Home / Romansa / I'm Sorry Laras / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of I'm Sorry Laras: Chapter 11 - Chapter 20

75 Chapters

Penyelamatan Indira

Raka mengangguk singkat, lalu bergegas menuju garasi, sementara Ratna berjalan menuju kamar Indira. Ia mendorong pintu kamar itu perlahan, derit kecil engsel pintu memecah keheningan. Di dalam, Indira duduk di lantai, tenggelam dalam dunianya sendiri, bermain dengan boneka kesayangannya. Rambutnya yang terurai sedikit berantakan, dan senyum polos menghias wajahnya. Saat mendengar langkah kaki, ia menoleh, matanya membulat penuh keheranan melihat neneknya berdiri di ambang pintu.“Indira sayang, ayo ikut sama Nenek,” ucap Ratna, suaranya dibuat lembut dan penuh kehangatan yang palsu, kontras dengan sikap ketus yang biasa ia tunjukkan.Indira mengerutkan dahi, kebingungan terpancar dari wajah kecilnya. “Ikut ke mana, Nek?” tanyanya, nadanya penuh rasa ingin tahu. “Tumben Nenek ngajak aku. Memang kita mau ke mana?”Ratna melangkah mendekat, senyumnya melebar dengan penuh perhitungan. “Kita mau menemui ibumu,” jawabnya, suaranya manis seperti madu yang menutupi racun. “Tadi dia telepon Nen
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Jalan Terakhir

Setelah perjalanan selama satu jam, mobil yang dikendarai Raka akhirnya berhenti di pinggiran sebuah hutan di luar kota. Hutan itu tampak kelam dan lebat, pepohonan menjulang tinggi dengan ranting-ranting yang saling bertautan, membentuk kanopi yang menghalangi cahaya matahari menembus ke dalam. Udara terasa lembap dan berat, penuh aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Suasana sunyi hanya dipecah oleh suara angin yang bersiul pelan di antara pohon-pohon tua.Raka mematikan mesin mobil, lalu menoleh ke arah Ratna yang duduk di sampingnya. “Kebetulan Indira masih tidur,” bisik Ratna, suaranya rendah namun penuh tekanan. “Cepat, angkat dia sebelum dia bangun. Kita harus bawa dia ke tengah hutan agar lebih mudah.”Raka mengangguk, ekspresinya dingin dan fokus. Ia segera keluar dari mobil dan membuka pintu belakang dengan hati-hati. Tubuh kecil Indira terbaring di kursi, napasnya teratur dalam tidur lelap, bonekanya terleletak di sampingnya. Dengan gerakan perlahan, Raka mengangkat
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Sebuah permintaan

Setelah memastikan Ratna dan Raka benar-benar menjauh dari tempat itu, Laras tak membuang waktu. Dengan langkah cepat namun hati-hati, ia berlari mendekati putrinya yang terikat di pohon. Indira, yang melihat sosok ibunya muncul dari balik semak, membelalakkan mata penuh kebahagiaan. Walaupun mulutnya tersumbat kain, sorot matanya berbinar lega, dan tubuh kecilnya yang gemetar mulai rileks seolah mengetahui keselamatan telah datang.Laras berlutut di samping Indira, tangannya gemetar saat ia buru-buru melepaskan kain yang menyumpal mulut anaknya. “Sabar, sayang,” bisiknya, suaranya penuh getaran emosi. Setelah kain itu terlepas, ia segera membuka ikatan tali kasar yang melilit tangan dan kaki Indira, jari-jarinya bekerja cepat meski penuh ketegangan. Begitu semua tali terlepas, Laras tak bisa menahan diri lagi—ia langsung memeluk Indira erat-erat, menarik tubuh kecil itu ke dalam pelukannya seolah tak ingin melepaskannya selamanya.“Ibu… akhirnya Ibu datang,” isak Indira, suaranya ters
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Selamat Tinggal

Widuri terkejut, alisnya terangkat penuh keheranan. “Menitipkan Indira? Kenapa, Bu? Apa Ibu sedang ada masalah?” tanyanya, nada suaranya penuh rasa ingin tahu yang tulus.Laras menatap Widuri sejenak, lalu menarik napas dalam untuk menguatkan hatinya. Akhirnya, ia menceritakan semuanya—dari awal mula ia difitnah sebagai pengkhianat oleh mertuanya, tes DNA yang memalsukan status Indira sebagai anak Damar, hingga kejadian mengerikan tadi pagi di mana Indira dibuang ke hutan. Tak ada yang ia tutupi, meski setiap kata terasa seperti membuka luka lama yang masih berdarah. Ia tak peduli jika itu aib keluarganya—yang ia inginkan hanyalah keselamatan Indira.“Ya Tuhan… kasihan sekali Indira,” gumam Widuri, matanya berkaca-kaca penuh simpati. “Jahat sekali orang-orang itu.”“Maka dari itu, Bu, saya ingin menitipkan Indira di sini sampai keadaan di rumah saya aman,” lanjut Laras, suaranya mulai pecah. “Kalau saya bersikeras bawa anak saya kembali ke rumah, saya yakin mertua saya akan melakukan h
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Sandiwara

Setelah perjalanan yang cukup panjang, hari semakin gelap, menyelimuti langit dengan kegelapan yang pekat. Laras akhirnya sampai di kota tempat tinggalnya, tubuhnya terasa lelah namun pikirannya masih dipenuhi oleh bayangan Indira yang ia tinggalkan di panti asuhan. Ia berhenti sejenak di depan warung tempat ia meminjam motor tua itu secara paksa. Dengan hati-hati, ia memarkir motor di tempat semula, helm masih tergantung di stang seperti saat ia mengambilnya. “Maaf, Pak, terima kasih sudah meminjamkan motornya,” gumamnya dalam hati, meski tak ada waktu untuk mencari pemiliknya dan meminta maaf secara langsung.Laras melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, langkahnya terasa berat seolah membawa beban dunia di pundaknya. Ketika akhirnya sampai di depan rumahnya, ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri sebelum menghadapi apa yang menantinya di dalam. Dengan tangan gemetar, ia mendorong pintu depan yang sedikit berderit. Cahaya lampu ruang tamu yang temaram menyelinap ke lua
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Malam yang memuncak

“Demi Tuhan, Mas, aku tidak pernah melakukan apa pun yang kamu tuduhkan!” Laras menjerit, air matanya akhirnya pecah, mengalir deras membasahi wajahnya yang pucat. “Indira adalah anakmu, anak kita! Aku menyangkal semua tuduhan ini karena aku memang tidak bersalah!”“Sudahlah, Laras,” Ratna tertawa sinis, melangkah mendekat dengan langkah penuh kemenangan. “Kamu ini seharusnya tahu diri! Kalau bukan karena Damar, kamu tidak akan pernah punya tempat tinggal, makan enak, atau pakaian bagus. Dan seharusnya kamu tidak menghianatinya!”Laras tak tahan lagi. Ia menatap Ratna dengan mata berkilat, penuh amarah dan rasa sakit yang membuncah. “Apa yang Ibu lakukan terhadap Indira dan saya bukan hanya kejam, tapi tidak manusiawi!” bentaknya, suaranya melengking penuh emosi. “Apa Ibu tidak punya hati? Dia itu cucu Ibu sendiri!”“Cukup, Laras!” Damar memotong dengan keras, suaranya penuh ancaman. “Kamu jangan berkata seperti itu pada ibuku! Dia hanya ingin membelaku. Jangan pernah sekali lagi melaw
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Kedatangan Sofia

“Mas Damar, apa yang mau kamu lakukan, Mas?” ucap Laras, suaranya bergetar penuh ketakutan, tubuhnya secara insting mencoba mundur ke kepala ranjang.“Diam kau, Laras, jangan berisik!” bentak Damar, suaranya parau dan berat oleh pengaruh alkohol. “Aku ingin kau melayaniku!” Tanpa menunggu jawaban, tangannya kembali bergerak, membuka paksa pakaian Laras dengan kekuatan yang tak terkendali.Laras memberontak, tangannya mendorong dada Damar dengan sekuat tenaga. “Mas, sadar! Kamu itu lagi mabuk!” teriaknya, suaranya penuh keputusasaan. “Aku takut, Mas!”“Aku bilang diam, ya diam! Tidak usah melawan!” Damar menggeram, matanya menyala penuh kemarahan. “Kau itu istriku, aku berhak atas tubuhmu ini!” Dengan gerakan kasar, ia menarik baju tidur Laras hingga sobek di bagian bahu, memperlihatkan kulit yang gemetar di bawahnya.“Iya, aku tahu, Mas!” balas Laras, suaranya tersendat oleh air mata yang mulai menggenang. “Tapi tidak dalam kondisi mabuk seperti ini! Aku tidak mau melayanimu kalau kau
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Drama antara Ratna dan sofia

Sofia, yang merupakan anak dari keluarga jauh Ratna, tersenyum kecil sambil mengangguk penuh keakraban. Ratna segera melangkah mendekatinya, membuka tangan lebar-lebar sebelum memeluk Sofia erat-erat, penuh kehangatan. “Sayang, kenapa kamu tidak kabari Tante kalau mau berkunjung ke sini hari ini?” ucap Ratna, suaranya lembut namun ada nada kecil yang penuh perhitungan. “Kemarin ibumu bilang kan kamu ke mari dua hari lagi.”“Kalau aku bilang, bukan kejutan lagi namanya, Tante,” jawab Sofia sambil tersenyum manis, nada suaranya ringan dan penuh canda. “Lagi pula, aku ingin cepat-cepat ketemu Mas Damar,” lanjutnya, matanya berbinar penuh antusiasme.Ratna menggeleng kecil, senyumnya sedikit kaku namun ia cepat menyembunyikannya. “Kamu bisa saja, sayang,” ucapnya, lalu menepuk pundak Sofia dengan lembut. “Kamu sudah sarapan belum? Kalau belum, kebetulan ada nasi goreng, masakan kesukaanmu.”“Wah, kebetulan, Tante, aku belum sarapan sama sekali,” balas Sofia, tangannya memegang perut dengan
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Ancaman Sofia

Laras kehilangan keseimbangan, tubuhnya hampir jatuh ke lantai, namun sepasang tangan besar Damar dengan cepat menangkapnya. Ia memeluk Laras erat, menahannya agar tak terjatuh. Waktu seakan berhenti sejenak. Mereka saling bertatapan, mata Laras yang basah oleh ketegangan bertemu dengan mata Damar yang penuh kelelahan dan luka. Di dalam sorot mata mereka, tersirat penderitaan yang mendalam, masing-masing membawa beban yang tak terucapkan. Laras melihat kilatan sesuatu di mata Damar—bukan hanya kemarahan atau kebencian yang biasa ia tunjukkan akhir-akhir ini, tetapi juga kerinduan yang tersembunyi, sebuah sisa cinta yang mungkin masih hidup di balik tembok dingin yang ia bangun. Damar, di sisi lain, melihat kepedihan dan keteguhan di mata Laras, sesuatu yang membuat hatinya terguncang meski ia tak mau mengakuinya. Pelukan itu, meski hanya sesaat, terasa seperti jeda dari dunia yang penuh kebencian di sekitar mereka—sebuah momen kecil yang membawa kembali bayangan masa lalu, ketika cint
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Laras tersudut

Ratna meliriknya dengan tatapan penuh hina. “Aku tidak perlu minta persetujuanmu, Laras,” bentaknya. “Lagi pula, ini bukan rumahmu. Ini rumah Damar!”“Iya, Laras,” sambung Raka dengan nada sinis, melangkah mendekat. “Kamu tidak berhak melarang Sofia tinggal di sini. Kamu hanya orang luar yang kebetulan dinikahi kakakku!”“Aku ini istri Mas Damar!” balas Laras, tak mau kalah, suaranya meninggi penuh amarah. “Aku punya hak untuk mengizinkan siapa yang bisa tinggal di sini!”Ratna tertawa kecil, suaranya penuh ejekan. “Kau bukan lagi istri Damar ketika kau sudah menghianati Damar,” ucapnya dingin.“Aku masih sah menjadi istri Mas Damar!” Laras membela diri, tangannya mengepal erat. “Karena dia belum menjatuhkan talak padaku, jadi hakku sebagai istri masih ada di rumah ini!”Ratna semakin kesal, wajahnya memerah oleh kemarahan. Ia menoleh ke Damar dengan tatapan penuh tekanan. “Damar, cepat ceraikan saja dia sekarang!” ucapnya, suaranya penuh provokasi. “Biar dia tahu rasa karena sudah ber
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more
PREV
123456
...
8
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status