya itu, kecuali tentang masa kelam keluarganya dan hubungannya dengan keluarga Doni.Wisnu mendengarkan dengan mulut sedikit terbuka, takjub. “Terus?” desaknya, tak sabar mendengar

  • I'm Sorry Laras   Ancaman Indira

    “Apa yang kalian lakukan pada Ibuku?!” bentak Indira, suaranya menggelegar, menggetarkan udara di halaman rumah. Ia melangkah maju, berdiri di depan Laras seperti perisai, matanya menyala penuh kebencian ke arah Ratna. “Kalian pikir bisa seenaknya dateng ke sini, dan nyakitin orang sesuka hati?!”Dika menambahkan dengan suara rendah tapi penuh ancaman, “Kalian sudah keterlaluan. Jangan harap ini akan kami lupakan begitu saja.”Ratna tersentak, jantungnya berdegup kencang saat melihat Indira melangkah keluar dari mobil mewah itu. Dugaan yang selama ini menggelayuti pikirannya kini terbukti kalau wanita muda yang muncul di pesta Doni kemarin memang Indira, anak Laras yang hilang bertahun-tahun lalu. Matanya membelalak, wajahnya memucat, tapi ia berusaha menyembunyikan keguncangan itu di balik sikap angkuhnya.Indira, yang sudah membara amarahnya karena melihat ibunya ditampar, melangkah mendekati Ratna. Matanya menyala penuh kebencian, dan ia berteriak dengan suara yang menggetarkan udar

  • I'm Sorry Laras   Ketegangan di rumah Laras

    “Mas Raka, lepasin! Apa-apaan sih kamu? Kalau ada yang lihat bagaimana, apalagi Mas Damar lagi ada di rumah!” bisik Sofia dengan nada panik, tangannya mencoba mendorong dada Raka agar melepaskan pelukannya.Raka, dengan sikap santai yang kontras dengan kepanikan Sofia, tersenyum kecil. “Tenang saja, Sof. Ini sudah malem banget, aku yakin semua orang sudah pada tidur,” ucapnya, suaranya rendah dan penuh keyakinan, tangannya tetap memeluk pinggang Sofia tanpa berniat melepaskan.Sofia masih gelisah, napasnya tersengal karena cemas. “Mas Raka, jangan gila kamu!”Belum sempat Sofia menyelesaikan kalimatnya, Raka memotong dengan nada penuh hasrat. “Aku cuma pengen bersenang-senang sama kamu malem ini, Sof. Sudah seminggu lebih kita tidak melakukan itu, aku ingin jatahku malam ini,” ucapnya, matanya menatap Sofia dengan sorot penuh keinginan, tangannya kini merenggangkan pelukan tapi tetap memegang lengan Sofia agar ia tidak pergi.Sofia menggelengkan kepala dengan tegas, wajahnya memerah k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status