Lampu disko berkedip liar, berpendar dalam warna merah, ungu, dan biru yang menusuk mata. Musik berdentum keras, menggema seolah mencoba menenggelamkan rasa sakit di hati siapa pun yang berada di dalam ruangan itu. Di sudut terpencil, di sebuah meja kecil yang penuh dengan botol minuman, Damar duduk sendirian. Kepalanya tertunduk, matanya menatap kosong ke dalam gelas yang masih berisi setengah alkohol. Di bawah kilauan lampu, wajahnya tampak kusut, lelah, dan penuh kesedihan yang tak tersembunyikan.Tangannya yang gemetar perlahan mengangkat gelas itu, meneguk cairan yang membakar tenggorokannya. Tapi rasa sakit itu—yang ia coba lupakan—tidak pernah benar-benar pergi. Alkohol hanya memperdayanya, memberinya kehangatan sesaat, sementara hatinya terus dihantui luka yang menganga."Kenapa... Kenapa kau lakukan ini padaku, Laras?" gumamnya pelan, nyaris tertelan dentuman musik yang mengguncang dinding ruangan. Namun, di dalam pikirannya, suaranya bergema keras. Ia memejamkan matanya, ber
Last Updated : 2024-12-22 Read more