Home / Romansa / I'm Sorry Laras / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of I'm Sorry Laras: Chapter 11 - Chapter 20

43 Chapters

Penyelamatan Indira

 Laras terus berlari, napasnya memburu seperti tergilas oleh rasa panik yang mencekik. Kakinya terasa berat, tapi ia tidak peduli. Matanya tetap terpaku pada jejak ban mobil yang membawa putri kecilnya, Indira. Namun, tubuhnya yang lemah mulai memprotes. Lututnya terasa bergetar, dan langkahnya melambat hingga akhirnya ia berhenti di depan sebuah warung kecil di tepi jalan.Matanya menyapu sekitar, mencari sesuatu—apa saja—yang bisa membantunya mengejar mobil itu. Saat itulah ia melihatnya: sebuah motor tua yang terparkir tak jauh dari warung, dengan kunci yang masih menggantung di kontak dan helm lusuh tergantung di spion.Tanpa berpikir panjang, Laras langsung menghampiri motor itu. Ini satu-satunya caraku, demi Indira, pikirnya, hatinya berdebar antara ketakutan dan tekad.Ia naik ke motor itu, mengenakan helm seadanya, dan langsung menyalakan mesin. Saat motor mulai bergerak, seorang lelaki muda keluar dari warung, membawa s
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Jalan Terakhir

Raka langsung menoleh panik ke Ratna. "Bu, bagaimana ini? Indira bangun!" bisiknya cemas.Ratna mendengus frustrasi. "Biar saja. Kita tetap tinggalkan dia di sini. Tidak usah pedulikan dia."Mereka mulai berbalik hendak pergi, tapi Indira yang mulai sadar sepenuhnya melihat sesuatu yang tidak biasa. Ia terbelalak, mendapati dirinya berada di tengah hutan. Kepanikan mulai muncul di wajah kecilnya."Nek? Om Raka? Kalian mau ke mana? Kenapa kalian meninggalkan Indira sendirian di sini? Di mana Ibu?" tanyanya dengan suara bergetar.Ratna berhenti sejenak, berbalik, dan menatap Indira dengan dingin. "Ibumu sudah mati," ujarnya tajam. "Kalau kamu ingin bertemu dia, cari saja sendiri. Mungkin nanti tubuhmu akan ditemukan setelah dimakan harimau di sini."Mata kecil Indira melebar. Air mata langsung membanjiri wajahnya. "Kenapa Nenek bilang begitu? Aku mau pulang! Aku mau ketemu Ayah dan Ibu!" rengeknya, mulai melangkah mendekati Ratna."Berhenti di
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Sebuah permintaan

Laras memarkir motor tua di halaman Panti Asuhan Mutiara Kasih. Langit sore tampak sendu, seolah mengerti beban yang kini dipikulnya. Di depan mata, ia melihat anak-anak berlarian di halaman, tertawa lepas bermain petak umpet dan lompat tali. Pemandangan itu begitu sederhana, namun menusuk hati Laras—karena ia tahu, sebentar lagi, putrinya akan menjadi bagian dari mereka.Indira, yang masih menggenggam erat tangan ibunya, memandang sekeliling dengan rasa ingin tahu. “Ibu, banyak sekali anak-anak di sini. Tempat apa ini?” tanyanya polos.Laras mencoba tersenyum, meski hatinya terasa seperti terkoyak. “Ini namanya panti asuhan, Sayang,” jawabnya lembut.“Panti asuhan?” Indira memiringkan kepala. “Bu guru pernah bilang, kalau panti asuhan itu katanya tempat buat anak-anak yang nggak punya ayah dan ibu.” Ia terdiam, matanya menatap anak-anak yang bermain di kejauhan. Kemudian ia melanjutkan, “Kasihan mereka ya, Bu. Mereka nggak seberuntung Indira. Indira kan punya ayah dan ibu yang sayang
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Selamat Tinggal

Indira mengernyit, bingung. "Tapi... ibu juga tinggal di sini, kan? Kita tinggal bersama di sini, ya, Bu?" tanyanya polos.Laras menggeleng perlahan, matanya mulai berkaca-kaca. "Tidak, Nak. Ibu tidak bisa tinggal di sini bersamamu. Ibu harus pulang... Kalau ibu tinggal di sini, siapa yang akan menjaga ayahmu? Kamu tidak mau kan, kalau nenek dan pamanmu menyakiti ayah?"Wajah Indira berubah serius. "Kalau begitu, aku ikut ibu saja. Aku juga mau melindungi ayah!" ucapnya penuh tekad.Laras memejamkan mata, menahan air mata yang hampir tumpah. Ia menarik napas panjang sebelum berbicara lagi. "Sayang, nenek dan pamanmu itu berbahaya. Mereka tidak akan segan-segan menyakitimu lagi. Apa kamu lupa kejadian tadi pagi? Kalau nanti nenekmu membuangmu ke sungai atau ke jurang, bagaimana? Ibu tidak akan sanggup kalau sesuatu terjadi padamu sayang.""Tapi aku tidak mau pisah sama ibu! Aku mau ikut ibu! Aku takut nanti ibu lupa sama aku!" tangis Indira pecah. Ia memeluk Laras erat, seolah tak ingi
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Sandiwara

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, Laras akhirnya tiba di kota tempat tinggalnya. Hari sudah gelap, dan udara malam yang dingin membuat tubuhnya menggigil. Ia menyerahkan motor yang dipinjamnya secara paksa, Walaupun ada drama sedkit namun pemilik motor mengerti setela Laras menceritakan alasannya. Dia lalu berjalan pelan menuju rumahnya. Setiap langkah terasa berat, seperti ada beban tak terlihat yang menahannya. Begitu tiba di depan pintu rumah, ia menghela napas panjang, mencoba menguatkan diri. Ia tahu apa yang akan terjadi begitu pintu itu terbuka. Namun, demi keselamatan Indira, semua harus ia hadapi. Dengan tangan gemetar, ia memutar gagang pintu dan melangkah masuk. , Di ruang tamu, Damar, suaminya, duduk dengan santai. Sebatang rokok tergantung di tangannya, asapnya berputar-putar di udara. Wajahnya terlihat keras, penuh kecurigaan. Begitu melihat Laras, ia menyipitkan mata dan menyandarkan tubuh ke kursi, menatap istrinya dengan dingin. "Darimana saja kamu?" t
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Malam yang memuncak

Namun, Damar justru menepis tangan Laras dengan kasar. "Dia bukan anakku! Jadi aku tidak peduli. Kalau dia menghilang, itu lebih baik untukku. Setidaknya aku tidak perlu merasa bersalah karena bukan aku yang mengusirnya!" ucap Damar dengan dingin sebelum berjalan pergi.Laras terhuyung, seperti baru saja menerima tamparan keras. Hatinya hancur berkeping-keping. Damar, pria yang dulu begitu menyayangi Indira, kini mengatakan hal yang tak pernah ia bayangkan.Ratna melangkah mendekat, suaranya berbisik namun penuh kebencian. "Sudah kubilang dari awal, lebih baik kau menyerah dan pergi dari sini. Tidak ada gunanya kau bertahan. Damar sudah tidak peduli lagi padamu."Laras menatap Ratna dengan mata yang berkaca-kaca. "Kalian semua kejam. Aku yakin ini semua ulah kalian. Sekarang katakan, di mana Indira?" tanyanya, meskipun ia berpura-pura tidak tahu.Ratna tersenyum tipis, lalu berkata dengan nada santai, "Mungkin anakmu sekarang sudah berada di perut harimau.""Apa?! Apa yang kalian laku
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Kedatangan Sofia

Ruangan makan kembali dipenuhi oleh suasana penuh intrik yang terselubung di balik senyum dan tawa kecil. Ratna kini menggandeng Sofia, gadis muda dari keluarga jauhnya, yang baru saja tiba tanpa pemberitahuan. Wajah Sofia cerah, senyumnya manis, namun ada kilatan ambisi dalam tatapan matanya yang hanya bisa ditangkap oleh mereka yang peka.“Sayang, kenapa kamu nggak kasih kabar dulu kalau mau datang hari ini?” tanya Ratna sambil memeluk Sofia erat, seolah-olah mereka memang memiliki hubungan yang hangat. “Kemarin ibumu bilang kamu baru datang dua hari lagi.”Sofia melepaskan pelukan Ratna dengan senyum kecil. “Kalau aku kasih tahu, bukan kejutan namanya, Tante. Lagi pula...” Sofia berhenti sejenak, matanya memancar antusias. “Aku memang sudah nggak sabar pengen cepat-cepat ketemu Mas Damar.”Ratna tersenyum puas, sementara Raka yang duduk di meja makan hanya melirik sekilas, kemudian melanjutkan sarapannya tanpa banyak bicara.“Kamu bisa saja, Sayang,” kata Ratna sambil mencubit lemb
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Drama antara Ratna dan sofia

Laras kehilangan keseimbangan, tubuhnya terhuyung ke belakang. Sebelum ia jatuh, tangan besar Damar menangkapnya, menarik tubuhnya dengan cepat ke dalam pelukan. Laras terkejut, seolah dunia di sekitarnya berhenti bergerak. Mata mereka bertemu—sepasang mata yang penuh luka dan kepedihan, saling memandang tanpa kata.Damar mematung, matanya membaca emosi yang terpancar dari Laras. Ia melihat ketakutan, kemarahan, dan cinta yang masih bertahan meski dikhianati oleh keadaan. Sedangkan Laras, ia mendapati tatapan Damar yang suram dan penuh rasa bersalah yang tersimpan di balik dinding keras yang selama ini Damar bangun. Mereka terjebak dalam momen itu, dua jiwa yang terluka namun masih terhubung oleh benang cinta yang tipis.“Mas...” bisik Laras, suaranya nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk memecah keheningan di antara mereka.Damar tak langsung menjawab. Ia hanya menatap Laras dengan mata yang sulit ditebak. Ada kemarahan, ada kebingungan, tapi ada juga kerinduan yang terpendam di san
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Ancaman Sofia

Damar berdiri kaku, tanpa ekspresi yang jelas di wajahnya, seolah semua emosi telah mati terbakar oleh konflik dan kelelahan batin. Matanya sesaat menatap Sofia yang masih berdiri di samping Ratna dengan si, namun matanya melirik Laras dengan tatapan penuh kemenangan.Laras tersentak. "Kenapa dia harus tinggal di sini, Bu? Dia bisa mencari tempat lain untuk tinggal!" protesnya tajam.Ratna mendengus dan menatap Laras dengan sinis. "Aku tidak perlu meminta persetujuanmu, Laras. Lagi pula, ini bukan rumahmu. Tapi ini rumah Damar," balas Ratna dengan nada penuh penekanan.Raka, yang sejak tadi diam, ikut menambahkan dengan suara dingin. "Iya, Laras. Kau tidak punya hak untuk melarang Sofia tinggal di sini. Kau cuma orang luar yang kebetulan dinikahi oleh kakakku," ucapnya dengan nada mengejek.Laras mengangkat dagunya, tak mau kalah. "Tetap saja, aku ini istri sah Mas Damar, dan aku punya hak untuk menentukan siapa yang boleh tinggal di rumah ini," balasnya tegas, meskipun suaranya mulai
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Pelarian Damar

Lampu disko berkedip liar, berpendar dalam warna merah, ungu, dan biru yang menusuk mata. Musik berdentum keras, menggema seolah mencoba menenggelamkan rasa sakit di hati siapa pun yang berada di dalam ruangan itu. Di sudut terpencil, di sebuah meja kecil yang penuh dengan botol minuman, Damar duduk sendirian. Kepalanya tertunduk, matanya menatap kosong ke dalam gelas yang masih berisi setengah alkohol. Di bawah kilauan lampu, wajahnya tampak kusut, lelah, dan penuh kesedihan yang tak tersembunyikan.Tangannya yang gemetar perlahan mengangkat gelas itu, meneguk cairan yang membakar tenggorokannya. Tapi rasa sakit itu—yang ia coba lupakan—tidak pernah benar-benar pergi. Alkohol hanya memperdayanya, memberinya kehangatan sesaat, sementara hatinya terus dihantui luka yang menganga."Kenapa... Kenapa kau lakukan ini padaku, Laras?" gumamnya pelan, nyaris tertelan dentuman musik yang mengguncang dinding ruangan. Namun, di dalam pikirannya, suaranya bergema keras. Ia memejamkan matanya, ber
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status