Home / Romansa / I'm Sorry Laras / Kedatangan Sofia

Share

Kedatangan Sofia

Author: mangpurna
last update Last Updated: 2024-12-19 21:48:09
“Mas Damar, apa yang mau kamu lakukan, Mas?” ucap Laras, suaranya bergetar penuh ketakutan, tubuhnya secara insting mencoba mundur ke kepala ranjang.

“Diam kau, Laras, jangan berisik!” bentak Damar, suaranya parau dan berat oleh pengaruh alkohol. “Aku ingin kau melayaniku!” Tanpa menunggu jawaban, tangannya kembali bergerak, membuka paksa pakaian Laras dengan kekuatan yang tak terkendali.

Laras memberontak, tangannya mendorong dada Damar dengan sekuat tenaga. “Mas, sadar! Kamu itu lagi mabuk!” teriaknya, suaranya penuh keputusasaan. “Aku takut, Mas!”

“Aku bilang diam, ya diam! Tidak usah melawan!” Damar menggeram, matanya menyala penuh kemarahan. “Kau itu istriku, aku berhak atas tubuhmu ini!” Dengan gerakan kasar, ia menarik baju tidur Laras hingga sobek di bagian bahu, memperlihatkan kulit yang gemetar di bawahnya.

“Iya, aku tahu, Mas!” balas Laras, suaranya tersendat oleh air mata yang mulai menggenang. “Tapi tidak dalam kondisi mabuk seperti ini! Aku tidak mau melayanimu kalau kau
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • I'm Sorry Laras   Drama antara Ratna dan sofia

    Sofia, yang merupakan anak dari keluarga jauh Ratna, tersenyum kecil sambil mengangguk penuh keakraban. Ratna segera melangkah mendekatinya, membuka tangan lebar-lebar sebelum memeluk Sofia erat-erat, penuh kehangatan. “Sayang, kenapa kamu tidak kabari Tante kalau mau berkunjung ke sini hari ini?” ucap Ratna, suaranya lembut namun ada nada kecil yang penuh perhitungan. “Kemarin ibumu bilang kan kamu ke mari dua hari lagi.”“Kalau aku bilang, bukan kejutan lagi namanya, Tante,” jawab Sofia sambil tersenyum manis, nada suaranya ringan dan penuh canda. “Lagi pula, aku ingin cepat-cepat ketemu Mas Damar,” lanjutnya, matanya berbinar penuh antusiasme.Ratna menggeleng kecil, senyumnya sedikit kaku namun ia cepat menyembunyikannya. “Kamu bisa saja, sayang,” ucapnya, lalu menepuk pundak Sofia dengan lembut. “Kamu sudah sarapan belum? Kalau belum, kebetulan ada nasi goreng, masakan kesukaanmu.”“Wah, kebetulan, Tante, aku belum sarapan sama sekali,” balas Sofia, tangannya memegang perut dengan

    Last Updated : 2024-12-20
  • I'm Sorry Laras   Ancaman Sofia

    Laras kehilangan keseimbangan, tubuhnya hampir jatuh ke lantai, namun sepasang tangan besar Damar dengan cepat menangkapnya. Ia memeluk Laras erat, menahannya agar tak terjatuh. Waktu seakan berhenti sejenak. Mereka saling bertatapan, mata Laras yang basah oleh ketegangan bertemu dengan mata Damar yang penuh kelelahan dan luka. Di dalam sorot mata mereka, tersirat penderitaan yang mendalam, masing-masing membawa beban yang tak terucapkan. Laras melihat kilatan sesuatu di mata Damar—bukan hanya kemarahan atau kebencian yang biasa ia tunjukkan akhir-akhir ini, tetapi juga kerinduan yang tersembunyi, sebuah sisa cinta yang mungkin masih hidup di balik tembok dingin yang ia bangun. Damar, di sisi lain, melihat kepedihan dan keteguhan di mata Laras, sesuatu yang membuat hatinya terguncang meski ia tak mau mengakuinya. Pelukan itu, meski hanya sesaat, terasa seperti jeda dari dunia yang penuh kebencian di sekitar mereka—sebuah momen kecil yang membawa kembali bayangan masa lalu, ketika cint

    Last Updated : 2024-12-20
  • I'm Sorry Laras   Laras tersudut

    Ratna meliriknya dengan tatapan penuh hina. “Aku tidak perlu minta persetujuanmu, Laras,” bentaknya. “Lagi pula, ini bukan rumahmu. Ini rumah Damar!”“Iya, Laras,” sambung Raka dengan nada sinis, melangkah mendekat. “Kamu tidak berhak melarang Sofia tinggal di sini. Kamu hanya orang luar yang kebetulan dinikahi kakakku!”“Aku ini istri Mas Damar!” balas Laras, tak mau kalah, suaranya meninggi penuh amarah. “Aku punya hak untuk mengizinkan siapa yang bisa tinggal di sini!”Ratna tertawa kecil, suaranya penuh ejekan. “Kau bukan lagi istri Damar ketika kau sudah menghianati Damar,” ucapnya dingin.“Aku masih sah menjadi istri Mas Damar!” Laras membela diri, tangannya mengepal erat. “Karena dia belum menjatuhkan talak padaku, jadi hakku sebagai istri masih ada di rumah ini!”Ratna semakin kesal, wajahnya memerah oleh kemarahan. Ia menoleh ke Damar dengan tatapan penuh tekanan. “Damar, cepat ceraikan saja dia sekarang!” ucapnya, suaranya penuh provokasi. “Biar dia tahu rasa karena sudah ber

    Last Updated : 2024-12-22
  • I'm Sorry Laras   Damar terpuruk

    Laras menatap Ratna dengan mata penuh tekad, meski cengkeraman itu membuat rahangnya terasa sakit. “Aku tidak akan menyerah,” balasnya, suaranya tegas meski bergetar oleh emosi. “Aku akan tetap bertahan di sini.”Ratna melepaskan dagu Laras dengan gerakan kasar, lalu tertawa kecil, suara itu penuh ejekan yang menusuk. “Kita lihat saja nanti, Laras,” ucapnya, matanya menyipit penuh keyakinan. “Siapa yang akan menyerah terlebih dulu, kau atau aku.”Sofia, yang berdiri di samping Ratna, melangkah maju dengan senyum licik menghiasi wajahnya. “Sebaiknya kau ikuti saja apa kata Tante, Laras, sebelum kau menyesali keputusanmu,” ucapnya, suaranya manis namun penuh racun. “Aku pastikan Mas Damar akan jatuh ke pelukanku. Dan saat itu tiba, aku pastikan kau ditendang dari rumah ini, lalu aku akan menggantikan posisimu sebagai ratu di rumah ini.”Laras menatap Sofia dengan mata berkilat, api perlawanan membakar di dadanya. “Tidak semudah itu menyingkirkanku, Sofia,” balasnya, suaranya penuh keyaki

    Last Updated : 2024-12-23
  • I'm Sorry Laras   Damar terluka

    Pelayan itu terdiam sejenak, matanya memandang Damar dengan simpati. Namun, Damar tak peduli. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, tangannya yang gemetar menunjuk ke arah pelayan. “Sekarang kamu pergi dari sini dan bawakan aku satu botol lagi minuman!” bentaknya, suaranya keras meski terdengar goyah oleh pengaruh alkohol.“Maaf, Pak, tidak bisa,” jawab pelayan itu dengan nada ramah namun tegas. “Kami tidak diperbolehkan memberi minuman lagi kepada tamu yang sudah sangat mabuk.”Damar mengerutkan kening, amarah tiba-tiba membakar di dadanya. Ia menatap pelayan itu dengan mata menyala, wajahnya memerah oleh campuran alkohol dan kemarahan. “Jangan kurang ajar, kamu!” bentaknya, suaranya menggema di tengah kebisingan diskotik. “Kau hanya pelayan di diskotik ini! Jadi sekarang cepat bawakan aku minumannya!” Selama ini, Damar tak pernah berkata kasar pada orang lain—ia dikenal sebagai pria yang tenang dan penuh kendali. Tapi malam ini, dalam kondisi mabuk, ia hilang kendali sepenuhnya, emosin

    Last Updated : 2024-12-24
  • I'm Sorry Laras   Jebakan Sofia

    “Mas Damar, ayo kita pulang sekarang,” ucap suara wanita itu, lembut namun tegas, sambil memapah tubuhnya yang limbung. Damar mencoba menggeleng, namun gerakan itu hanya membuatnya semakin pusing. Wanita itu dengan hati-hati menyangga pundaknya, menuntunnya menuju sebuah mobil yang sudah diparkir di dekat sana, pintunya terbuka lebar menunggu kedatangan mereka.Di dalam mobil, seorang laki-laki duduk di kursi pengemudi, menatap ke depan dengan ekspresi datar. “Mas Raka, kenapa kamu diam? Cepat bantu aku memasukkan Mas Damar ke dalam mobil! Berat, tahu!” bentak wanita itu, yang ternyata adalah Sofia, suaranya penuh kejengkelan tapi tetap terkontrol.Raka tersentak, lalu buru-buru membuka pintu sisi pengemudi. “Maaf, Sofia, aku lupa,” ucapnya cepat, melangkah keluar untuk membantu. Ia meraih lengan Damar yang satunya, dan bersama Sofia, mereka mengangkat tubuh Damar yang nyaris tak sadarkan diri ke dalam jok belakang. Damar menggumam tak jelas, kepalanya terkulai ke samping, dan bau alko

    Last Updated : 2024-12-25
  • I'm Sorry Laras   Desakan Ratna

    Keesokan harinya, seluruh penghuni rumah dikejutkan oleh suara teriakan Sofia yang menggema memecah keheningan pagi. Teriakan itu penuh kepanikan dan tangis, membuat jantungan semua orang berdegup kencang. Langkah-langkah tergesa segera terdengar di lorong, menuju kamar Sofia yang terletak di lantai bawah. Ratna adalah yang pertama sampai, mendorong pintu kamar itu dengan cepat, disusul oleh Laras yang berlari dengan wajah pucat penuh kekhawatiran. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat pemandangan di dalam—Sofia meringkuk di atas tempat tidur, hanya mengenakan pakaian dalam, tubuhnya gemetar seolah ketakutan. Di sampingnya, Damar berbaring pulas, tubuh telanjangnya hanya ditutupi selimut tipis yang terselip hingga pinggang.“Sofia, apa yang terjadi?” tanya Ratna, suaranya pura-pura terkejut, meski matanya berkilat penuh kepuasan tersembunyi.Sofia masih tersedu-sedu, tangannya gemetar menunjuk ke arah Damar yang tak bergerak. “Mas… Mas Damar, Bu… Mas Damar sudah memaksaku untuk tidu

    Last Updated : 2024-12-25
  • I'm Sorry Laras   Laras terusir

    Damar terdiam, tubuhnya kaku di atas ranjang, matanya menatap kosong ke arah selimut yang menutupi tubuhnya. Pikirannya berputar liar, bingung mengambil keputusan yang tepat di tengah tekanan yang kian menderanya. Ratna, yang melihat keraguan anaknya, tak bisa lagi menahan kesabaran. “Jangan jadi lelaki pengecut!” bentaknya, suaranya nyaring menggema di kamar yang sempit itu. “Cepat putuskan! Apa yang akan kau lakukan untuk bertanggung jawab pada Sofia?” Desakan dalam nada suaranya seperti cambuk yang memaksa Damar keluar dari kebimbangannya.Damar menarik napas panjang, tangannya mencengkeram selimut erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih. Pikirannya menimbang-nimbang, kembali pada luka yang ia rasakan—pengkhianatan Laras yang ia percaya, kebohongan tentang Indira yang ternyata bukan anaknya. Setiap ingatan itu seperti menambah beban di pundaknya, menghapus sisa keraguan yang sempat membuatnya ragu. Akhirnya, setelah hening yang terasa abadi, ia mengangguk pelan. “Baiklah, Bu,” uc

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • I'm Sorry Laras   Konfrontasi yang memanas

    Pak Suwandi menghela napas panjang begitu melihat Dika masuk tanpa didampingi seorang wali. Dahinya berkerut, nada suaranya tegas."Dika, mana ibumu? Bukankah sudah saya katakan kalau hari ini kamu harus datang dengan walimu?"Suasana ruang kepala sekolah terasa tegang. Doni duduk diam di samping ibunya, Sofia, yang sejak tadi menahan amarah. Ia terus menatap Dika dengan tatapan penuh kebencian.Namun, berbeda dengan Doni yang tampak cemas dan Sofia yang dipenuhi kemarahan, Dika tetap tenang. Bahkan, ada sedikit senyuman di sudut bibirnya."Saya tidak datang sendirian, Pak," ucapnya santai. "Saya datang bersama kakak saya, dia sedang memarkir mobilnya. Sebentar lagi dia juga akan datang ke sini."Pak Suwandi mengernyit. Raut wajahnya jelas memperlihatkan kebingungan."Kakak?" ulangnya, suaranya terdengar skeptis. "Sejak kapan kamu punya seorang kakak?. Sejauh yang saya tahu, kamu hanya tinggal berdua dengan ibumu."Doni menoleh cepat, terkejut mendengar pernyataan Dika. Sedangkan Sofia

  • I'm Sorry Laras   Nadia

    Sesampai di kelas, Wisnu sudah tak sabar menunggu penjelasan Dika. Ia duduk di bangku sebelah Dika, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu, tangannya bahkan menepuk-nepuk meja dengan tidak sabar. “Ayo, Dik, ceritain sekarang! Gue sudah penasaran dari tadi!” serunya, suaranya penuh semangat.Dika, yang baru saja meletakkan tasnya di meja, menghela napas dan melirik Wisnu dengan ekspresi sedikit jengkel tapi juga geli. “Sabar dong, Wis. Gue juga baru duduk, kasih gue napas bentar, napa?,” ucapnya sambil menarik kursi dan duduk. Setelah merasa nyaman, ia akhirnya mulai bicara, suaranya rendah tapi penuh makna.Kemudian Dika menceritakan secara detail mengenai Kakanya Indira itu dari kenapa kakaknya terpisah sampai dengan kakanya yang tiba tiba muncul dirumahnya, semua ceritanya detail dia ceritakan pada sahabatnya itu, kecuali tentang masa kelam keluarganya dan hubungannya dengan keluarga Doni.Wisnu mendengarkan dengan mulut sedikit terbuka, takjub. “Terus?” desaknya, tak sabar mendengar

  • I'm Sorry Laras   Ancaman Indira

    “Apa yang kalian lakukan pada Ibuku?!” bentak Indira, suaranya menggelegar, menggetarkan udara di halaman rumah. Ia melangkah maju, berdiri di depan Laras seperti perisai, matanya menyala penuh kebencian ke arah Ratna. “Kalian pikir bisa seenaknya dateng ke sini, dan nyakitin orang sesuka hati?!”Dika menambahkan dengan suara rendah tapi penuh ancaman, “Kalian sudah keterlaluan. Jangan harap ini akan kami lupakan begitu saja.”Ratna tersentak, jantungnya berdegup kencang saat melihat Indira melangkah keluar dari mobil mewah itu. Dugaan yang selama ini menggelayuti pikirannya kini terbukti kalau wanita muda yang muncul di pesta Doni kemarin memang Indira, anak Laras yang hilang bertahun-tahun lalu. Matanya membelalak, wajahnya memucat, tapi ia berusaha menyembunyikan keguncangan itu di balik sikap angkuhnya.Indira, yang sudah membara amarahnya karena melihat ibunya ditampar, melangkah mendekati Ratna. Matanya menyala penuh kebencian, dan ia berteriak dengan suara yang menggetarkan udar

  • I'm Sorry Laras   Ketegangan di rumah Laras

    “Mas Raka, lepasin! Apa-apaan sih kamu? Kalau ada yang lihat bagaimana, apalagi Mas Damar lagi ada di rumah!” bisik Sofia dengan nada panik, tangannya mencoba mendorong dada Raka agar melepaskan pelukannya.Raka, dengan sikap santai yang kontras dengan kepanikan Sofia, tersenyum kecil. “Tenang saja, Sof. Ini sudah malem banget, aku yakin semua orang sudah pada tidur,” ucapnya, suaranya rendah dan penuh keyakinan, tangannya tetap memeluk pinggang Sofia tanpa berniat melepaskan.Sofia masih gelisah, napasnya tersengal karena cemas. “Mas Raka, jangan gila kamu!”Belum sempat Sofia menyelesaikan kalimatnya, Raka memotong dengan nada penuh hasrat. “Aku cuma pengen bersenang-senang sama kamu malem ini, Sof. Sudah seminggu lebih kita tidak melakukan itu, aku ingin jatahku malam ini,” ucapnya, matanya menatap Sofia dengan sorot penuh keinginan, tangannya kini merenggangkan pelukan tapi tetap memegang lengan Sofia agar ia tidak pergi.Sofia menggelengkan kepala dengan tegas, wajahnya memerah k

  • I'm Sorry Laras   Dugaan Ratna

    Sofia membela diri dengan penuh emosi. “Aku manjain Doni karena aku sayang sama dia, Mas! Dia anak kita satu-satunya! Apa salahnya aku memberikan yang terbaik untuk dia?!” ucapnya, suaranya bergetar karena campuran antara marah dan sedih.Damar menggelengkan kepala, ekspresinya penuh kekecewaan. “Justru itu yang tidak boleh kamu lakukan, Sofia. Kalau Doni terlalu dimanjain, dia tidak akan bisa menghadapi kerasnya hidup nanti pas kita semua sudah tidak ada. Kamu pikir ini baik untuk dia? Enggak!” jawabnya, nada suaranya meninggi karena frustrasi.Raka ikut menyela, mencoba mendukung Sofia. “Tapi, Mas Damar, anak kecil memang wajar kalau dimanjakan. Doni itu masih kecil, dia perlu kasih sayang keluarga. Kamu saja yang terlalu keras sama dia,” ucapnya, suaranya lebih tenang tapi tetap menunjukkan ketidaksetujuan.Damar menoleh ke Raka, matanya menyipit. “Kecil? Doni sudah 15 tahun, Raka! Dia harus belajar tanggung jawab, bukan cuma maunya sendiri. Kalian semua yang membuat dia tidak bisa

  • I'm Sorry Laras   Perdebatan antar keluarga

    Namun, Damar tidak menghiraukan Sofia. Ia malah melangkah mendekati Indira, wajahnya kini lebih lembut meskipun masih ada sisa kekesalan. “Indira, saya minta maaf atas kelakuan anak saya yang kurang ajar ini,” ucapnya, suaranya tulus. “Kalian berdua nikmati saja pesta ini, tidak usah mempedulikan Doni lagi.”Indira tersenyum kecil, lalu menggelengkan kepala dengan sikap pura-pura rendah hati. “Tidak perlu, Pak. Lebih baik saya dan Dika pulang saja, agar suasana pesta kembali meriah seperti semula,” jawabnya, suaranya sengaja dibuat lembut untuk menunjukkan itikad baik, padahal ini bagian dari rencananya untuk memancing simpati Damar.Damar menggeleng tegas, menolak permintaan itu. “Tidak, saya tidak mengizinkan kalian pulang. Kalian tamu saya, ikut saya saja menikmati pesta ini,” ucapnya, tangannya mengisyaratkan agar Indira dan Dika mengikutinya. “Doni tidak punya hak untuk mengusir kalian.”Indira melirik Dika sekilas, lalu mengangguk dengan senyum tipis. “Baik, Pak. Terima kasih,” j

  • I'm Sorry Laras   Kedatangan Damar

    Di sudut lain Grand Serenity Hotel, Sofia, ibu Doni, dan Ratna, nenek Doni, sedang sibuk memastikan semua makanan dan kelengkapan pesta berjalan lancar. Sofia dengan cermat memeriksa hidangan di meja buffet, sementara Ratna mengawasi pelayan yang sibuk mondar-mandir. Namun, perhatian mereka tiba-tiba teralihkan ketika melihat kerumunan orang berkumpul di sudut ruangan dekat pintu masuk. Sofia mengerutkan kening, rasa penasarannya tergelitik. “Bu, sepertinya ada sesuatu terjadi di sana. Ayo kita lihat,” ajaknya pada Ratna, tangannya menunjuk ke arah kerumunan.Ratna mengangguk, lalu mereka berdua mulai melangkah. Saat hendak bergerak, Raka, paman Doni, yang kebetulan ada di dekat mereka, bertanya dengan nada santai, “Mau ke mana, Sof? Bu?” Sofia menoleh sekilas dan menjawab, “Ke sana, Raka. Sepertimya ada keributan di dekat pintu masuk.” Raka mengangguk, lalu ikut melangkah bersama mereka, penasaran dengan apa yang sedang terjadi.Ketika sampai di lokasi, Sofia, Ratna, dan Raka terkejut

  • I'm Sorry Laras   Pesta ulang tahun

    Di Grand Serenity Hotel, suasana malam itu dipenuhi kemewahan dan kemeriahan. Lampu-lampu kristal besar bergoyang lembut di langit-langit lobi, mencerminkan cahaya ke seluruh ruangan yang dihiasi dekorasi elegan bertema emas dan putih. Doni, yang mengenakan setelan mahal berwarna biru tua dengan detail jahitan tangan, berdiri di tengah kerumunan teman-temannya, menyambut para tamu yang datang dengan senyum penuh percaya diri. Ia tampak menikmati perhatian yang diberikan kepadanya, berdiri tegak dengan sikap yang menunjukkan bahwa ia adalah pusat acara malam ini.Teman-teman Doni yang datang, kebanyakan dari kalangan elit SMA Sekolah Gemilang, berulang kali memuji kemewahan pesta tersebut. “Don, lo beruntung banget, bro! Pesta ulang tahun kayak gini cuma anak sultan yang bisa bikin,” ucap salah satu temannya sambil menepuk pundak Doni dengan takjub. Doni, yang memang haus akan pujian, tersenyum lebar mendengar itu. “Ya iyalah, ini kan biasa buat keluarga gue,” jawabnya dengan nada sombo

  • I'm Sorry Laras   Awal perlawanan

    Dika menoleh ke Wisnu, mengangguk kecil sambil berbisik balik, “Tenang aja, Wis. Gak usah takut.” Suaranya pelan namun penuh keyakinan, tangannya mencengkeram tali tasnya lebih erat.Doni melangkah masuk dengan sikap arogan, diikuti oleh tiga temannya yang selalu setia mengapitnya. Siswa-siswa yang masih berada di kelas langsung terdiam, beberapa memandang dengan takut, lainnya berusaha menghindari masalah. Doni memang dikenal sebagai siswa yang paling ditakuti di SMA Sekolah Gemilang, bukan hanya karena sikapnya yang kasar, tapi juga karena pengaruh keluarganya yang besar, terutama ayahnya yang merupakan donatur utama sekolah. Dengan suara lantang, Doni berbicara, “Semua yang ada di kelas, perhatikan gue! Gue punya pengumuman penting!”Siswa-siswa yang tersisa di kelas 1A langsung memandang ke arah Doni, suasana menjadi hening seketika. Doni berdiri di depan kelas, tangannya bertolak pinggang, senyum sinis menghiasi wajahnya. Setelah memastikan semua mata tertuju padanya, ia mulai ber

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status